Chapter 30.

801 66 5
                                    

El terkekeh melihat Minara menangis sesenggukan di depannya. Sedangkan Minara sendiri langsung membalikkan badan, menarik nafas kemudian menghapus kasar air matanya.

"Min, kamu harus kuat jalanin semuanya."

Minara menghadap ke arah El. "Lo yang harus kuat, lo harus sembuh."

"Aku baru sadar, aku suka kamu dari dulu, Min. Tentang Neera, bahkan aku nggak ngerasa sesakit itu lihat dia sama Arkan."

"Jadi?"

"Kamu punya tempat tersendiri di hati ku, Min. Nggak ada yang bisa gantikannya sampai kapanpun."

Mendengar ucapan El membuat Minara langsung senyum-senyum sendiri.

"Gue suka sama lo, kalau lo sembuh."

El langsung cemberut. "Bagaimana jika aku nggak sembuh? Rasanya sakit, Min."

Minara menautkan alisnya, menunggu El melanjutkan ucapannya.

"Aku nggak kuat."

"Kamu harus kuat!" Minara menggenggam punggung tangan El.

El menggeleng. "Tolong, tolong bilang kamu cinta aku."

Minara tidak memperdulikan El, ia langsung beranjak keluar memanggil dokter ketika melihat El sedari tadi terus meringis nyeri.

Dokter dengan sigap langsung masuk kedalam, sedangkan Minara sendiri menunggu di luar bersama para keluarga El. Terlihat jelas mereka masih berpakaian hitam, bekas melayat ke kuburan Arkan.

Tidak lama kemudian, dokter tersebut langsung menghampiri orang tua El.

"Mohon maaf, saudara Rafael Rajendra telah menghembuskan nafas terakhirnya."

Dunia bagi orang-orang yang ada di depan ruangan El serasa berhenti. Tangisan nyaring langsung menyambut dokternya, berteriak tidak terima.

Minara mematung, menangis pun rasanya air matanya sudah terkuras habis semalam. Ia bukan satu-satunya yang kehilangan.

"Sudah di catat tanggalnya, Sus?"

"Sudah dok." Suster tersebut beralih ke orang tua El. "Maaf, kami harus memindahkannya."

Wanita paru baya yang sepertinya Mama El langsung terduduk. Minara mencoba mendatangi Ayah El yang masuk ke dalam ruangan untuk mengambil pakaian El.

Menyadari kehadiran Minara, membuat Ayah El menoleh.

"Kamu temannya El?"

Minara mengangguk.

"Saya tidak tau apa yang dilakukan kedua anak saya di sekolah hingga sampai seperti ini."

Minara hampir menangis, ia merasa ini bukan salah keduanya, ini kesalahan dia sendiri yang melibatkan orang lain.

"Arkan kemarin baru saja meninggal kan kami, dan sekarang satu-satunya harapan juga lebih memilih pergi."

Minara juga merasa seperti itu, Ayahnya sudah pergi meninggalkannya. Dan sekarang, El lebih memilih untuk pergi.

"Saya turut berduka cita."

Hanya itu yang bisa diucapkan Minara, ia tidak sanggup untuk berlama-lama di sana. Semakin rasa bersalah itu muncul.

Ia langsung berlari pergi menuju rumahnya untuk mengurung diri. Rumah sakit yang jauh dari rumahnya sama sekali tidak membuatnya kelelahan, ia saat ini hanya ingin berlari, berlari, dan berlari terus menerus dari kenyataan yang menyakitkan.

(Vote+comen jangan lupa)

Minara [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang