57. Donor Jantung

2.4K 285 31
                                    

Aku sedang bermimpi di alam bawah sadarku. Mimpi itu sangat indah, sampai aku tak ingin membukakan mataku untuk melihat kejamnya dunia.

—Asyilla Maharani Carolline—

[Antara hidup dan mati]

———————

Ruangan Asyilla masih di padati oleh mereka yang masih saja di balut dalam rasa bersalah. Kecemasan mereka harus di buat 2 kali lipat, saat tiba-tiba saja nafas Asyilla begitu terengah. Dengan segera mungkin Asegaf mencoba memencet tombol darurat di sana. Dengan sigap beberapa dokter dan tenaga medis langsung mendatangi ruangan Asyilla.

“Mohon maaf, kalian tunggu di luar, pasien harus segera di tangani,” ucap salah satu suster itu.

“Tolong selamatkan Asyilla, Sus.”

“Baik!”

Mereka di sana langsung merasakan cemas bukan main. Rasa takutnya semakin menyeruak. Kondisi Asyilla semakin melemah sekarang. Ia takut Asyilla memilih untuk pergi. Jika mereka mempunyai satu kesempatan, mereka akan menebus kesalahannya pada Asyilla.

Asegaf berjalan mondar-mandir tak karuan. Ia sangat gelisah, air matanya tak henti-hentinya menangis deras. Jika sudah seperti ini, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa memohon doa pada sang Ilahi.

Tak lama, seorang dokter menghampiri mereka dengan wajah yang sangat cemas.

“Dokter, bagaimana keadaan Asyilla?” Amel bertanya sangat khawatir.

“Dari hasil pemeriksaan, jantung pasien mengalami kerusakan akibat kecelakaan itu. Pasien harus sesegera mungkin mendapatkan donor jantung. Jika tidak, pasien akan meninggal dunia,” jelas Dokter tersebut.

“Dokter, jika seseorang itu mendonorkan jantungnya, bukannya ia akan meninggal?” tanya Riki penasaran.

Dokter itu mengangguk. “Betul sekali. Tapi hanya itulah cara satu-satunya.”

“Jika Asyilla menerima donor jantung itu, apa ia bisa selamat dokter?” tanya Bisma.

Dokter itu menghela nafasnya. “Saya tidak bisa menjamin. Karena itu semua tergantung tubuh pasien menerima donor itu. Jika tubuhnya menolak, pasien tidak akan selamat.” Pertuturan dokter itu seakan meremas hati mereka. “Kalau begitu, saya permisi dulu,” lanjutnya dan di angguki oleh dokter itu.

“Donor jantung?!” batin Aurel di dalam hati.

Asegaf mengusap wajahnya kasar. Ini semua gara-gara Ata. Jika saja Ata tidak berbohong mengakui dirinya sebagai Asyilla, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.

Dengan nafasnya yang memburu, Asegaf mencoba berlari meninggalkan tempat itu. Ia tidak bisa berdiam diri saja, ia harus memberi perhitungan pada Atta.

“Sep, lo mau ke mana?” tanya mereka. Namun Asegaf terus berlari tanpa menghiraukan teman-temannya.

“Asegaf tunggu!” Aurel berlari menyusul kepergian Asegaf yang tiba-tiba.

Teman-temannya hanya diam, tanpa berniat menyusul kepergian Asegaf. Mereka terlalu cemas, harus mencari donor jantung itu ke mana? Lagi pula, siapa yang mau mengorbankan nyawanya?

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang