Bis kota sangat dipenuhi oleh penumpang yang akan menuju ke pasar yang pasti berisi para orang yang lebih tua dari Sila.
Dari pemandangan tersebut Sila lebih memilih berdiri anggap saja menghargai yang lebih tua, "Si!! Kenapa sih tadi kita ngga duduk aja!!" Rengek Citra, yang disetujui oleh Fifi Dan Lia.
Keempat orang itu adalah satu golongan sahabat, "mau duduk? Yaudah lekoran aja, mumpung masih sepi tuh bawah," Ketus Sila, Jujur saja dia jengah dengan keramaian didalam bis itu, membuat mood Sila turun drastis.
"Lo kalo mencak-mencak kaya cicak," sungut Citra.
"Diam!! Gue pusing ribut terus!!" Bentak Sila dengan lantang dan membuatnya kini menjadi pusat perhatian.
Beginilah 3 curut itu, akan diam ketika Sila benar-benar marah, Ciri-ciri ketika Sila marah besar adalah dia akan berteriak tanpa mempedulikan keadaan.
Sila benar-benar pengin teriak karna keadaan sangat berisik, kepalanya nyut-nyutan dan keadaan jadi gelisah, kebiasaan Sila dia tidak terlalu suka keramaian.
"Sabar Sila!! Bentar lagi nyampe," batin Sila menyemangati diri sendiri.
"Pak!! Bisa lebih cepat? Saya bisa ketinggalan jam Kokulikuler nih," Sila menahan mati-matian agar marahnya tak meledak-ledak.
Bis melaju lebih cepat dari sebelumnya, untung pak supir bisa menghargai jam pelajar lebih penting, jika tidak Sila tidak akan segan-segan berteriak agar semua tenang.
Bis berhenti di depan halte sekolah, ahh sial!! Kenapa bis nya berhenti disini? Terpaksa turun dengan tatapan aneh dari Kaka kelas laki-laki, yang aku tebak mereka akan masuk ketika jam Kokulikuler habis.
Sedangkan Citra, Fifi, dan Lia tertunduk malu, dasar ketemu cowo aja langsung salting, Sila berjalan dengan cuek melewati segerombolan anak laki-laki tadi, mood sedang tidak bagus.
3 curut tersebut mati-matian berjalan menyeimbangkan dengan langkah Sila yang sangat cepat, mereka tau cara mengatasi Sila jika sedang seperti ini. Diam lebih baik daripada ribut.
Semua Kaka kelas menatap Sila sinis karena cara berjalan Sila yang angkuh, biasalah Kaka kelas gila hormat seperti itu, minta disapa, pas di sapa malah melirik. UPS! Ko nyindir sih?
"Mba," Sapa Citra, Fifi, dan Lia bersamaan. Demi apapun mereka ingin menimpuk Sila menggunakan batu agar mau menyapa Kaka kelas.
Jangankan Kaka kelas, guru BK pun akan dia trobos ketika sedang badmood, maka dari itu mereka bertiga akan takut ketika Sila bakal marah hanya karena masalah sepele.
Sepanjang Lorong 3 curut itu terus menyapa Kaka kelas yang terus menatap Sila dengan tatapan ingin memakannya.
"Mba."
"Mas."
"Mba."
"Mas."
Sila nampak tak protes, padahal dalam hatinya ia ingin sekali menimpuk mereka bertiga agar diam, tapi bodo amat.
Tepat didepan kelas mereka berempat berdirilah sang wali kelas X IPA 2, sepertinya akan menyambut para anak-anak nya.
Pak Bowo tersenyum pada mereka berempat dan menjulurkan tangannya agar disambut, sila menabrak tangan pak Bowo seperti menabrak musuhnya.
Pak Bowo melongo tak percaya dengan sifat muridnya yang satu ini, untung baru masuk jadi harus banyak-banyak sabar. Itung-itung belajar menyikapi muridnya dengan sabar.
"Sila!!" Teriak Lia yang berakhir tak dipedulikan.
Citra tersenyum cengengesan, merasa tidak enak hati atas sikap Sila yang acuh terhadap kewajiban kecil ini, "maaf pak karena sikap Sila yang terlanjur acuh," mereka bertiga memejamkan matanya berharap pak Bowo memaklumi sikap Sila, Sila begini juga karena mereka, mereka memaksa sila menaiki bis kota yang sudah pasti ramai ketimbang menurut'i Sila untuk menaiki kendaraan Pribadi.
Pak Bowo tersenyum, "mungkin dia ngga Bombong bangun pagi, yaudah maklumin aja," demi apapun Pak Bowo baik paling baik dari orang yang paling baik. Mereka berlari sembari berjingkrak membuat seisi kelas memperhatikan dan melongo.
Mereka mendekati Sila yang sedang menunduk untuk pura-pura tidur. Fifi duduk di sebelah Sila, sedangkan Citra duduk bersama Lia.
Mereka saling melempar tatapan, bingung bagaimana agar Sila tidak Badmood, masalahnya Sila bukan tipe kalo di kasih makan langsung godmood. Bingung kan? Sampai sekarang belum ada yang bisa merubah Badmood Sila, dia berubah ketika dia mau.
"Masih marah si?" Tanya Fifi.
"Gue ngga marah."
"Ngga usah boong," Sambar Citra.
"Baru kenal sama gue?" Tanya Sila, lebih tepatnya mengingatkan Sila memang seperti itu.
Mereka bertiga tertampar dengan ucapan sila, saling melempar tatapan dengan wajah cengo, tidak lama kemudian bel masuk berbunyi membuyarkan tatapan mereka.
Aulia berlari menuju mejanya sendiri, membuat Citra dan Lia membalikan badan menghadap ke depan, Aulia memimpin doa pagi.
5 menit berlalu doa pagi belum selesai, karena dasarnya doanya bukan hanya Al-fatihah, tapi suratan pendek yang lumayan banyak.
Lambat laun, sebelum doa-doa tersebut semua kembali pada kegiatanya masing-masing, bercanda dan bermain.
Brakhh...
Pintu di tendang dengan keras oleh salah satu Kaka kelas, yang pasti mereka titisan dari para guru untuk mengawasi setiap kelas.
"Baca doa yang benar!!"
Sila melirik Kaka kelas tersebut dengan santai, berbeda dengan tatapan teman kelas lainnya yang menunduk takut. Untuk apa Sila takut? Dia mengikuti doa pagi dengan baik dan benar.
Tanpa sengaja tatapan mata mereka bertemu, membuat laki-laki tersebut salah paham, mengira bahwa Sila tidak terima dengan perkataannya.
"Apa Lo liat-liat? Ngga terima sini maju!!" Ucap laki-laki dengan melotot, Sila membuang mukanya ... Malas debat.
"Masih kecil udah mau jadi jagoan!! Dibentak dikit langsung takut!!"
Jam doa pagi sudah selesai, toa di setiap kelas berbunyi menandakan ada hal yang penting untuk disampaikan.
🔊Untuk hari ini Kokulikuler, kelas 10 sholat duha, kelas 11 literasi, dan kelas 12 Tadarus Alquran, untuk kelas 10 turun kelapangan indoor membawa perlengkapan alat sholat lengkap, terimakasih.
"Hayu cepetan turun sil, nanti ngga kebagian tempat ribet loh," ajak Fifi sembari mengeluarkan alat sholat dari tasnya.
"Gue absen, lagi datang bulan."
Mereka bertiga langsung berlari agar tidak dapat bagian paling belakang, selepas semua pergi Sila menghela nafas lega, sunyi mungkin lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Datang Kenangan
Teen FictionKisah ini bermula dari chatting dari Grup angkatan sekolah, keributan kecil dalam grup itu membuat Sila, Sila Andani terperangkap dengan gelar sorotan Sekolah, karena mengetahui masalah sang primadona Sekolah Ganesha. Satu persatu Kaka kelas menghub...