8. Alasan Sebenarnya

1.4K 245 11
                                    

*wenrene*

...

Tepat hari ini, Irene akan pergi bersama Wendy. Sesuai janjinya minggu lalu, pukul sepuluh Wendy datang menjemput Irene.

Taman hiburan Ancol. Irene rasanya sudah lama tidak main ke sana, terakhir waktu kelulusan SMA, bareng dengan genk rumpinya dulu.

"Wen, naik kora-kora mau?" tawar Irene dengan mata berbinar menunjuk wahana permainan berbentuk seperti perahu.

"Berani emang?" Tanya Wendy memastikan. Setahunya Irene itu penakut.

"Berani dong, lagi pengen teriak-teriakan."

"Jangan! suara lo cempreng, Rene."

"Lo tuh masih sama ya? Nyebelin!" Irene melajukan langkah kakinya, meninggalkan Wendy yang tertawa di belakangnya.

"Lo juga gak berubah tuh, masih aja ngambekkan." ucap Wendy yang kini sudah menyamakan langkahnya dengan Irene.

Keduanya kini tengah mengantri di depan loket wahana yang dipilih oleh Irene. Terlihat pengunjung yang baru keluar dari wahana itu, ada yang wajahnya pucat, bahkan ada yang muntah karena tidak bisa menahan rasa mualnya.

Irene bergidik ngeri melihatnya

"Yakin, masih mau main?" Tanya Wendy dengan nada berbisik, tepat di telinga Irene.

"Gak jadi deh, main yang lain aja ya?
...... Hehehe."

Wendy menarik sudut bibirnya, Irene benar-benar tidak berubah.

Keduanya berakhir duduk dalam wahana cangkir, permainan kekanakkan ini memang sangat cocok untuk Irene Cecilia.

Irene tertawa lebar saat cangkir yang ditumpanginya bersama Wendy berputar kesana kemari. Tangannya memegang erat dinding cangkir, dan terkadang berpindah memegang lengan Wendy.

Selesai menikmati wahana kekanakkan itu, keduanya memutuskan untuk membeli es jeruk yang terlihat menyegarkan di sebuah kedai minuman kecil.

"Rambut lo kayak gembel." tegur Wendy sambil merapikan helaian rambut Irene yang memang terlihat sangat berantakan.

Irene menampilkan cengirannya sambil menikmati jus jeruk miliknya. Biar saja Wendy yang sibuk merapikan helaian rambutnya, kapan lagi coba?

Wendy beranjak dari duduknya, berdiri di baling punggung Irene. Sosok itu menguncir rambut Irene menjadi sebuah pony tail yang rapi. Demi apa? Irene kaget dong! Dulu waktu mereka masih pacaran, Wendy tidak pernah berlaku seperti ini.

Wendy kembali duduk di bangku. Irene menolehkan kepalanya, menatap sosok disampingnya yang tengah menikmati es jeruknya.

"Sejak kapan, lo bisa nguncirin rambut?"

Wendy hanya diam, memilih mengaduk-ngaduk es jeruk miliknya.

"Ah, elu pasti sering ngelakuin hal biasa ini ke pacar lo kan hahaha."

'Ngomong apasih, Rene? Lo malah nyakitin perasaan lo.'

Irene menundukkan kepalanya, merasa bodoh telah berbicara seperti itu.

"Mau makan siang dulu, atau main satu wahana lagi?" tanya Wendy mengalihkan pembicaraan.

"Mau main lagi, takut muntah kalau makan dulu baru main lagi."

.
.
.

Memainkan satu wahana? Bohong! Irene dan Wendy sudah menaiki banyak wahana yang memacu adrenalin mereka, mengabaikan rasa lapar, bahkan jam makan siang sudah lewat.

Too Kind • SeulreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang