CERITA AWAL

4.4K 49 10
                                    

Hanya orang bodoh yang menganggap ini adalah cerita nyata. Wis sing penting, Selamat menikmati.

Saat ini aku berada dalam sebuah kamar, cukup luas, dan bernuansa suram. Sesuatu terasa seperti mengikat tangan dan kakiku. Aku berbaring di kasur dan tak bisa menggerakkan badan. Mataku berlarian mencari pemahaman atas situasi ini.

Sesuatu bergerak meniti badanku. Sebuah tangan, kurus dan lembut, membuatku geli. dari dada ke perut naik lagi begitu seterusnya, kemudian berhenti di putingku, tangan itu menggaruk putingku pelan membuatku bergetar. Selama beberapa menit ia terus melakukan hal itu, sampai kemudian berhenti dan mencubitnya keras sekali.

"Aaaaraaah" aku berteriak. tangan itu bergerak menghantam mulutku. Menyuruhku diam.

"Des, maaf" kataku.

Ia bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju lemari yang tak jauh dari ranjang. Suara heels yang beradu dengan lantai terdengar keras. Membuatku bergetar.

"Ctarrr" Desy menguji kekuatan cambuk single tail nya ke tembok. Mendengarnya membuatku ngilu.

Desy menyentuhkan tangannya ke tubuhku. Mengusap-usap bagian atas tubuhku. (fyi aku bugil dan cuma pake sempak) Kemudian ia mengambil jarak, setelah dirasa cukup, ia mengayunkan cambuk itu ke dadaku. Aku berteriak. Ia terus melakukan itu, lagi dan lagi. Hingga tubuh bagian atasku penuh luka. Aku terengah-engah, kesadaranku mulai memudar. Tubuhku tidak terlalu kuat untuk menerima semua siksaannya.

Dessy mendekat padaku. Mengusap badanku dan mengelus rambutku. Kemudian ia memelukku dan mencium pipiku. Dan tersenyum, menenangkan ketakutanku. Ia membuka mulutku dengan paksa --- dan tanpa perlawanan, lalu meludah di mulutku.

"telen sayang"

Aku menelannya.

"masih kuat gak?" tanyanya

"masih, des. Tapi jangan yang berat-berat ya, ntar aku pingsan." kataku.

Sebagai jawaban, ia tersenyum, kemudian melepas borgol yang mengunci kaki dan tanganku. Ia mengambil sesuatu di pojok kamar. Lilin aromaterapi.

Desy menyuruhku berbaring di lantai di samping ranjang. Ia menyalakan lilin dan duduk di pinggir kasur. Kakinya di atas badanku. Bergerak-gerak, menekan-nekan kemaluanku. Menginjak wajahku dan memasukkan ke  mulutku. Lalu permainan utamanya dimulai.

Berawal dari badan, lilin panas itu menetes ke luka-luka ku. Rasanya sangat mantap sekali. Perih luka dan sensasi saat lilin sampai di tubuh, rasa sakit next level. Dua dimensi. Aku berteriak keras sekencang-kencangnya. Tapi ini adalah ruangan kedap suara, di ketinggian lebih dari dua puluh meter di atas apartemen. Tak akan ada abang-abang pos ronda yang menabuh kentongan atau berteriak di speaker masjid agar warga bekerjasama berjibaku untuk menolongku. Satu-satunya penolongku dalam situasi ini adalah safeword; yang aku lupa apa katanya. Dan itu berarti aku harus siap sampai desy mau mengakhiri permainan ini.

                                   ***

Pada dasarnya, Dessy adalah saudaraku. Umurnya dua tahun lebih tua dariku. Ayahku dan ibu Dessy adik-kakak, ibu Dessy lebih tua. Aku adalah anak tunggal, sedang dessy punya satu saudara --- yang juga perempuan, dan dua tahun lebih tua darinya. Ayah dan ibuku meninggal dalam kecelakaan saat aku SMA, jadi aku tinggal bersama keluarga dessy. Tapi karena saat ini aku kuliah, maka aku sekarang tinggal di Bandung bersama Dessy yang juga kuliah. Kami satu kampus.

Karena keluarga dessy sangat tajir, kami tinggal di apartemen. Bersama, ya tentu.

Permainan ini pertama kali kami lakukan saat SMA, aku kelas 10 dessy kelas 12. Ini terjadi pada suatu malam, bibi dan pamanku sedang jalan-jalan bersama teman sekantornya, dan otomatis di rumah hanya ada aku, dessy dan kakaknya. Sebenarnya sejak kecil aku sudah sangat mencintai dessy dan menganggap dessy adalah kakakku yang paling ku sayang.

Malam itu, saat aku siap-siap mau tidur, dessy datang ke kamarku. 

"Ken, sini ikut geh!" katanya

"kemana, des?"

"udah ikut aja dulu."

Aku menurut saja dan mengikutinya, ia pun tak terlihat mencurigakan, ia membawaku ke kamarnya.

"mau ngapain, des?" aku masuk kamarnya, dan seketika aku tertegun.

"apa ini?" ia menatapku sinis. Semua barang-barang rahasiaku bercecer di kasur. Hatiku bergetar karena takut.

"jangan kasih tau bibi ya, des. Plisss"  aku memohon.

"kamu suka yang kayak begini?" tanyanya.

"eng, enggak des.."

"trus ini?"

"itu cuma pengen tau aja." aku menunduk.

Ia mengangkat kakinya dan melakukan tendangan depan ke dadaku. Aku terjatuh terduduk, dan menunduk lagi. Dessy berjongkok, jarinya memaksa wajahku untuk menghadap ke wajahnya.

"sebagai 'kakak' jujur aku kecewa kamu kayak gini, tapi kenapa gak cerita sama kakak, dan kenapa harus cari orang lain, kan ada kakak." katanya.

Aku merasa aneh dengan kata-katanya, aku mencoba mencerna lagi. Tapi dugaan awalku dia bakal memarahiku habis-habisan ternyata salah.

"em, maksudnya?"

"mau apa? Pegging? Cambuk? Breath play? Foot femdom?" katanya yang membuatku benar-benar terkejut dan terheran-teran.

Dari situlah semuanya bermulai.

Next--->






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY SISTER MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang