Mengingat kejadian tadi, tepat Jimin memilih meninggalkan Alisa dengan langkah cepat. Tidak ia duga bahwa anak kecil itu menangis sesampai didalam mobil. Awalnya Jimin mengira kalau Alisa hanya bersandiwara. Ta-tapi, kok lama kelamaan isaknya kian pecah. Jimin dibuat bingung harus bersikap bagaimana. Bahkan Jimin pikir penyebab Alisa menangis pun adalah karna kekesalan dia tadi yang meninggalkan anak kecil itu berjalan sendirian. Namun semua pikiran itu mendadak hilang saat Jimin bertanya alasan dia menangis, dan Alisa pun berucap lirih,
"Ponselku tertinggal di Mansion.."
Sial sial sial......
Itu lah alasan mereka saat ini berada di sebuah pusat perbelanjaan. Alisa merengek ingin diganti ponselnya hari ini juga. Bocah itu mengoceh sepanjang jalan mengatakan bahwa didalam ponsel itu banyak note-note penting, tugas dan kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal saat dia masuk sekolah nanti.
Untung saja Jimin kaya. Hanya demi menyuruh bibir jelek bocah itu tertutup dan tidak lagi bersuara, Jimin bahkan berteriak agar Alisa bisa tenang.
"Diamlah! Kau membuatku pusing!" bentak Jimin masih tertahan. Namun Alisa malah semakin mengeraskan tangisnya. Bahkan bocah menyebalkan itu tidak segan-segan membuka kaca mobil dan berteriak keluar.
"Ponselku...maafkan aku. Aku khilaf"
Adu nya pada dunia. Dasar gadis sinting!
Dan saat Jimin berpikir dia akan mereda setelah berteriak tidak tahu malu keluar sana. Ternyataa....
"Diammmm!" frustasi Jimin saat Alisa malah memperlama dan menjadikan ini sebuah drama panjang hanya karna sebuah benda yang tidak terlalu penting sampai Jimin menjadi pusing.
"Aku akan membelikan yang baru dengan merk dan harga yang paling mahal asal kau diam. Diam! Kepalaku serasa akan pecah saat ini."
Hanya beberapa detik saja Alisa pun langsung diam. Kini dia menatap Jimin antusias. "Benarkah? Paling mahal?" koreksinya.
Jimin tidak tahan. Benar-benar tidak tahan. Dia pun dengan cepat membanting stir kekiri. Membuat Alisa terkejut karna Jimin tiba-tiba berhenti.
Tanpa aba-aba, dan diluar kesadarannya. Jimin meletakkan tangannya mencekik di leher Alisa. Kedua mata Alisa spontan membola hebat. Degup jantungnya tidak karuan seperti berlarian. Alisa pikir Jimin benar-benar akan membunuhnya saat ini. Tapi beruntung dia langsung menyingkirkan tangannya, merematnya dan melampiaskan amarahnya dengan meninju stir mobil sangat kuat.
Saat ini Alisa benar-benar takut. Tubuhnya gemetar. Sungguh!
Perlahan Alisa menyentuh tangan Jimin. "Opp--" kalimatnya tertahan saat Jimin menoleh dengan tatapan sangat menakutkan.
"Jangan mencoba-coba menguji kesabaranku, Alisa." Jimin memperingati. Takut-takut kalau lain kesempatan bisa saja Jimin benar-benar akan melakukannya.
Alisa tidak menjawab. Lebih tepatnya begitu takut untuk membalas. Jadi Alisa hanya diam dan tertunduk. Menatap keluar jendela lagi saat Jimin menjalankan lagi mobilnya dijalanan. Dalam hati Alisa pun bergumam.
"Aku hanya ingin berteman" dengan sisa-sisa isak yang hanya bisa Alisa dengar.
🐣🐣🐣🐣🐣
Setelah mendapatkan ponsel keluaran paling terbaru dengan harga yang tidak tanggung-tanggung, Alisa dan Jimin pun segera pulang. Gadis lugu itu disambut oleh kedua belah pihak keluarga dengan semburan kehangatan. Orang tua Alisa sengaja datang kerumah Jimin guna menyambut putrinya yang baru saja dipersunting lalu dibawa pergi dan kini sudah kembali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY IN MY LIFE || [PJM]✓
Fanfiction"Anak kecil harus pulang." Jimin menggenggam tangannya. Berharap yang ia cari sedari tadi bisa ia bawa kembali. Namun Alisa tidak berharap demikian. "Tidak, aku tidak ingin pulang." "Alisa," "Aku mau kita bercerai." Start : 21maret