Keping 23 : Jangan Coba Tikung Saya

4K 371 67
                                    

happy reading

.......................

Melihat Ikhsan yang masih membisu di sampingnya, Lora semakin menjadi-jadi menggoda senior tampannya itu.

Sang gadis menggeser posisi duduknya lebih dekat, lalu menghadapkan wajah jahilnya pada Ikhsan sambil mengulang pertanyaan, "kenapa bukan Arini? Kenapa harus Mark Tuan, Bang? Atau jangan-jangan Bang Sanul di belakang Lora diam-diam jadi fanboy?"

Mendengar pertanyaan usil itu, Ikhsan tak lagi bisa memilih untuk tetap diam. Akhirnya ia membuka suaranya walau pun menahan beban berat dalam getaran suara itu, "kalau saya jawab apa yang membuatmu penasaran, saya dapat apa?"

"Kok aroma-aromanya bakalan Lora jadi korban ini?" Lora balik bertanya, alis hitam rapinya bertaut rapat.

"Kalau begitu tak usah saja saya jawab." Ikhsan membalas santai sambil ikut melipat lututnya ke dada, meniru gaya si cantik di sebelahnya.

"Okelah, Lora bakalan dengerin Bang Sanul suara emas bin berlian Lora. Nyanyi bahasa Korea. Gimana?" Lora mencoba untuk mengikuti maunya Ikhsan.

Ikhsan menautkan dahinya sejenak, lalu mengangguk pelan sambil berkata datar, "jangan lari dari kesepakatan."

"Tidak akan, Gus." Lora menjawab pasti.

Malam ini, sebenarnya keduanya sama lelah karena setelah seharian tadi menjadi pasangan pengantin anti-mainstream di atas panggung tenda utama. Tapi mau apa dikata, persoalan layar ponsel memang harus segera diluruskan, cepat atau lambat.

"Kamu tanya kenapa saya memilih Mark Tuan dan bukan Arini?" Ikhsan bertanya perlahan pada gadis berlesung pipi di sebelahnya.

"Mm." Lora mengangguk kencang.

"Itu karena kamu, Lora." Ikhsan menimpali segera.

Mendengar jawaban sang Gus, Lora membelalak ngerih, "jan ngadi-ngadi deh Bang. Apa hubungannya dengan Lora?"

"Kamu 'kan sudah lihat layar ponsel saya. Di sana ada foto saya dan foto Mark Tuan. Kamu juga pasti baca tulisan yang ada di foto itu, iya 'kan?" Ikhsan menjelaskan perlahan.

"Iya, Lora baca. Justru karena Lora lihat foto kalian dan baca tulisan itu makanya Lora langsung pusing pas tau layar depan ponsel Bang Sanul." Lora ikut dalam arus pembicaraan, menimpali santai.

"Pada bagian foto Mark Tuan, saya beri tulisan 'HALUSINASI'. Pada foto diri saya, saya beri tulisan 'PEMILIK ASLI'. Kamu tahu apa maksudnya, Lora?" Ikhsan bertanya sambil menghadapkan wajahnya pada sang gadis.

Lora menggeleng cepat, "kalau Lora tau, kenapa Lora tanya Bang Sanul?"

Ikhsan mengangguk perlahan, "kamu jangan kepedean ya, jangan memikir yang macam-macam. Saya melakukan itu hanya untuk meyakinkan diri saya kalau saya berada di dunia yang sama dengan gadis antah-berantah yang akan jadi istri saya. Sedangkan Mark Tuan tidak, ia jauh di sana. Di negara yang untuk menempuhnya saja mesti menyediakan biaya dan waktu yang cukup."

Lora mengerutkan dahinya, "terus kenapa mesti buat kolase itu untuk jadi layar depan ponsel Bang Sanul?"

"Kamu tak akan mengerti, Lora. Bagi laki-laki, harga diri untuk diakui itu lebih tinggi dari pada perempuan, tak terhitung capaian angkanya. Dan menantang diri sendiri untuk dianggap dan diakui secara nyata, bukan sekedar halusinasi belaka jauh lebih penting dari pada rasa suka atau simpati." Ikhsan menjelaskan panjang lebar.

"Maksud Bang Sanul?" Lora bertanya heran. Ia benar-benar tak paham.

"Sudah saya katakan tadi, kamu tak akan mengerti Lora. Jadi tak perlu berpikir terlalu keras." Ikhsan menimpali datar.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang