*Flash back*
Jam menunjukkan pukul 7 pagi dan pria muda dengan ekspresi datar sedang berjalan menuju meja makan.
Memastikan seragamnya rapi sempurna, pemuda tampan dan tinggi itu mendudukkan dirinya menunggu sajian dihidangkan.
"Silahkan dinikmati tuan muda". Dengan sopan salah satu pelayan loyal dikeluarga konglongmerat itu menyajikan sarapan untuk tuan mudanya.
"Pagi tin". Sapa sang kepala keluarga pada anak bungsunya.
"Pagi sayang". Nyonya besar keluarga itu juga tersenyum senang mendapati anaknya sudah siap dimeja makan.
"Pagi". Jawab pemuda itu singkat.
Tidak.
Dia tidak sedang marah, kesal, apalagi bad mood. Dia memang sudah seperti itu setiap hari sejak dia terlahir.
Itu adalah ekspresi normalnya.
Minim senyum. Datar ekspresi. Dan selalu nampak tidak senang.
Tin medhtanan adalah sosok berkharisma yang memiliki aura suram itu sejak kecil.
"Ah kepalaku". Satu lagi pria dengan wajah sangat tampan berjalan menuju meja makan.
"Kurang tidur tul?". Tanya nyonya medhtanan khawatir anak sulungnya yang baru saja bergabung diperusahaan mereka terlalu lelah.
"Hmn". Tul mengangguk sembari menyantap sarapannya. "Moon membuatku stress bu. Dia pergi ke panti asuhan didesa terpencil dan berkata akan mengabdi disana 1 tahun!. Ah... kepalaku pusing".
"Well... semoga saja dia tidak cinta lokasi dengan volunter lainnya disana". Goda nyonya medhtanan pada tul.
"Bu.....". Tul seketika hilang nafsu makan membayangkan tunangannya berselingkuh.
"Hahaha..... bercanda tul....".
*klak*
Selagi keluarganya bercanda gurau, tin beranjak dari posisinya menuju dimana mobilnya terparkir.
"Hati hati tin....".
"Baik bu". Jawabnya singkat.
*
*
*
**tin pov*
*kriirttt!!*
Rem mobil mewahku ku injak dalam nyaris melindas apapun yang ada dihadapannya.
"Oi!. Kalau tidak bisa menyetir jangan pakai mobil!. Naik sepeda sana!. Dasar mengesalkan!". Sosok kecil dan mengerikan memakiku dari luar.
Apa dia bodoh?.
Dia yang tiba tiba saja menerobos masuk jalanku, kenapa malah dia yang memakiku?.
Tsk!. Sebaiknya aku tidak berurusan dengan sosok seperti ini.
"Oi keluar kau!". Aku mengabaikannya dan masuk ke gerbang sekolahku.
*
*
*"Tin ada apa dengan wajahmu?. Kau mengkerutkan dahimu". Tanya salah satu teman baikku namun aku tetap berjalan mengabaikannya.
Mau tau sesuatu?.
Dia adalah anggota keluarga kerajaan. Bisa dibilang dia memiliki derajat diatasku namun aku bisa dengan bebas mengabaikannya dan memperlakukannya normal kerena sesungguhnya dia masih sepupuku.
Ini adalah hal yang sangat dirahasikan.
Ibuku adalah adik raja negara ini yang telah melepas gelar kerajaannya untuk menikah dengan ayahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Can Medhtanan
Fiksi PenggemarBe my everything One shot with a lot of bonus 🤣