Chapter 2

1.9K 152 9
                                    


Katanya, waktu dapat menghapus luka. Tapi mengapa justru luka yang membunuh waktunya?

.

.

.

"Sasuke!"

Jangan pergi. Ingin rasanya aku meraih punggung sosok yang menjauh itu. tapi kenapa tanganku tidak sampai? Bukankah jarak mereka tidak jauh? Kenapa?

"Sasuke!"

Jangan pergi. Ke mana suaraku Apa Sasuke tak mendengar panggilanku? Padahal aku sudah berteriak sampai tenggorokan sakit luar biasa. tapi Sasuke tidak juga berbalik. Punggung kecil itu malah makin jauh dan semakin jauh saja?

"Sasuke!"

Jangan pergi. Kumohon. Biarkan aku menebus semua kesalahankuk. Jangan hukum aku dengan menyembunyikan dirimu dari mataku. Kumohon kembalilah. Katakan padaku. Apa yang harus kulakukan agar kau takpergi lagi.

"Sasuke!"

Jangan pergi. Jangan pergi. Jangan pergi Sasuke.

"SASUKE!"

.

.

.

"Naruto!". Goncangan tubuh diberikan. Naruto kembali tertidur di meja kerjanya. Sudah dua hari ini ia lembur. Sebab akan ada ujian Chuunin. Sebagai Hokage sudah sepantasnya ia bekerja keras agar ujian kali ini berjalan lancar tanpa hambatan.

Perlahan, Naruto membuka matanya. Dilihatnya sosok ayu Hinata yang balik menatpnya lembut. Mengusap wajah kasar, Naruto mulai mengumpulkan sisa-sisa jiwanya yang masih tertinggal di alam bawah sadar. Lalu kembali diliriknya Hinata, yang masih setia berdiri di sampingnya, menggenggam lembut pundaknya.

"Maaf. Apa aku ketiduran?", tanyanya.

"Kalau lelah, kau bisa beristirahat. Biar aku yang urus sisanya. Sudah dua hari kau tidak pulang kan?". sosok itu berjalan memutar. Membawa baki teh yang tadi sengaja ditaruhnya di atas meja tamu ruang Hokage. Menyerahkannya pada Naruto, berharap pria itu sedikit bersemangat.

"Terima kasih. Tapi tidak, sedikit lagi selesai. Kau tidak perlu menungguku". Naruto meniup tehnya. Menghirup aroma melati yang menguar dari cawan kecil berisi cairan berwarna coklat muda.

"Tidak apa-apa", Hinata tersenyum simpul. Tambahnya, "Sudah jadi kewajibanku menemanimu".

"Tidak perlu memaksakan diri. Tapi, terima kasih"

"Kau juga, jangan sungkan begitu. Kita kan.."

KRIETT!!

Belum sempat kalimat Hinata terselesaikan. Interupsi datang dari suara pintu yang terbuka. Dengan sedikit tenaga berlebih, sosok Sai muncul di pintu rung Hokage. Pria itu membawa tumpukan berkas entah apa. disinyalir adalah daftar nama-nama calon peserta ujian Chuunin dari berbagai desa. Seperti biasa, senyum mengembang di wajahnya. Apalagi melihat Naruto yang menatapnya 'apa kau serius?'. Menjadi lucu baginya.

Hinata membalas senyum Sai. Wanita cantik itu membungkuk, memberi salam berusaha terlihat sopan. Tangannya sigap mengangkati baki berisi teh yang tadi dibawanya, memberi sedikit ruang pada meja Hokage yang memang penuh itu untuk letak berkas baru yang Sai bawa.

"Apa itu daftar calon peserta ujian Chuunin?", tanyanya. Lebih kepada formalitas. Bagamanapun mereka teman satu angkatan. Meski tidak terlalu akrab, seperti Naruto, tapi Hinata tahu bagaimana cara bersikap. Sai juga bukan lagi orang asing baginya. Teman Naruto, berarti temannya juga.

LUKA |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang