Mark melihat ke segala penjuru Cafe tempat ia dengan Bibi Choi membuat janji, bibir tipisnya tersenyum ketika melihat wanita paruh baya melambaikan tangan padanya. Mark berjalan kearah Bibi Choi yang juga terlihat tersenyum menyambut kedatangan Mark.
"Maaf bibi sudah membuatmu menunggu." Mark meminta maaf setelah ia menduduki kursi diseberang Bibi Choi.
"Tidak apa-apa, aku memakluminya. Kamu sibuk oleh pekerjaan."Bibi Choi menunjukkan senyum teduhnya.
Mark hanya tersenyum menanggapinya, "bibi apa kabar? Sehat?"
"Ya seperti yang kamu lihat sekarang, anak-anak di panti sangat aktif dan yaa mereka banyak menghiburku jadi aku tidak bisa tidak sehat." Bibi Choi tertawa menanggapi leluconnya sendiri.
"Kamu bagaimana? Baik?" Tanya Bibi Choi kembali.
"Yaa, aku baik Bibi hanya saja pekerjaan di kantor membuatku sedikit pusing kepala."
Bibi Choi mengangguk, "memang begitu, kamu pasti akan sibuk mengurusi saham-saham yang rumit,"
Mark tersenyum, "yaa begitulah kenyataannya sekarang bibi."
Bibi Choi mengangguk, "ehmm Mark maaf jika aku lancang, sebenarnya aku mengajakmu bertemu untuk membahas soal Haechan."
"Ada apa dengan Haechan?" Mark spontan bertanya ketika nama Haechan disebutkan oleh Bibi Choi.
Bibi Choi terlihat ragu untuk bertanya tapi ia sangat khawatir dengan Haechan yang sudah seperti anaknya sendiri.
"Apa kalian baik-baik saja?" Bibi Choi bertanya dengan hati-hati, wajahnya menunggu reaksi apa yang Mark akan berikan.
Mark sendiri nampak terkejut, namun pemuda itu dapat mengontrol raut wajahnya kembali normal.
"Ya bibi, kami... Baik-baik saja sepertinya," jawab Mark tanpa menatap kearah Bibi Choi.
Bibi Choi menghela nafasnya pelan, ia tahu Mark berbohong, jika mereka baik-baik saja kenapa Mark tidak pernah mengunjungi panti jika hari minggu tiba dan mengapa Haechan selalu terlihat murung.
"Kalian pasti ada masalah, aku tidak mau ikut campur sebenarnya Mark, tapi Haechan.. anak itu terlihat murung dan selalu melamun, setiap malam dia selalu tertidur dengan air mata yang berbekas dipipinya."
Bibi Choi menatap wajah Mark, melihat ekspresi yang dikeluarkan pemuda tersebut.
"Aku tidak tahu apa masalah yang terjadi, kamu pun tidak perlu menceritakannya, kalian hanya perlu membicarakannya dengan baik-baik berdua.. setiap manusia mempunyai kesalahan baik dirimu maupun Haechan,"
Bibi Choi menatap gelang pemberian Haechan yang ia gunakan di lengan kirinya. "aku juga tidak tahu siapa yang diantara kalian yang salah, jika itu Haechan tolong maafkan dia jika kesalahan yang Haechan perbuat sungguh besar maka kamu boleh meninggalkannya dengan cara baik-baik,"
"Anak itu tidak pernah menunjukkan wajah sedihnya setelah kamu masuk kedalam kehidupannya, jadi aku sangat tahu ketika Haechan dalam masalah. Dia sudah berusaha menutupi wajah sedihnya. Namun jika itu denganku dia tidak akan bisa, anak itu sudah seperti anakku sendiri Mark." Bibi Choi tersenyum.
"Maka dari itu sepulang dari sini tolong pikiran baik-baik jalan yang akan kamu ambil kedepannya, jika bisa temui Haechan nanti jika kamu tidak sibuk"
"Hanya itu yang bisa ku sampaikan Mark, maaf jika kata-kata ku mengganggu atau membuat mu tertekan."
Mark menggeleng, "tidak bibi, tidak sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 𝓶𝓲𝓮𝓷𝓷𝓮 𝓢𝓸𝓷𝓷𝓮 [Matahariku] || MarkHyuck ✓
Fiksi PenggemarMark mempercepat langkahnya ketika melihat punggung kecil Haechan kini semakin dekat dengannya. Grep Haechan menoleh, sedikit kaget ketika melihat siapa yang mencekal lengannya. Genggaman Mark terasa dingin ditangannya. "Ada apa Hyung?" Mark tak...