15: Agreement

85 10 1
                                    

DIA di sini sekarang. Duduk di hadapan seorang wanita paruh baya yang menjabat sebagai kepala redaksi 17 News, Ji Wooyeon. Kim Mingyu menatap Wooyeon tanpa ekspresi, seperti biasa. Namun, wanita berparas cantik itu justru menatapnya dengan senyuman tipis, khas senyuman seorang profesional.

"Senang bisa bertemu lagi denganmu, Direktur Kim," ucap Wooyeon.

Mingyu pun membalas, "aku juga."

Mendengar jawaban Mingyu, Wooyeon pun tertawa kecil. "Sifat dinginmu tidak berubah, ya."

Namun, kali ini Mingyu tak menjawab. Ia memilih untuk memanggil ibu penjual. Kalau kalian mengira mereka akan makan di restoran mewah, kalian salah besar. Nyatanya mereka justru memilih restoran sederhana dengan menu khas Korea. "Silakan pilih menu yang kau inginkan, Kepala Redaksi Ji," ucapnya mempersilakan.

"Tolong Bibimbap-nya satu, Bu," pesan Wooyeon kepada penjual.

Mingyu pun ikut memesan, "tolong Budae Jigae satu."

Begitu penjual sudah kembali ke dapur, Wooyeon menatap Mingyu. "Ey~ kau selalu makan mie instan. Padahal kau seorang direktur utama," ledeknya.

Sayangnya, Mingyu tak menggubrisnya. Ia hanya diam sambil membalas tatapan Wooyeon. Dan tampaknya, Wooyeon sudah terbiasa dengan sifat dingin pria itu. Ia sama sekali tak mempermasalahkannya. Karena, sebenarnya nyaris semua media sudah tahu dengan sifat Mingyu.

Tak ada yang berani mengganggu gugat atau melaporkan berita tak baik tentang hal itu. Sudah pasti, warga yang pada dasarnya menyukai pesona dingin seorang Kim Mingyu pasti akan memboikot media yang berani berbuat seperti itu.

"Apa kehidupan pernikahanmu berjalan lancar?" tanya Wooyeon sembari menenggak segelas soju.

"Aku tidak sedang dalam posisi diwawancarai, Kepala Redaksi Ji," sahut Mingyu dengan cepat.

Wooyeon pun kembali tertawa. "Astaga, kau kaku sekali, Direktur Kim. Aku tidak berniat memublikasikan jawabanmu. Ini hanya pertanyaan di antara kerabat kerja," balasnya dengan nada jenaka. Ia tak habis pikir, bisa-bisanya warga menyukai sifat seperti es batu itu.

Bukannya menjawab, Mingyu justru mengalihkan pembicaraan, "aku sangat menghargai keputusanmu untuk tidak menyorot kami malam itu. Aku harap tidak ada berita-berita aneh dari 17 News tentang pernikahanku."

"Ah, di malam pernikahanmu? Aku memang tidak datang ke pernikahanmu. Sepertinya, media kami tidak diundang," jawab Wooyeon dengan senyum penuh makna.

Mingyu tampak terkejut dengan pernyataan kepala redaksi itu. "Aku menaruh 17 News di urutan pertama dalam tamu undangan untuk media," ungkapnya.

"Tapi kami tidak mendapat kartu pas untuk masuk ke pernikahanmu," balas Wooyeon. Ia bisa melihat rahang Mingyu mengeras. Ia yakin, Mingyu tak mengetahui kenyataan yang barusan ia ungkapkan.

"Sepertinya, ada yang tidak mengharapkan kehadiranku," tambah wanita berkarir itu.

Mingyu terdiam. Walau wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun, tapi dapat terlihat kalau suasana hatinya memburuk. Ia tak menyangka kalau daftar undangan akan kembali dirombak.

Pesanan mereka pun datang. Wooyeon segera mengaduk Bibimbap-nya. Ia lalu melirik Mingyu yang sedang menghirup kuah Budae Jigae pedas.

"Kalau perut kosongmu langsung diisi oleh sesuatu yang pedas, kau bisa sakit," ujarnya menasehati. Namun, tampaknya Mingyu tak memedulikannya. Pria itu tetap menyantap makanannya dalam diam.

Merasa diabaikan, Wooyeon pun kembali menginterupsi, "bukankah seharusnya kau bersikap baik padaku untuk mengambil hatiku?" Ia lalu menambahkan, "aku bisa menulis artikel tentangmu sesuka hatiku, loh."

Don't Listen to My SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang