Abaikan deskripsi 🤭🤭
______________________________________
Hujan mengguyur seorang gadis remaja berumur sekitar 20 tahun. Seakan mengabaikan air yang terus membasahi tubuhnya, gadis itu malah mendongak membiarkan tetesan air hujan membasahi wajahnya. Gadis itu baru saja kehilangan kedua orang tuanya. Sudah tidak ada lagi air mata yang bisa dikeluarkan, kini dia hanya sendiri di dunia ini.
Tidak ada lagi orang yang menemaninya, kakaknya telah hilang sejak lama. Gadis itu selalu berusaha mencari kakaknya, hasilnya nihil. Entah kakaknya itu masih hidup ataupun tidak, gadis itu tidak tau. Hidupnya hancur sekarang, tanpa tujuan dan tanpa cita-cita.
"Kenapa nggak gue aja yang mati?" Tanyanya pelan pada dirinya sendiri.
"Karena kamu pasti punya seseorang yang masih peduli dengan kamu." Jawab seseorang dengan hoodie yang menutupi kepalanya.
"Lo siapa?" Tanya gadis itu.
"Aku? Aku Shani, pemimpin pengguna kekuatan api bagian Utara." Jawabnya.
"Bagian utara ya? Kenapa gue harus berhubungan dengan orang seperti kalian? Gue muak dengan semua ini." Gadis itu berdiri dan melangkah pergi.
"Tunggu!!" Shani mencekal tangan gadis itu.
"Bukankah kamu juga punya kekuatan itu?" Tanya Shani.
"Dengar Shani, dengarkan ini baik-baik karena gue hanya akan mengatakan ini sekali. Orang tua gue adalah pengguna api yang bergabung dengan bagian utara, mereka sangat hebat dan gue tau itu. Tapi sayangnya, kekuatan api itu hanya menurun ke kakakku, sedangkan gue hanyalah seorang manusia biasa yang tidak punya kekuatan apa-apa. Kakakku hilang sejak lama, dan peperangan kemarin menghilangkan nyawa kedua orang tuaku. Sekarang lo paham kenapa gue hanya ingin mati sekarang?" Gadis itu menatap Shani yang terkejut.
"Kamu....." Shani menunjuk Gracia.
"Anak dari pak Devan dan bu Veranda?!" Kaget Shani.
"Gue ngira lo pasti kenal mereka. Sampai jumpa lain hari, tapi semoga gue nggak pernah bertemu lagi denganmu." Gadis itu menepuk pundak Shani lalu pergi dengan cepat.
Shani terdiam cukup lama sampai akhirnya dia berlari untuk mengejar gadis itu. Shani mendapat sebuah pesan sebelum Ve menemui ajalnya.
'Tolong jaga anakku.'
Tapi terlambat, gadis itu sudah menghilang dengan cepat. Sepertinya gadis itu punya kekuatan menghilang. Shani mendesah kecewa, dia kini berjalan menuju rumahnya yang juga dijadikan sebuah cafe sebagai markas oleh teman-temannya.
Kebetulan saat pulang, teman-temannya ada di sana dan sedang bercanda. Desy yang melihat wajah lesu Shani langsung bertanya.
"Woy bos, lu ngapa lemes gitu?" Tanya Desy.
"Gue nemuin dia." Jawab Shani.
"Ha?! Beneran?!" Kompak semua orang yang ada di sana.
Mereka semua sudah tau bahwa Shani disuruh untuk mencari dan menjaga anak dari Devan dan Ve. Dan saat mereka mendengar bahwa Shani telah menemukannya, mereka terkejut. Secepat itu?
"Terus sekarang mana?" Tanya Anin.
"Dia pergi dan berharap nggak ketemu gue lagi." Shani mendesah lelah.
"Gimana nih? Namanya siapa btw?" Tanya Vivi.
"Astaga! Aku lupa tanya." Shani menepuk keningnya.
"Bodo amat bos." Kompak semuanya.
Shani nyengir tanpa dosa, terkadang dirinya memang sedikit lemot dan ceroboh. Sekarang Shani berpikir keras bagaimana mencari gadis itu jika namanya saja shani lupa tanyakan.
***
Di tempat lain, gadis itu tidak pergi kemana-mana. Hanya pulang ke rumahnya sendiri yang sedikit terpencil dari keramaian kota. Gadis itu memandang sebuah pedang kesayangannya, walaupun dia tidak punya kekuatan apapun, gadis itu terbilang hebat karena bisa mengalahkan 100 orang tanpa kekuatan hanya dengan sebuah pedang.
Tapi, jika sudah bertemu dengan pengguna kekuatan api, gadis itu akan selalu kalah jika mereka bisa mengendalikan apinya dengan baik. Gadis itu mengambil pedang itu lalu memasukannya ke sebuah tas panjang, dia berencana akan sedikit bermain-main di tengah kota.
Gadis dengan pedang di punggungnya menatap kericuhan kota sambil tersenyum. Mungkin sampai pengguna api bagian utara dan selatan damai, kota akan sejahtera. Tapi rasanya tidak mungkin.
Gadis itu berjalan memasuki kawasan utara dengan santai, sebagai manusia biasa, dia bebas berkeliaran dimana pun dan kapanpun. Dengan hoodie biru donker dan masker hitam yang menutupi wajahnya, dia masuk ke sebuah cafe yang dia tau adalah markas Shani dan kawan-kawan.
"Mau pesan apa kak?" Tanya pelayan disana yang bernama Zee.
"Cappucino." Jawab gadis itu singkat.
"Ada lagi?" Tanya Zee.
"Tidak." Jawab gadis itu singkat.
"Baik, pesanan akan diantar sebentar lagi." Zee berlalu.
Terlihat Shani yang duduk dengan lesu di pojokan sambil memainkan hpnya. Karena pendengaran gadis itu cukup tajam, dia bisa mendengar gumaman kesal Shani.
"Kenapa aku bisa lupa nanyain namanya? Kalau udah gini kan aku susah nyarinya." Kesal Shani sambil memutar-mutarkan hpnya.
Gadis itu tersenyum dibalik maskernya. Zee mengantarkan pesanan dan langsung ditenggak habis oleh gadis itu, tak peduli bahwa itu masih panas. Setelah membayar, gadis itu keluar sambil melirik ke arah Shani.
Gadis itu langsung dihadang oleh 5 orang yang gadis itu ketahui bukan pengguna kekuatan api. Bisa dilihat di telapak tangan kiri mereka yang polos tanpa ada tanda berwarna merah berbentuk api.
"Woy woy, tangan gue gatel pengen bunuh orang nih. Gimana kalau lu gue bunuh?" Tanya salah seorang dari mereka.
"Coba aja." Sinis gadis itu.
"Gasskan guys." Teriak orang itu.
Gadis itu menyeringai dan mengeluarkan pedangnya dari tempatnya. Pertarungan dimulai.
TBC
Hay hay.
Cerita fantasi pertama gue nih
Semoga nggak gaje ya guys🤭🤭
Belum terlalu bisa sih bikin yang kayak giniJangan lupa vote dan komen ya guys✨✨✨
See you next part👋👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA MERAH DAN BIRU [END]
FantasyAku belum pernah merasa sehancur ini. Melihat dia yang meregang nyawa di depanku hanya untuk menyelamatkan aku yang bahkan belum bisa memberinya sebuah kebahagiaan. Aku mengecewakan dia, aku membuatnya marah, aku membuat dia putus asa, dan kini aku...