Haiiii guys. Aku up lagi. Jangan lupa tinggalkan jejak yah.
Komentar aja sebanyak-banyaknya.
Selamat membaca.
***
"dia tidak akan pergi jika kamu yang lebih dulu meninggalkan!"
***
Angin pagi begitu terasa dingin. Maklum lah, tempat itu di kelilingi oleh pegunungan yang begitu tinggi nan indah.
Seorang lelaki masih menggeliat di tempat tidurnya.
Beberapa menit kemudian terdengar bunyi alarm yang membuat lelaki itu terperanjat kaget. Kemudian ia bangun untuk mematikan benda itu.
Jam menunjukkan pukul enam pagi. Namun, suasananya sudah sedikit ramai.
Dari luar terdengar ketukan pintu yang membuat lelaki itu bangkit untuk membukanya.
"eh zayan. Kamu tidur di saung yah semalaman? " tanya seorang lelaki yang masih terlingkar sarung di lehernya.
Zayan. Lelaki yang baru saja beberapa bulan lalu mengalami putus cinta.
"kata simbah kamu lagi gegana atuh. Simbah takutnya kamu melakukan hal yang tidak-tidak. Makanya saya cariin kamu. Ternyata kamu di sini! " ucapnya lagi panjang lebar.
Yang di ajak bicara masih saja diam.
"kamu mah diam mulu. Saya jadi bingung mau bilang apa! " keluh lelaki itu.
Zayan mengaruk keras kepalanya dengan kesal. Sebenarnya ia masih malas di ajak berbicara. Pikirannya sedang kalut. Maka dari itu, ia memilih untuk diam.
Tapi memang akhir-akhir ini ia selalu menunjukkan sikap diam dan tenang sih.
"di luar ada banyak kerjaan. Yuk kerja! " ajak zayan yang memang sengaja mengalihkan pembicaraan.
Selain itu, ia juga ingin menyibukkan dirinya agar tidak teringat dengan masalah yang menimpanya kemarin.
Lelaki itu tersenyum lebar dan mengangguk dengan penuh antusias.
Tak sabar lagi dirinya bekerja.
Perlu kalian ketahui bahwa tempat mereka sekarang adalah di kebun kopi. Mereka di tengah-tengah tempat itu.
Zayan mengurungkan dirinya untuk pulang ke rumah kemarin sore. Ia lebih memilih menghabiskan waktu di sana seorang diri. Memangnya dia tidak takut? Enggak kok. Dia kan pemberani.
Entah mengapa zayan suka sekali berdiam diri di kebun kopi. Tepatnya di saung. Padahal di sana jaringan nya kurang bekerja. Juga tidak ada televisi ataupun permainan.
Hanya saja pemandangannya sangat indah. Tak peduli pagi, siang, sore, maupun malam. Dengan ketinggian seratus meter di permukaan laut membuat zayan bisa melihat pemandangan kota bandung yang begitu indah.
Zayan membersihkan tempat tidurnya dan bergegas menyusul temannya yang bernama Robin tersebut.
***
Keduanya mulai bekerja. Mereka berjalan-jalan sambil memeriksa biji kopi yang masih setia menempel di pohonnya.
"den zayan. Udah baca buku tentang biji kopi belum? Saya udah baca. Kalau mau saya bisa pinjamkan bukunya. Kebetulan buku itu mah punya simbah! " ujar robin dengan begitu sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Mr Coffee
Teen FictionBahkan ketika aku berusaha untuk lari dari kenyataan, engkau kembali lagi menjadi kenyataan untukku. Bagaimana mungkin aku percaya dengan cinta pertama jika cintaku yang selanjutnya selalu kembali di dalam hidup ku. Karena mu, aku merasa terlahir k...