"Lo nyari apaan, seragam? lo ga salah Dar, hari ini kan weekend,"Boy mengerutkan keningnya
"Hari ini weekend? hari ini hari sabtu? serius lo?"masih memegang tasnya yang terbuka, Darren menoleh, melemparkan pertanyaan bertubi-tubi pada Boy.
"Iya, lagian lo ya ada-ada aja, untung hari ini weekend, coba kalo ga weekned bro, udah abis lo digesek biola sama Bu Ros yang super galak itu,"Boy tengkurep sambil memainkan handphonenya di kasur.
"Hehehe...yah lo kan tau, kalo gue uda ke club pasti pulang-pulang begitu,"balas Darren terkekeh, menutup tas ranselnya dan kembali duduk di kasur.
"Iya tau, eh...joging yuk,"ajak Boy duduk di kasur empuknya.
"Kapan?sekarang?"Darren mengernyitkan keningnya, merasa aneh dengan tingkah Boy yang tiba-tiba mengajaknya joging.
"Iya, sambil menyelam minum air, kali aja ada cewek cakep yang bisa gue godain hahaha..."Boy tertawa lebar
"Boy...boy...yang ada di pikiran lo cuma cewek, cewek, dan cewek, heran deh gue...itu si Sasa mau lo kemanain bro,"sindir Darren berharap sahabatnya ini sadar bahwa dia sudah punya kekasih.
"Slow bro, Sasa ga akan tau, udahlah yuk...ntar keburu siang, lo ganti baju dulu terus sarapan sedikit supaya perut lo keisi, setelah itu baru kita mulai joging, ok...gue tunggu di luar ya bro,"Boy turun dari kasurnya, menepuk pelan bahu Darren, berjalan keluar kamar.
Beberapa menit kemudian. Boy terlihat begitu segar dengan pakaian sederhananya, T-shirt tanpa lengan berwarna hitam yang dipadukan dengan celana pendek seperti yang sering dikenakan oleh pemain basket.
Sedangkan Darren memakai T-shirt berwarna hitam tanpa lengan, hingga terlihat beberapa lekukan di lengannya dipadukan dengan celana pendek dengan warna senada dengan biru langit.
Satu jam sudah Boy dan Darren berlari keliling komplek perumahan yang cukup elit. Tiba-tiba Darren merasa kehausan, langkah mereka terhenti di sekitar lapangan futsal yang ukurannya tidak terlalu besar.
"Boy pisah disini dulu ya, gue mau ke indomaret depan sana, mau nyari minuman dulu,"Darren menelan salivanya, panas matahari pagi ini, ditambah dengan keringat yang mengucur di balik pelipisnya, cukup menguras tenaganya.
"Oke,"Boy kembali berlari ke kiri, sementara Darren berlari ke depan.
Memasuki ruangan ber-AC dengan keringat yang mengucur, membuat Darren seakan mendapatkan angin segar, ruangan yang tidak begitu besar, membuat Darren dengan mudah menemukan sebotol minuman dingin, dia membuka kulkas besar itu, mengambil sebotol lalu menenggaknya sampai tinggal setengah, berjalan menuju kasir untuk membayar sebotol minuman.
Setelah selesai, dia berniat kembali berlari mencari Boy, saat membuka pintu, tanpa sengaja pintu yang dibukanya menabrak seorang gadis yang tak asing baginya.
"Aduh..."gadis itu mengaduh kesakitan, sambil berdiri dan memegangi kening dan bokongnya yang sakit.
"Eh...sori...sori...gue ga sengaja, lo ga apa-apa kan?"ucap Darren menyesali perbuatannya.
"Kalo jalan liat-liat dong,"protes gadis itu sambil mendongakan kepalanya.
"Lo,"teriak Darren dan gadis itu bersamaan
"Lo lagi...lo lagi...kenapa sih, seneng banget nabrak-nabrak, supaya gue kasihan sama lo, terus nolongin lo gitu, dasar cewek aneh,"celoteh Darren, berdiri di depan pintu, kali ini pintu sudah tertutup sempurna.
"Heh, ge-er banget sih lo, gue kenal aja enggak sama lo, lo itu yah...ga pernah diajarin etika minta maaf ya sama orang, lo itu udah dua kali salah, dan dua kali nabrak gue, bukannya minta maaf malah marah-marah ga jelas,"protes gadis itu, emosinya naik turun.
Sambil menghela nafas dengan kasar, gadis itu melanjutkan bicaranya dengan ketus,"Udah minggir, gue mau lewat, lo berdiri di depan pintu ngalangin orang jalan tau ga,"
Darren melirik ke kiri, kanan, depan dan belakang. Benar saja, dilihatnya dua orang ibu-ibu memakai daster, serta seorang bapak-bapak yang memakai topi hitam, berusia sekitar 40-an, sedang mengantri di belakangnya.
"Iya nih, kalo mau berantem di rumah aja, jangan disini, anak muda...anak muda,"protes salah satu ibu-ibu yang memakai daster berwarna merah, bertubuh sedikit gemuk dengan rambut dicepol.
Darren tersenyum kaku, memiringkan tubuhnya mempersilahkan gadis itu, ibu-ibu serta bapak-bapak itu lewat.
"Cantik-cantik kok galak, hilang deh cantiknya tuh,"Darren berbicara sendiri sambil menengok ke belakang melihat gadis itu, dia kembali melanjutkan jogingnya.
Hari weekend dilewatkan begitu saja oleh Darren dan Boy, joging di pagi hari, aktivitas berikutnya hanya makan, tidur, dan menonton, sesekali mereka merokok di kamar Boy.
Dua hari weekend berlalu begitu saja. Jam weker di kamar Boy berbunyi tepat pukul enam pagi, dia dan Darren bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Jarak antara sekolah dengan rumah Boy tidak terlalu jauh, butuh waktu sekitar 5 atau 10 menit untuk sampai di sekolah, namun padatnya lalu lintas kendaraan, membuat waktu yang tersisa sebelum bel berbunyi hanya 5 menit saja.
Darren membuka lokernya, setumpuk surat berwarna-warni, dengan beberapa cokelat dan roti di dalam lokernya, menyambut pagi harinya.
"Boy,"panggil Darren, melirik Boy yang berdiri disamping lokernya, sama seperti Darren, dia juga sedang membuka lokernya.
"Apa?"balas Boy cuek
"Ini lo ambil aja, cokelat sama roti-rotinya,"Darren mengeluarkan cokelat dan roti-roti di dalam lokernya, memindahkannya ke dalam loker Boy.
"Loh...kok bisa banyak banget ini di loker lu?terus itu ada apa lagi?eh ada suratnya juga ya,"lirik Boy.
"Suratnya mau gue buang, atau lo mau suratnya juga?"
"Eh...ga, ngapain juga, itu kan dari penggemar lo, tapi lo ga mau baca dulu itu surat-suratnya?"balas Boy sambil mengambil beberapa bukunya di dalam loker.
"Ga,"jawab Darren singkat, mengambil setumpuk surat, berjalan menuju tempat sampah.
Darren Calvin Alvero, si kapten basket, bertubuh tinggi, dengan sedikit otot di perut dan tangannya, berparas tampan, dengan rambut berstyle ala-ala korea, membuat dirinya dipuja siswi-siswi di SMA Dream School, bukan hanya siswi saja, bahkan para guru muda juga menyukainya, tapi bukan Darren namanya, kalau bisa dengan mudah terpikat oleh para wanita di sekelilingnya. Ditambah lagi selama ini mereka ga tau kalau Darren dan teman-temannya suka membully orang, merokok dan mabuk-mabukan.
"Udah yuk masuk,"ajak Darren disambut dengan anggukan kepala Boy.
Suasana di dalam kelas, cukup riuh saat Darren masuk ke kelas bersama Boy. Kaum hawa mencoba menarik perhatian Darren, ada yang diam-diam meliriknya, bahkan ada yang secara terang-terangan menghampirinya, Darren kembali menerima makanan, kali ini dari Tania, ketua geng cheerleaders yang terkenal satu sekolah, berparas cantik, bermata besar, berkulit putih mulus, dengan rambut lurus sebahu, membuat dirinya banyak dikejar siswa-siswa dari yang berambut klimis sampai berstyle korea. Tapi yang dilirik tetap saja hanya Darren.
"Dar, ini buat lo, gue buat khusus untuk lo,"Tania menyodorkan sekotak kue brownis.
"Thanks,"balas Darren tersenyum
"Guys, ada yang mau ga, oh...Ken...Gio...udah pada dateng, kalian pada mau?"tawar Darren membuat Tania berdiri kaku di hadapannya, karena malu, Tania kembali ke tempat duduknya.
"Wih...mau dong,"kedua saudara kembar itu berlari mengahampiri Darren, berebutan mengambil sekotak brownis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (COMPLETE)
Подростковая литератураDarren seorang siswa SMA yang terkenal tampan, pintar, dan berprestasi, namun tak pernah disangka saat di luar jam sekolah, dia sering membully bersama teman-temannya, merokok bahkan mabuk-mabukan, meski begitu dia tidak pernah mempermainkan wanita...