"Ya... Tenang Taufan akan aku obati~"
Thorn tetap berjalan sampai menuju pada kamar Taufan dan menguncinya(?) Memangnya kenapa pakai dikunci segala??
π~π
Thorn melempar Taufan keranjang miliknya sendiri. Pemuda netra emerald itu tanpa basa-basi langsung menindihnya. Tatapan lapar yang penuh nafsu menghilangkan total wajah polos yang biasa dibuat kedok.
Taufan mencoba meronta sekuat tenaga, namun sepertinya itu hanya angan-angan belaka, sebab tangannya kini sudah diikat, sedangkan kakinya tidak bisa bergerak.
"T-Thorn... Jangan!"
Entah sedang terjadi apa, kali ini Thorn sama sekali tak mendengarkan Taufan. Jari-jarinya sibuk menggerayai lekuk tubuh pemuda netra sapphire dibawahnya.
"Diam dan nikmati saja~"
Taufan yang mendengar itu malah semakin meronta. Empat kata barusan sudah menjelaskan semua yang akan terjadi beberapa menit kedepan ini.
"Jangan! Tolong, lepas– hmph!"
Taufan merasakan benda kenyal dan basah menyentuh bibirnya. Semakin kuat dia meronta bahkan berinisiatif menggunakan kekuatannya.
Tapi...
Kenapa tubuhnya semakin panas?! Bahkan dia sampai berkeringat, padahal cuacanya terbilang dingin.
Perlahan pun mulutnya yang dikunci itu membuka sedikit, memberikan Thorn kesempatan untuk menjelajahi rongga mulut si pengendali angin tersebut. Thorn pun dengan senang hati menerimanya, semakin memperdalam cumbuan panas tersebut.
Lengguhan demi lengguhan terus keluar dari tenggorokan Taufan. Seharusnya dia lari, tapi kenapa malah semakin memperdalam permainan ini?
Setelah akhirnya puas Thorn pun memutus cumbuan tersebut, seutas benang saliva terbentuk antara bibirnya dan bibir Taufan.
"Mmm~ la-gi... Mmm~"
Entah dari mana kata-kata itu terpikirkan, Namun Taufan sungguh merutuki kata-kata yang barusan mulutnya katakan.
"Dengan senang hati~"
Thorn kembali menggerayai tubuh ramping itu. Tangannya masuk dari bawah kaos biru polos itu dan membukanya sedikit. Semua tubuh bagian atas tak luput dari jamahan jari jemari Thorn. Juga membuat si pengendali Angin semakin mendesah tertahan.
Thorn berhenti pada satu tempat. Dia mengapitnya dengan jari tunjuk dan tengah. Hal itu tentunya membuat si empu tubuh mendesah. Kali ini tak di tahan lagi.
"Ahh~ ngh~ Thorn~ Ahh~"
Thorn semakin memilin-milin puting Taufan dengan tangannya. Sembari mengendus-endus potongan lehernya, dan menghisap leher putih itu, hendak membuat kiss mark.
"Ahh~ jan...gan... Mmm~ nanti.. Ahh~ berbe...kas..."
Thorn menghentikan aksi menghisapnya. Seringai menakutkan tampak jelas dari wajahnya, lalu berbisik pada Taufan dengan suara yang teramat lembut, namun sudah cukup membuat Taufan semakin merona dan... Terbuai nafsu(?)
"Hm, kenapa? Supaya semua tau kalau Taufan.... Hanya milik Thorn~" ucapnya dengan penekanan di tiga kata itu.
"Kan sudah Thorn bilang, Taufan hanya perlu menikmatinya~ ikuti saja alurnya~" lanjutnya yang lalu kembali menghisap leher jenjang Taufan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince of Elements
AdventureKetujuh kawanan pemuda menduduki bangku kelas XII di sebuah kota yang dikenal dengan nama Pulau Rintis. Ketujuh pemuda itu melakukan camping di atas bukit yang lumayan jauh dari rumah masing-masing. Selama kegiatan camping berlangsung, semuanya bai...