Part 29

166 37 2
                                    








Life




(Jungkook x Jihyo x Jin)

Recommended melodi : Stray Kids - My Universe



Semilir angin seloah mengelus lembut epidermis kedua insan yang tengah menduduki bangku dimana sebuah pohon rindang tumbuh kokoh disamping kanan melindungi mereka dari sinar terik mentari siang ini, keduanya menatap lurus pemandangan Seoul dari atas bukit, tempat yang sering mereka jadikan sebagai penghilang rasa penat. Sudah hampir 10 menit keduanya terdiam memilih menikmati pesona kota metropolis di iringi semilir angin yang mengalun merdu.

Jin menyukai ini, dia rela waktunya terbuang sia-sia, duduk berdua bersama Jihyo di tempat ini, menciptakan kesan tersendiri baginya. Terkadang dirinya berdo'a agar waktu dapat berhenti saat ini juga, jujur Jin lelah kembali menjalani hidup rumit cipta sang Tuhan, jika bisa memilih dia ingin tetap ditempat ini selamanya. Sampai kapanpun asal Jihyo tetap bersamanya.




''Kau sudah memikirkannya?''

Jihyo menoleh, sedikit tersentak oleh suara Jin yang memecah keheningan. Detik selanjutnya gelengan lemah tercipta, Jihyo menghirup nafas dalam, mencoba meringankan kembali beban fikirannya.

''Aku belum bisa memutuskan apapun'' jawab Jihyo dengan suara rendah, magamnya kembali menatap kosong pemandangan kota

Jin menatap lamat gadis beraut murung yang akhir-akhir ini sering terpasang di wajah cantiknya.

''Kau butuh saran oppa?'' Lembut Jin. Jihyo mengangguk samar, diapun mengalihkan pandangannya dan menatap Jin penuh harap.

Ada jeda beberapa detik sebelum Jin kembali mengeluarkan suara pada Jihyo yang terlihat menunggu kalimatnya.

''Ayah dan aku akan pergi ke Austria setelah persidangan selesai''

Jihyo tertegun, dia cukup kaget mendengar kabar baru menyapa rungu. Satu hal yang pasti, perpisahan tak pernah membuat Jihyo merasa siap.


''Ayah selalu menyuruhmu untuk ikut padanya bukan?''

Sebuah dehaman lemah meluncur dari bibir tipis Jihyo.

''Ji... oppa tak akan menuntutmu untuk memilih saran oppa. Anggaplah ini sebagai curahan pemikiranku, kau mengerti?''

Jihyo mengangguk lemah.

''Kau bebas memilih keputusan apapun—-''

''---termasuk tak mengikuti ayah dan aku'' Lanjut Jin, bergumam seolah berbicara untuk dirinya sendiri.

''Oppa ingin kita berpisah?'' Selidik Jihyo, manic bulatnya mulai mengembun dengan tatapan mendalam membuat hati Jin seakan tertusuk kasar.

Jin menggeleng pelan. Sungguh bukan itu maksudnya, karena siapapun tahu jika pemuda ini tak akan bisa menjalani hidup tanpa Jihyo.

''Ibu terus ditinggalkan selama hidupnya. Jeon In Sung meninggalkannya karena tekanan keluarga, dan ayahmu meninggalkannya atas kehendak sang kuasa. Ibu juga hidup tanpa merasakan kasih sayang orang tua. jadi---''

''---Aku.. hanya sedikit mengkhawatirkanya, aku takut ibu akan terpuruk jika kehilanganmu juga''

''Aku tak peduli...'' gumam Jihyo seolah acuh, namun detik selanjutnya kristal bening meluncur dikedua pipi, seolah menyanggah kalimat yang diucap bibirnya sendiri.

Jin kian merasa sesak, tangannya tergerak membawa Jihyo kedalam pelukannya.

Jihyo membalas dekapan Jin, sementara pupilnya kian menumpahkan cairan bening melebur bersama keluh yang mendera. Memikirkan menjalani hidup tanpa sang ayah dan Jin membuat hatinya memberat seolah bongkahan batu menekan dan membuat nafasnya menyesak.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang