•••
FALL
Jicheol/Coupzi
OST: BTS - Spring Day
•••
"Ya, tentu. Tidak apa. Pergilah."
Jihoon mengerti. Dirinya bukan anak kecil lagi. Dirinya sudah sangat dewasa, pikirannya sudah jauh lebih matang untuk berpikir rasional. Tahu mana yang harus diprioritaskan dan mana yang dikesampingkan. Terkait karir dan dirinya bukanlah suatu pilihan lagi, Jihoon paham benar itu. Seungcheol punya kesempatan untuk meraih mimpinya dan Jihoon cukup tahu diri untuk tidak menghalangi.
"Montreal. Empat tahun. Oke. Ya, ya, tentu. Tentu saja Hyung boleh pergi. Aku di sini, tidak apa, sungguh. Jangan pikirkan aku Hyung. Pergilah. Pergi Hyung, aku tidak akan menghalangimu."
Jihoon menambahkan lugas tanpa ragu. Binar matanya lurus menatap dengan pasti. Tidak terpikir sedikit pun olehnya untuk membebani pikiran Seungcheol. Jihoon hanya perlu menjadi dewasa seperti yang seharusnya ia lakukan. Dirinya percaya pada Seungcheol, pun sebaliknya. Selesai, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.
Mereka saling mencintai dan sedang dalam fase terbesar untuk egois pada ambisi yang mereka punya. Jadi jika Seungcheol ingin Jihoon untuk mendukungnya, demi setiap bait lagu yang pernah diciptakannya, Jihoon bersumpah akan mendukungnya. Mendukung dengan cara apapun yang ia bisa, mendukung penuh keputusan Seungcheol tanpa tanya. Tidak peduli seberapa besarpun pengorbanan yang diberikan, jika memang harus, maka Jihoon pasti akan memberikannya. Empat tahun bukan waktu yang lama. Dua puluh tahun hidupnya sebelum bertemu dengan Seungcheol berjalan baik-baik saja dan berlalu dengan begitu cepat. Tentu bukan menjadi masalah jika harus menjalankan empat tahun lagi tanpa Seungcheol di sisinya. Dirinya akan baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ya, semua pasti akan baik-baik saja.
Seungcheol tidak bisa membalas apapun lagi selain langsung membawa Jihoon dalam pelukannya. Mendekap erat kekasih hatinya yang nanti tidak lagi bisa selalu dipeluknya.
"Aku akan pulang Jihoon-ah. Secepatnya. Tunggu aku, oke?" Bisik Seungcheol parau dalam peluknya.
Jihoon tidak menjawab banyak. Ia hanya balas memeluk lebih erat lagi. Masuk lebih dalam, meraih hangat dari kekasihnya yang akan pergi jauh. Merekam segala yang bisa ia ingat dalam alam bawah sadarnya. Merapal berulang kali kalimat positif dalam pikirannya. Mereka saling memiliki, jarak bukan lagi alasan untuk bersedih. Mereka akan baik-baik saja. Semoga jagat raya merestui dan mereka akan selalu baik-baik saja.
.
.
."Bagaimana kabarmu, Hyung?"
"Lelah sekali, Jihoon-ah. Banyak sekali yang harus kukerjakan hari ini."
Jihoon menganggukkan kepalanya. Seungcheol masih memakai kemeja kerja yang dua kancing teratasnya sudah terbuka. Wajah lelahnya tidak bisa disembunyikan meski Jihoon hanya melihat dari panggilan video.
"Segera istirahat, Hyung. Jangan sampai sakit."
Jihoon melihat ke arah jam dinding yang berada di studionya. Sudah hampir pukul 4 sore
"Jam berapa di sana sekarang, Hyung?"
"Hampir pukul 2 malam, Jihoon-ah."
Jihoon melotot tidak percaya. Seungcheol baru selesai kerja pukul 2 malam? Bukankah itu lebih layak disebut pagi ketimbang malam? Kekasihnya itu bekerja di kantor atau kerja rodi?
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL | JICHEOL
FanfictionSeungcheol ingin Jihoon tahu. Tidak peduli seindah apa pun musim gugur di Montreal, tidak akan mampu menyaingi kehadiran Jihoon dalam hidup Seungcheol. Seungcheol hanya tahu caranya jatuh terjerembab berulang kali untuk Jihoon. Jatuh terperangkap di...