Bab 32: Bimbang

4K 255 33
                                    

"Kanaka! Apa yang terjadi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kanaka! Apa yang terjadi?"

Sora, Ishya dan Gauri langsung berhamburan memasuki ruang klinik siswa. Seorang dokter jaga segera menyingkir ketika Sora membuka gorden pemisah antara ranjang satu dengan ranjang lainnya.

Naka, manusia yang sudah hampir membuat Sora jantungan itu sedang terdiam bersama wajah yang pucat pasi. Namun alih-alih dikatakan ekspresi kaget atau sakit, gadis itu justru menyorotkan kesedihan dan kebimbangan.

"Naka, apa kamu sakit?" Tanya Ishya merasa resah karena Naka tidak bersuara.

Gadis itu mengerjapkan matanya. Ah. Dia kehilangan fokusnya lagi.

"Tidak," ucap Naka lalu melepaskan selimut yang tadi membelit tubuhnya. "Apa ini? Kenapa kalian beramai-ramai kemari?"

"Menurutmu untuk apa kita ke sini?" Balik Gauri bertanya dengan tangan yang siap menabok lengan sahabatnya itu. "Bisa-bisanya kamu bertanya begitu, apa kamu tidak bisa lihat kalau kita sedang mencemaskanmu?"

Melihat Naka dipukul, Sora langsung menginjak kaki Gauri kencang hingga gadis memekik.

"Hei! Apa kamu meninggalkan otakmu di kelas? Kenapa kamu memukul Naka yang baru saja siuman?!" Keki Sora berdecak. Gadis itu memelototi menyuruh Gauri untuk menyingkir dari sisi Naka. "Kanaka jika kamu perlu sesuatu katakan padaku, aku akan menyiapkan segalanya,"

Naka yang sedang mengusap lengan pun menggeleng. "Tidak, aku tidak membutuhkan apa pun,"

"Tidak apa-apa, Soraya. Kanaka hanya shock karena lampu di kamar mandi konslet dan membuatnya yang sedang memakai jadi dikelilingi kegelapan. Tidak ada yang perlu dicemaskan. She's pretty fine." Jelas dokter wanita muda itu seraya mengancungkan jempolnya.

Sora melirik dokter dengan sinis. "Ck, bagaimana aku bisa memercayai orang yang menjadi dokter tapi kerjanya jadi penjaga klinik sekolahan?"

Dokter itu sedikit tersinggung dengan ucapan Sora tapi dia tidak diperbolehkan mencari masalah oleh Sora, Gastra dan Gauri. Sejak awal dirinya dipindahtugaskan kerja sebagai dokter klinik sekolah, kepala sekolah memberitahu seberapa besar pengaruh dari keluarga Sora dan Gastra pada kontribusi pembangunan sekolah, sementara Gauri adalah anak kepala yayasan jadi tentu saja tidak ada yang boleh membantah atau membuatnya kesal, kalau tidak orang itu akan menanggungakibatnya entah dikeluarkan atau dipersulit.

Kepala sekolah juga mengingat kalau Sora dan Gauri berteman oleh dua orang lagi, Naka dan Ishya. Sebisa mungkin jangan pernah berhadapan dengan empat orang itu terutama Naka. Sebab sudah tersiar kabar jika mereka sangat protektif pada Naka yang selama ini disebut sebagai Dewi Kecantikan.

"Naka aku harus memeriksamu ke rumah sakit milik keluargamu. Kamu akan mendapatkan layanan terbaik dengan dokter yang kompeten daripada di sekolah." bujuk Sora.

Naka tahu bila Sora mengkhawatirkannya tapi masalahnya Naka tidak ingin hal ini jadi besar dan sampai ke telinga Eyang dan Ayah.

"Sora, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja."

🍂

Walaupun sudah berkata begitu, nyatanya Naka tidak baik-baik saja. Usai kelas terakhir mereka dibubarkan, Sora tidak bisa menemani Naka hingga jemputannya datang karena dia ada jadwal les piano sementara Gauri dia langsung melesat ke kantor untuk menemui ayahnya yang diketahui sedang berbincang bersama kepala sekolah. Gauri ingin mengajukan protes tentang lampu kamar mandi yang membuat Naka pingsan lalu Ishya, dia sedang rapat untuk acara oleh karena itu Naka memilih duduk di bangku taman sendirian sambil berpikir.

Beberapa waktu lalu alasannya tak sadarkan diri bukanlah karena Naka terkejut dengan pemadaman yang tiba-tiba melainkan ada sesuatu yang mengusiknya.

"Ap—apaa? Apa maksudmu?" Suara Naka bergetar ketika mengajukan pertanyaan. Dia memundurkan langkahnya sambil terus memanggil nama Chan dalam hati.

"Kamu tidak hanya hidup kembali tapi juga membuat seseorang sengsara. Kamu melanggar hal yang seharusnya tidak diperbolehkan untuk manusia. Kesempatan hidup kedua tanpa penebusan dosa, tidak hanya itu kamu juga menipu semua orang yang ada di sekitarmu dengan menyembunyikan identitas dan kamu juga telah merebut posisi yang seharusnya dimiliki orang lain. Entah bagaimana nanti Tuhan akan mengampuni orang sepertimu,"

"Aku tidak mengerti apa yang kamu ucapkan," seru Naka bergetar.

Sosok di depan pintu kamar mandi tersenyum sinis lalu menggebrak meja membuat Naka memekik ketakutan.

"Untuk apa kamu menerima kesempatan hidup kedua? Apakah kamu ingin merusak hubungan keluarga seseorang hanya karena mereka menyukaimu bukan berarti kamu prioritas. Bagaimanapun juga darah lebih kental daripada air. Sekeras apa pun kamu berusaha untuk diakui, keberadaanmu tidak akan setara dengannya jika pun bisa apa kamu tidak malu sudah membuat hidupnya berantakan? Anak yang sudah dibuang oleh ibunya sendiri memang sebaiknya kusingkirkan sejak dulu."

Lalu setelah dia mengatakannya dengan penuh kemarahan lampu kamar mandi pun meredup, dilanjut oleh Naka yang kehilangan kesadaran kemudian berbondong-bondong seluruh siswa yang mendengar jeritan Naka segera membantunya keluar dari sana.

Naka menghela napas, dia tidak tahu siapa orang itu atau bahkan tampaknya dia bukan orang. Entah Naka harus memanggilnya apa, mungkin sosok itu salah satu Knight seperti Chan.

Aura yang dimiliki sosok itu juga cukup kuat hingga sanggup membuat seluruh bulu kuduk Naka naik terutama percakapan mereka.

Naka memang tidak melihat secara langsung seperti apa wajah sosok yang tadi berbicara dengannya tapi Naka bisa merasakan kemarahan dari sosok itu karena Naka sudah berbuat hal yang merugikan banyak orang.

Memikirkannya saja Naka sudah tahu jika orang yang sosok itu maksudkan adalah Gastra.

Benar. Semenjak Naka masuk ke keluarga mereka bahkan sejak kecil, perhatian seluruh keluarga telah terjatuh padanya karena Naka sangat cantik dan mirip dengan mendiang Irish. Banyak orang yang lebih memilih Naka dariapda Gastra yang dianggap jadi penyebab ibu dan adiknya meninggal dunia.

Gara-gara itu, semua orang di keluarganya menganggap Gastra adalah monster sedangkan Naka adalah sebuah keajaiban dari yang Tuhan kasih.

Naka menghela napas. Harus sampai kapan dia diam dan menerima segala perilaku mereka pada Gastra? Kenapa mereka menelantarkan Gastra begitu saja sementara Naka mereka kasih kebutuhan secara khusus?

Kalau seperti ini, Naka jadi merasa dirinya itu sampah.

Kalau seperti ini, Naka jadi merasa dirinya itu sampah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naka's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang