Chapter 3 : Rusa

1 0 0
                                    

Kami bertiga berjalan menyusuri hutan, sudah dua hari kurasa kami berjalan setelah kejadian malam itu. Zoran memimpin jalan di depan dan ah iya aku bahkan belum mengetahui nama dari wanita ini. "Hei, siapa namamu? Kita sudah berjalan dua hari bersama. Tetapi kurasa kami belum mengetahui namamu?" Tanyaku kepada wanita di sebelahku. Wanita itu menoleh kearahku , "Ah benarkah? Namaku Xeria. Kalian bisa memanggilku xeri" Jawabnya. Xeria ya, entah kenapa nama itu begitu asing ditelingaku. Mungkin jika dia memang seorang Banshee, seharusnya aku mengetahuinya hanya dari mendengar namanya. "Jadi, kurasa aku kurang sopan belum mengenalkan namaku. Tapi kurasa kamu juga kurang sopan tidak menyebutkan namamu?" Ucapnya, "aku hanya mengetahui namamu Gazel ketika Zoran memanggilmu, tetapi kurasa kamu sendiri belum mengenalkan dirimu secara formal padaku" tambahnya. Aku sedikit terkejut mendengar perkataannya, dia benar, betapa tidak sopannya diriku ketika bertanya namanya tetapi aku sendiri belum memperkenalkan diriku sendiri. "Gazel, Barren Gazel" Ucapku lirih menjawab pertanyaannya. Zoran yang sembari tadi mendengar pembicaraan kami pun tertawa, "Hahaha kalian kenapa? Pembicaraan kalian sedari tadi berasa seperti pemuda pemudi yang malu malu dan sedang jatuh cinta" Tukasnya dengan senyum mengejek kepada kami. Aku hanya merespon perkataan Zoran dengan tatapan dan senyuman sinis mengejek. Xeria yang entah apa sedang dipikirkannya setelah mendengar celetukan Zoran, hanya menoleh kearah berlawanan dan bergumam sendiri.

Tak terasa watu cepat berlalu. Hari sudah menandakan sore ketika kami sampai di sebuah persimpangan jalan. Kudengar bunyi gemuruh awan diatas kepalaku. "Sebaiknya kita mencari tempat berteduh sementara, kurasa sebentar lagi akan hujan" Saranku. Setelah mendengar ucapanku mereka secara bersamaan melihat ke atas. "Kurasa kau benar Gazel" timbal Zoran, "Ayo kita mencari sebuah gua atau apapun itu untuk berteduh" tambahnya. Xeria hanya mengangguk setuju. Zoran yang sedari tadi memimpin, berinisiatif untuk mengambil jalan kearah kiri. Kami hanya mengikutinya dari belakang.

Tidak lama hujan turun, cukup deras dengan angin yang kencang hingga aku yakin bahwa tidak ada seorangpun yang mampu bergerak dalam keadaan seperti ini. Tidak jauh dari posisi kami saat ini, kulihat seekor induk rusa dengan anaknya. "Ayo cepat, kita harus kembali ke gua untuk berteduh" . Suara yang baru saja kudengar menjadi satu kejadian unik yang kualami sepanjang hidupku dan untuk yang pertama kali. "Tunggu sebentar" seruku kepada sang induk rusa. Sang induk merasa bingung dan canggung ketika aku berbicara kepada mereka. "Kau bisa paham bahasa kami?" Tanyanya padaku, aku mengangguk singkat sebagai responku. "Tenang saja, kami tidak ada niatan untuk membahayakan kalian. Tadi sempatku dengar kalian menyebutkan gua dalam pembicaraan kalian" Responku lembut agar tidak menakuti mereka. Induk rusa sedikit ragu untuk merespon pertanyaanku, namun akhirnya dia memberanikan diri untuk menjawabnya "Iya, kami berencana untuk kembali ke gua". Mendengar jawaban darinya, terlepas senyum dari wajahku dan spontan aku menawarkan kepada sang induk untuk memberikan perlindungan kepada mereka sampai mereka tiba di gua, tetapi dengan syarat mengizinkan kami berteduh disana. Sang induk rusa menerima tawaranku dengan ragu. Begitupula dengan Zoran dan Xeria, kulihat wajah mereka kebingungan. Bagaimana tidak, mereka baru saja menyaksikan seorang manusia berbicara dengan seekor rusa.

Gua tempat tinggal kedua rusa ini, atau yang mereka sebut rumah, cukup luas dan nyaman. Kuperhatikan secara seksama bentuk gua ini, dan ya kurasa tidak ada yang aneh di gua ini. Zoran yang baru saja selesai meletakan jubah, senjata dan peralatannya menghampiriku, wajahnya penuh dengan raut tanya yang akan ditujukan kepadaku. Xeria pun sudah selesai meletakan barangnya dan duduk bersandar di salah satu dinding gua. "Jadi Gazel, bisa kau jelaskan kepadaku apa yang baru saja kau lakukan sehingga rusa ini mau menuntun kita ketempat tinggal mereka?" Tanya Zoran kepadaku. "Aku hanya berbicara kepada sang induk, bahwa kita akan menjaga mereka selama perjalanan ke gua, tetapi dengan syarat untuk mengizinkan kita tinggal dan berteduh sementara di gua" jawabku, Zoran masih sedikit tidak percaya dengan yang telah kulakukan. Terlihat jelas di wajahnya bahwa masih banyak pertanyaan di dalam benaknya, "Tapi Gazel, kau tau bukan. Kau baru saja berbicara dan bernegosiasi dengan seekor hewan" Ucapnya. "Iya aku tau, ada apa dengan hal itu?" Jawabku. Zoran yang mendengar jawaban singkat dan tenang dariku berasa menggebu gebu untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya. "Ada apa dengan hal itu? Kau tahu Gazel, kau berbicara dengan hewan. Bagaimana bisa kau sesantai itu. Aku bahkan tidak tahu jika manusia bia berkomunikasi dengan hewan" Tukasnya. "Yah kurasa itu.." sebelum aku mampu untuk menyelesaikan perkataanku, Xeria memotongnya, "Zoran, yang dilakukan Gazel memang terlihat aneh. Tetapi setahuku memang ada manusia yang bisa berkomunikasi dengan hewan". Aku tak tahu makna dari perkataan Xeria, apakah dia sedang menghinaku atau bahkan memujiku. Ditengah pembicaraan kami, sang induk rusa datang dan memotong pembicaraan kami semua.

"Hai manusia, Namaku Ellya dan ini anakku Molly, Kuucapkan terimakasih karena telah menjaga kami sampai ke sini" Ucapnya. Zoran kembali terlihat kaget atas kejadian ini, namun kali ini bukan hanya Zoran, Xeria juga ikut menganga mendengar Ellya berbicara kepada kami dalam bahasa manusia. "Tunggu, Ellya namamu? Kau bisa berbicara bahasa kami?" Tanya Xeria, Ellya mengangguk pelan dan menjelaskan bahwa dia bisa berbicara bahasa manusia, namun hal itu sebenarnya dilarang oleh sang pelindung hutan. "Pelindung hutan? Siapa itu Ellya?" Tanyaku heran, "Sang rubah emas. Dia adalah pemimpin dan pelindung kami" jawabnya. Xeria menjelaskan kepada Zoran dan kepadaku bahwa sang rubah emas adalah sebuah legenda yang sering disebutkan dalam cerita dongeng di desa pada umumnya. "Jika sang rubah adalah pelindung dan penjaga hutan ini, atas alasan apa dia melarang para hewan agar tidak berbicara bahasa manusia" Tanyaku kepada Ellya. "Gazel benar? Ceritanya cukup panjang. Secara singkat semua dimulai setelah peperangan antara manusia dengan spirit penjaga hutan. Hal itu menyebabkan banyak korban di sisi kami, sehingga beliau sebagai pemimpin menetapkan aturan bahwa kita para hewan tidak diperbolehkan berbicara bahasa manusia" Jelas Ellya. Aku hanya bisa terdiam mendengar penjelasan Ellya, tak tahu respon seperti apa yang bisa kuperlihatkan. Waktu berlalu dengan ditemani kesunyian dari kami semua.

Hujan semakin deras, Zoran memutuskan untuk membuat api unggun menggunakan sihir yang dia ketahui, setidaknya cukup bagi kami untuk menghangatkan diri. Hari sudah semakin gelap, kurasa sudah malam. Ellya kembali menghampiri kami, "Sebagai ucapan terimakasih dari kami. Kalian boleh untuk beristirahat atau bahkan kembali untuk mampir ke gua kami" Ucapnya, "Makan lah ini, kalian belum makan sedari tiba ke gua kami" tambahnya sembari memberikan daging rusa bakar kepada kami. "Tunggu! Molly dimana kau?" Panggilku kepada rusa kecil. Dari balik batu kulihat Molly menampakan kepalanya sembari berkata, "Ya Gazel? aku disini". Sontak Ellya berbicara kepadaku , " Demi apapun itu, kau tidak berpikir bahwa aku memberikan kalian makan dari daging anakku bukan?". Mendengar celetukan Ellya, aku hanya menggelengkan kepala kepadanya. "Jadi, darimana kau mendapatkan makanan ini Ellya? Apakah kalian juga makan daging?" Tanya Zoran. Zoran yang sedari tadi hanya diam akhirnya mampu berbicara, tadinya kukira dia shock atas kejadian yang baru saja dialaminya dan menjadi gila, tapi untungnya tidak. "Kami diajarkan beberapa Sihir, salah satunya bisa memanggil makanan apapun yang kami mau, dan kami tidak memakan daging Zoran" Jawab Ellya. Rasa penasaranku kembali memuncak, sehingga tidak mampu menahanya, "Diajari sihir? Siapa yang mengajari kalian sihir Ellya?" Tanyaku, "Tentu saja sang Rubah yang mengajari kami Gazel" jawabnya. Sungguh kejadian diluar nalar bagiku, Hewan bisa berbicara bahasa manusia dan bahkan bisa menggunakan sihir. "Makanlah dulu, jika ada yang mau kalian tanyakan lagi bisa setelah kalian mengisi perut kalian" Ucap Ellya. Tanpa ragu ragu kami bertiga menyantap makanan yang disediakan Ellya, dan lapar yang kami rasakan sungguh terasa, menyebabkan Ellya untuk menyiapkan beberapa daging kembali sebelum akhirnya kami kenyang.

Setelah mengisi perut kami, Zoran menyarankan untuk ada yang menjaga gua dan sisanya bisa beristirahat. Giliran pertama untuk berjaga adalah Zoran. Kulihat Ellya dan Molly sudah tertidur, aku dan Xeria pun memutuskan untuk langsung beristirahat. Sebelum tertidur, aku kembali mengingat kejadian hari ini, bukan karena masih merasa aneh, tetapi untuk dikenang dikemudian hari. Xeria yang melihatku belum terlelap bergerak menghampiriku. "Gazel, ada yang mau kubicarakan denganmu. Berdua saja, waktu giliran kita berjaga nanti" Ucapnya. Aku menatap dalam mata Xeria, kulihat dia benar benar serius ingin membicarakan sesuatu. Akupun meng iyakan permintaannya barusan. Setelah mendengar jawabanku, Xeria kembali ke posisinya dan tertidur. Selang bebarapa menit, akupun juga ikut tertidur lelap. Malam ini kami lalui dengan tenang, malam tenang yang mungkin tidak akan kami rasakan kembali..

Barren GazelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang