VI : Takjub

8 7 9
                                    

Aku telah tersihir akan pesonamu
Herza Mahendra.

Happy reading guys!

Herza tersenyum manis pada Mocca dan jangan lupa tatapan dalam yang selalu mengiringi, seolah ada sesuatu dalam dirinya pada gadis itu. Tatapan itu selalu menyiratkan sebuah petunjuk untuk Mocca. Namun, sepertinya gadis itu memang  tak pernah menyadari. Dan mungkin tak akan pernah.

“Oh ya! Tadi pembahasan kita sampai-“
Ucapan Mocca terpotong, karena tiba-tiba Herza menarik pergelangan tanganya untuk beranjak pergi.

Sepasang bola matanya melebar, bibir nya sedikit terbuka karena terkejut.

“Mau kemana Pak?”

“Sekarang kamu mau hangout bareng temen-temen kamu kan?”

Mocca refleks melepas tanganya dari genggaman Herza. Selain ayah hanya Rizal lah laki-laki yang boleh menyentuh tanganya, selebihnya semua lelaki tak ada ruang akan hal itu. Dahinya mulai mengerut, manik matanya menyiratkan aura kebingungan. Lelaki bernama Herza Mahendra itu memang sangat To the point dalam hal apapun. Semua sikapnya pada Mocca membuat gadis berambut coklat tebal itu tersentak kaget.

Kedua manik matanya merekam semua adegan Genggamanya yang dilepaskan begitu saja oleh gadis itu. Tapi, ia tetap membalasnya dengan senyuman manis. Namun, surat matanya mulai redup. Ada perasaan sedih yang mulai timbul dalam hatinya. Yang tak akan pernah diketahui oleh Gadis itu.

“Tapi Pak meetingnya?”

“Meetingnya kita akhiri aja, lagipula saya udah banyak nanya tadi sama kamu tentang J.Corps. Dan saya pikir itu semua cukup”

Perkataanya begitu tenang, tatapan mata yang dalam pada gadis itu juga tak pernah surut dan mungkin akan selamanya begitu. Senyum manis terukir, memiliki makna tersirat yang menghiasi bibirnya.

Mocca mengangguk paham dan berdiri dari duduknya, ia mengambil tas genggam yang tergeletak di meja. Jari jemarinya dengan lincah mengambil beberapa lembar uang berwarna merah yang ia taruhkan di meja itu untuk membayar pesenan makananya.  Lalu pandanganya beralih lagi pada lelaki superior yang ada dihadapanya.

“Terimakasih banyak Pak. Kalau begitu saya pergi dulu, permisi!” Ucapnya dengan tutur kata khas nya yang begitu lembut dan tenang.

Tak lama Mocca melangkahkan kakinya, semua itu terjeda sementara dengan sigap Herza menarik lengan Mocca, seolah tak mau kehilangan gadis itu. Sontak gadis itu menengok kearah Herza, mereka berdua saling menatap manik mata mereka satu sama lain sampai sepersekian detik. Hingga Mocca tersadar dan segera melepas lenganya dari genggaman Herza. Dahinya mengernyit, alisnya saling bertaut, sepasang matanya mulai tajam.

“Saya mohon, tolong jangan sentuh saya!” pintanya dengan tegas serta tatapan tajam, kali ini bibirnya sangat datar. Ia sangat menjaga sekali hal-hal apapun itu untuk orang yang ia cintai yaitu Rizal, kekasih yang nantinya akan menjadi pendamping hidupnya sehidup dan mati.

“Saya permisi”

Ia memberikan senyum pada Herza, lalu ketika ia membalik tubuhnya senyum itu sirna. Ia memang sangat tidak suka terhadap lelaki yang menyentuhnya dengan lancang. Mocca memang baik kepada semua orang, entah itu lelaki ataupun perempuan. Namun, ia bersikap seperti itu bukan berarti mereka bisa seenaknya.

Aura kebahagiaan muncul dari raut wajah pria tampan berkumis tipis itu, senyum manis nya semakin terukir seolah membuatnya tertantang.

“Sangat menarik!” ucapnya dengan senyum yang merekah, melihat punggung gadis itu yang mulai menjauh.

BRIDGE OF NUELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang