Oh, sudah kenal Jonathan? Johnny?
Iya. Kekasih Dinda di chapter yang lalu.
Sudah dua bulan berjalan. Johnny masih betah menyambangi kediaman Pradana setiap minggu.
Teguh mengacungkan jempol untuk kesabarannya.
Mengapa?
"Itu, lho! Si kembar laknat itu minjem make up aku nggak bilang-bilang!"
"Apaan? Kita udah izin ya! Iya, kan, Ca?"
"Udah, kok! Cuma waktu itu Mbak nggak ada di rumah aja!"
Karena tak jarang pria tinggi itu terjebak di antara pertikaian si tiga bersaudara.
Dan Johnny selalu mengatasinya dengan sangat baik. Lebih baik daripada Teguh.
"Sayang, kamu tenang dulu, mending masuk kamar sana nanti aku nyusul."
"Yaudah iya."
Dinda menurut. Menghentakkan kaki ke arah kamar.
"Rena, Caca, lain kali kalo mau minjem barang bilang dulu."
"Tap—"
Beberapa lembar uang disodorkan. Sukses mengundang binar cerah di mata dua bocah nakal di hadapan.
"Beli apa aja terserah. Gue nitip chitato ya."
"Okee. Makasih, Mas Jo!"
Sang kepala keluarga akan bertepuk tangan kagum sambil mengunyah keripik di pojok.
Johnny memang paling keren kalau urusan ini.
Kehadiran Johnny patut disyukuri.
Sekarang Teguh tidak perlu lagi berjinjit di atas kursi untuk memasang lampu.
Atau memanjat ketika membenarkan jendela yang rusak.
Atau memakai sapu untuk mengambil remote TV yang jatuh di kolong sofa.
Tidak perlu juga mengeluarkan uang untuk ojek online ketika ia tidak bisa mengantar atau menjemput anak-anaknya.
Semuanya teratasi berkat Johnny.
Calon menantu merangkap asisten rumah tangga, babysitter, dan sopir.
Teguh senang. Dinda berang.
Seperti biasanya, Dinda akan mengomel setelah Johnny pulang.
"Aku macarin Johnny bukan buat dijadiin babu ya, Pa! Dia itu capek baru pulang kuliah, lho!"
"Caca sama Rena juga! Nggak ada manja-manjaan! Jangan ngabisin duit cowok gue, ya! Johnny kerja keras buat ngumpulin duit itu, nggak kayak kita yang tinggal nodong Papa!"
Marsha dan Rena menunduk. Sedikit banyak merasa bersalah.
"Mulai besok, kalian berangkat naik ojek! Rena minta anter si kingkong aja!"
"Papa juga! Minum susu yang banyak biar tinggi! Aku daftarin kursus renang juga lama-lama, nih!"
"Johnny juga, sih!" Dinda berbalik ke teras belakang.
Omelan panjang lebarnya terdengar lagi. Kali ini Johnny yang dijadikan sasaran.
"Mereka imut darimananya? Hih! Matamu burem itu, Yang!"
"Yaudah! Sholat isya terus langsung tidur! Nanti jam 3 aku bangunin buat tahajud!"
Tsundere tingkat akut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita!
FanfictionHanya keseharian Bapak Teguh dan ketiga anak gadisnya ■lokal■ ■nct x tbz■ ■genderswitch■ ■kapal lintas alam■ ■kapal hantu■ ■probably kinda short chapters?■