morning routine

306 23 3
                                    

Felix tersenyum merasakan sepasang lengan kekar melingkari pinggang rampingnya, bersamaan dengan itu, punggungnya membentur dada bidang seseorang.

"Morning babe," sapaan hangat yang tak pernah absen diucapkan beserta kecupan lembut di bahu yang tiap pagi selalu ia dapatkan dari sang kekasih.

"Morning too Mr.Bang Bang," balas Felix sembari memiringkan kepala untuk melihat wajah yang kini tengah menatapnya kesal.

"Kau tahu aku tak suka panggilan itu," cibirnya membuat Felix terkekeh geli.

"Memangnya ada yang salah? Dulu kau senang sekali kalau ku panggil dengan nama itu," Felix mengecup pipi kekasihnya gemas lalu kembali menatapnya menggoda.

"Jangan menggodaku!" Felix kembali terkekeh, merasa senang karena berhasil membuat seorang Christoper Bang kesal di pagi hari seperti ini. "Lagipula itu kan dulu, aku lebih suka jika kau memanggilku dengan sebutan Daddy," lanjutnya setengah berbisik di telinga sang kekasih.

"Berisik, lebih baik kau duduk dan biarkan aku memasak dengan tenang!" perintah Felix sembari menutupi semburat merah di kedua pipinya.

Chris tersenyum miring, memang menyenangkan menggoda kekasih mungilnya di pagi hari. Apalagi ketika melihat pipi gembil anak itu bersemu merah akibat ulahnya, melihat Felix yang seperti itu membuat bagian selatannya sedikit tegang.

Felix yang merasakan hal aneh pun kembali menoleh ke belakang, "Chris, kau baik-baik saja?" tanyanya sembari mengusap pelan lengan yang melingkar di pinggangnya, tak kunjung mendapat jawaban, Felix malah membalikkan badan lalu mempersempit jarak diantara mereka.

"Chris?" panggilnya sembari menepuk pelan pipi sang kekasih, "Apa ada yang sal–" Felix membulatkan mata ketika merasakan sebuah gundukan yang menekan perutnya di bawah sana.

"Babe..." Felix membeku di tempat, ia tak tahu harus mengatakan apa di saat seperti ini.

"Chris jangan seka— ahh..." Felix tidak bisa menahan desahan ketika tangan besar kekasihnya itu meremas kedua bokong sintalnya.

Chris merundukan kepalanya, mengecup lembut telinga Felix sebelum akhirnya berbisik pelan, "kau terlalu menggoda, aku tak bisa menahannya," seakan kehilangan pijakan, tubuhnya melemas. Jika saja Chris tidak memeluknya, mungkin ia sudah tergeletak di lantai.

Felix memejamkan mata ketika kekasihnya mulai menciumi lehernya, melenguh tertahan ketika tangan nakal Chris masuk ke dalam kaos longgar yang sedang ia kenakan, mengusap perlahan dadanya yang rata.

"Nghh Chris..." desah Felix saat jemari si dominan menyentuh nipplenya dengan sengaja.

"Kau tahu? aku sangat suka suara indahmu, teruslah seperti itu," suara serak yang terdengar begitu mendamba, membuat Felix seakan tak berdaya.

Dengan sekali gerakan Chris mendudukkan Felix di atas kabinet, melucuti semua pakaian milik kekasih mungilnya itu. Menjilat bibir ketika melihat lubang Felix yang sedikit berkedut, menggoda dengan cara mengusapnya perlahan.

"Chan, unghh— masukan milikmu sekarang," mohon Felix agar Chris berhenti menggodanya seperti ini.

Terkekeh pelan, bukannya menuruti permintaan Felix, Chris malah menjulurkan lidahnya. Menjilat lalu menghisap kuat nipple si manis dan memelintir yang satu dengan jari-jari panjangnya.

Kepala Felix terasa pening, semua hal yang dilakukan pria berumur 25 tahun itu membuatnya merasakan kenikmatan dan siksaan di saat yang bersamaan, ia membutuhkan penis besar Chris di dalam dirinya sekarang.

Chris semakin gencar mengecup dan menjilati nipple Felix yang mencuat akibat permainannya, kemudian tanpa aba-aba memasukkan dua jarinya ke dalam lubang Felix, membungkam teriakan si manis dengan ciuman panas yang tentu saja didominasi olehnya. Menggerakkan jarinya secara cepat, membuat Felix mendesahkan namanya di sela-sela ciuman mereka.

Dirasa lubang Felix sudah siap, Chris mencabut kedua jarinya menghasilkan desahan kecewa dari belah bibir mungil yang sudah terlihat sangat kacau itu.

Dengan cepat menurunkan celana lalu mengarahkan penis tegangnya ke pintu anal Felix, menekan pinggulnya hingga kepala penisnya masuk ke dalam.

Felix meringis pelan, tangannya mencengkram kuat pundak Chris hingga tanpa sadar kukunya melukai kulit pria aussie itu, Chris terlihat tak perduli akan rasa sakit di pundaknya, ia masih menikmati lubang Felix yang menjepit kepala penisnya sehingga rasa sakit dari cakaran kuku kekasihnya pun tak terasa.

Kembali menekan pinggulnya, membuat penisnya tenggelam sempurna ke dalam lubang nikmat Felix dengan sekali hentak, memejamkan mata, merasakan lubang hangat yang menjepit erat kejantanannya.

"Bergeraklah, kumohon," Chris membuka mata, memandang wajah manis Felix yang terlihat merah padam akibat ulahnya. Ia tersenyum lembut, mengecup sekilas bibir Felix yang sudah membengkak, lalu dengan hati-hati menggerakkan pinggulnya, mengeluarkan penisnya hingga hanya tersisa bagian kepalanya saja lalu kembali menghentakkan pinggulnya membuat penis besarnya kembali masuk dan langsung menyundul telak prostat Felix, membuat si manis mendesah keras sembari melengkungkan punggungnya.

Chris kembali mengeluar masukan penisnya dengan gerakan pelan sembari mencumbu lembut perpotongan leher sang kekasih, membuat tanda kepemilikan yang dipastikan tak akan hilang dalam waktu yang lama.

"Ouh fuckhh Chanhh..." desahan Felix semakin keras seiring dengan ritme pergerakan si dominan yang semakin cepat. Matanya terpejam erat sembari menjambak rambut pria di depannya, menyalurkan rasa nikmat yang tak tertahankan.

"Kau terlalu nikmat babe, shh—" ia menggeram rendah tepat di telinga Felix, kedua tangannya digunakan untuk mencengkram erat pinggul si manis.

"Ouh fuck— mengapa terasa begitu sempit? padahal kita sering melakukannya," chris kembali meracau, pinggulnya semakin cepat menghujam lubang Felix.

"Punyamu yang terlalu bes— heunghh..." jawab Felix susah payah, ia melenguh tertahan di akhir kalimatnya, lubangnya berkedut cepat, ujung penisnya memerah serta perutnya bergejolak seperti akan ada sesuatu yang akan keluar.

Chris mempercepat gerakannya ketika melihat Felix yang akan segera orgasme, "Tunggu, kita keluar bersama," komandonya sembari menelusupkan wajah ke perpotongan leher sang kekasih, memeluk tubuh mungil itu dengan erat.

"Ouhh Chan anghh ahh..." Felix tak berhenti mendesah, kepalanya bergerak gelisah mencari pelepasan.

"Chris— ahh aku tak tahan uhhm..." racaunya tak karuan, tangannya mencengkram erat punggung Chris yang sudah lecet karenanya.

"Tahan sebentar lagi."

Felix menggeleng, kepalanya terasa pening. Sedetik kemudian tubuhnya mengejang, cairan berwarna putih kental keluar dari kepala penisnya membasahi perut Chris dan perutnya. Mulutnya terbuka setelah meneriakkan nama kekasihnya dengan tangan yang semakin erat mencengkram punggung Chris

Tersenyum menatap wajah Felix yang tengah menikmati orgasmenya, ia kembali mempercepat gerakan pinggulnya hingga di hentakan keempat ia pun ikut mengeluarkan cairannya di dalam lubang Felix sembari mendesahkan namanya.

Felix melenguh merasakan hangat yang menjalar di dalam analnya begitu Chris menumpahkan cairannya, dadanya terlihat naik turun menetralkan detak jantung dan deru nafasnya yang memburu.

"I love you babe."

belum sempat Felix membalas perkataan Chris, bibirnya sudah lebih dulu dipagut dengan lembut, desahannya kembali terdengar ketika Chris mulai menggerakkan pinggulnya lagi, menghentakkan penisnya di dalam lubang kekasih tercinta.





•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗡𝗜𝗖𝗢𝗧𝗜𝗡𝗘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang