30. Kelulusan Rizka

26 7 3
                                    

Wanita itu bergegas ke mobilnya menuju rumah Haidar. Baru dia membuka pintu mobil, ponselnya berdering menandakan ada telepon masuk.

5I is calling ….

Ia pun segera menerima telepon tersebut.

"Gak ada di kantor. Kata temannya terakhir kali sama Haidar. Mau ke sana sama gue?"  tawar 5I.

"Enggak, thanks," tolak halus wanita itu.

"Yakin? Enggak takut di sana lo kenapa-kenapa?"

"Iya-iya. Jemput," pintanya. Padahal, mereka juga tidak terlalu jauh. Wanita itu di mini market dekat kantor, sedangkan 5I di kantornya.

"Hey?"

Wanita itu menoleh, terkesiap. Tak menyangka 5I bisa secepat ini sampai. "Zef, kok cepat?"

"Kalau di luar 5I, bukan Zef," peringat 5I tak mau identitas aslinya terbongkar oleh orang lain.

Wanita itu mengangkat bahunya tak peduli. Ia masuk duluan ke dalam mobil yang disusul oleh 5I. "Gue aja yang bawa mobil."

Wanita itu menggeleng, meski ia duduk di kursi penumpang.

"3I4A nakal sekarang, ya?"

"Iya-iya, Zefri! Nih." Wanita yang dipanggil 3I4A itu menyerahkan kunci mobilnya.

"5I, by," kelakar seseorang yang dipanggil 5I dan Zefri tadi.

"Iya, 5I. Ayo," ajak 3I4A yang diangguki 5I.

5I pun mulai menghidupkan mobil dan melaju pergi ke rumah Haidar. Di dalam mobil hening, hingga 3I4A membuka pembicaraan. "Gimana? Udah godain bosnya Bu Areta?"

Yang ditanya tersenyum miring. "Udah malming-an dua kali, temanin dia belanja sekali, ke kantornya juga sekali. Cuma waktu itu, gue ga liat lo di kantor."

"Gercep. Sempat ngeliat," tutur 3I4A. Ternyata waktu itu, ia tak salah melihat bayangan 5I.

"Lo kalau ngomong sama gue gak usah dikit-dikit, bisa enggak? Gue ja–"

Ini nih yang kurang disukai 3I4A, saat ia diharuskan berbicara dengan banyak. Padahal kan, 3I4A itu tidak terbiasa jika harus berbicara banyak. Menguras tenaga. "Iya. Gercep banget lo. Gue waktu itu sempat ngeliat lo, cuma takut salah sama ketauan. Rencana selanjutnya?"

"Harus gercep dong. Lusa gue coba tembak dia dan gue minta dia jadiin gue selingkuhannya aja. Terus, minta Haidar dipecat deh," jelas 5I tentang rencananya.

"Besok a–"

"Itu … bukannya Bu Areta, ya?" 5I tiba-tiba memberhentikan mobil dan bergegas turun.

Terkejut, itu yang dirasakan 3I4A. Ia segera menelepon seseorang untuk meminta bantuan. Selesai menelepon, 3I4A bergegas keluar mobil.

"Bu Areta gak apa?"

Areta tidak menjawab, ia hanya diam. 3I4A pun membawanya ke dalam mobil. Areta seperti masih tersentak dengan semua ini. Untung 3I4A dan 5I datang di waktu yang tepat untuk membawanya pergi.

"Ri, ayo. Mereka biarin," teriak 3I4A lewat jendela mobil.

Seseorang yang dipanggil itu mendecak malas. Entah harus berapa kali ia mengingatkan agar 3I4A memanggilnya dengan 5I, bukan sebutan lain. 5I pun bergegas ke dalam mobil dan mengendarainya cepat-cepat.

"Bu Areta sekarang mau ke mana?" tanya 3I4A pelan.

Areta hanya menggeleng. 3I4A sepertinya tahu mengapa Areta seperti ini, Areta pasti mengira mereka juga penculik. "Kita bukan penculik, ki–"

Prata StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang