Buta Karena Cinta.

141 19 7
                                    

Sepulang sekolah aku langsung pergi ke rumah Adlan. Hari ini pun Bumi ada acara dengan gengnya. Aku pulang menggunakan ojek online. Aku ingin segera menemui Adlan dan meminta alasannya sampai memukul Bumi tanpa sebab. Kalau ia marah karena aku dan Bumi pacaran, itu adalah alasan terbodoh!



"Assalamualaikum." Ucap salamku sebelum masuk ke dalam rumahnya.



Cklek!



Aku tersenyum, dengan rasa sopanku aku mencium tangan Ibun yang baru saja membuka pintu rumahnya. Ibun mengusap pipiku lembut. Mungkin sudah cukup lama aku tidak bertemu Ibun juga tidak pernah datang ke rumah ini. Tidak seperti dulu, setiap hari aku selalu masuk ke dalam rumah ini.



"Walaikumsalam, sayang." Jawab salam Ibun, "Ayo masuk." Ajaknya dengan tangan menggenggam tanganku.



"Ibun nggak ke butik?" Tanyaku basa-basi.



"Nggak sayang, Ibun lagi jaga Adlan. Dia sakit. Kemarin berantem sama preman katanya."



Aku tersenyum, aku tidak tau darimana Adlan belajar berbohong dan merendahkan orang seperti itu.



"Boleh aku liat Kak Adlan?"



"Boleh dong sayang, kamu ke kamarnya aja sana."



"Yaudah aku ke kamarnya dulu ya."



Aku pergi meninggalkan Ibun. Aku menahan rasa marahku pada Adlan. Tidak mungkin aku mencak-mencak mendengar Bumi disebut preman. Kalau Bumi preman, lalu dirinya apa?



Tok!

Tok!

Tok!



"Masuk, Bu."



Aku masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan lampu mati. Inilah kebiasaan Adlan kalau sakit pasti mematikan semua lampu sekelilingnya. Sebelum menghampirinya, aku menyalakan lampunya dan ia berbalik badan. Adlan terkejut melihatku mendatanginya. Aku tidak duduk di atas kasurnya, aku memilih duduk di kursi belajarnya.



"Gimana? Sakit?" Tanyaku basa-basi, "Kata Ibun, lo berantem sama preman?"



Adlan diam, tidak menanggapi ucapanku.

Tinggal KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang