1

858 97 4
                                    

Kaki jenjang polos tanpa alas berlari tergesa di atas jalanan kasar nan sunyi.

Ditemani dinginnya angin malam yang menusuk dan keadaan dirinya yang tidak baik-baik saja ia melangkah, mencoba dengan seluruh tenaga yang tersisa meninggalkan apa yang seharusnya ditinggalkan. Pikirnya.

Pergi sejauh mungkin adalah pilihan paling tepat untuk menghindarinya.

Dress hitam yang dipakainya kini lebih mirip dengan pakaian kusut setelah dijemur, sangat kacau. Jauh dari itu, perasaannya kini lebih kacau.

Kemana ia harus pergi? Apa lebih baik mati?

Dilihatnya ke kanan dan ke kiri. Kosong. Jalanan lengang persis kota tak bertuan.

Ia berjongkok, selain hati kini kakinya sudah tak sanggup untuk menahan semua rasa sakit. Ia berada di tengah jalan tak berpenghuni.

Soo, dengarkan aku.

Soo, ini semua salah paham. Dia berbohong.

Soo, aku sudah benar-benar mencintaimu.

Air mata yang sejak tadi berada di pelupuk kini mulai menggenangi pipi tembamnya. Napasnya terengah, wajah mungilnya memerah dan satu hal penting, hatinya telah patah.

Ia mulai kehilangan keseimbangan hanya untuk sekadar berjongkok. Ia terduduk dengan kasar. Tubuhnya kian melemah dan tak ada tanda seorang pun akan lewat jalan ini.

Baiklah. Ternyata ini akhirnya. Ia harus mati mengenaskan dalam keadaan kedinginan. Setidaknya itu lebih baik daripada harus hidup tanpa ada yang bisa dipertahankan lagi.

Hubungan, keluarga, teman dan pekerjaan? Sebagian hancur dan sisanya ia tak peduli.

Selamat tinggal dunia. Aku Mi Soo, pamit. Semoga dunianya bahagia tanpaku.

--

Author's note:

Hi, Darling! Punten, maaf kalo pendek hihi.

Don't forget to leave your tracks here! Whether it's comments or votes, okay?

See ya!~

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang