Chapter 24. Kebanggan Diri

184 15 1
                                    

"Banggalah terhadap dirimu sendiri!"

Itu adalah kata-kata yang selalu diingat oleh Feri. Kata-kata yang diucapkan oleh orang itu memberinya motivasi untuk tetap hidup. Orang itu juga mengulurkan tangannya. Ia membantu Feri dalam banyak hal. Orang itu juga memberikan tempat dan alasan hidup untuk Feri. Orang itu adalah segalanya bagi Feri. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah tuannya sendiri.

Feri Lucinatan, begitulah nama yang diberikan oleh tuannya. Nama itu memang nama yang biasa. Nama itu berasal dari singkatan nama aslinya. Namun bagi Feri, itu adalah nama yang sangat berharga. Ia bersumpah untuk tidak mengotori nama berharga itu. Bersumpah untuk tidak pernah memalukan nama yang sudah diberikannya. Ia bersumpah atas namanya sendiri dan sumpah itu sudah terukir di jiwanya.

Apa itu kebanggan diri?

Feri selalu bertanya-tanya tentang itu. Walau ia selalu menyombongkan dirinya, ia masih tidak mengetahui arti dari kebanggan diri. Ia memang sering menyombongkan dirinya, itu memanglah kenyataan. Yang Feri katakan adalah kebenaran mutlak. Jika ia mengatakan kalau dirinya tampan, maka begitulah kenyataannya. Mau bagaimana lagi, Feri telalu sempurna untuk menjadi manusia.

Jika ada yang ditanya siapa sosok yang paling bangga terhadap dirinya sendiri, rekan-rekannya akan menjawab itu adalah Feri. Itu memang benar, tapi juga salah. Ia tidaklah selalu membanggakan dirinya. Dirinya juga mengetahui tempatnya berada. Di hadapan begitu banyaknya dunia, pasti ada sosok yang lebih hebat darinya. Salah satu dari itu adalah tuan yang telah menyelamatkannya. Jika dibandingkan dengan tuannya itu, Feri tidak ada apa-apa. Ia hanyalah serangga di hadapan penguasa absolut.

Selagi bertanya tentang arti kebanggan diri, Feri dipertemukan dengan seorang pria. Pria itu adalah siswa SMA di salah satu sekolah dunia manusia. Rekannya---Desi---mengatakan kalau siswa tersebut adalah tuan mereka. Desi mengatakan dengan tingkatan kepercayaan diri yang hampir setara dengan Feri. Itu membuat Feri jengkel.

Omong kosong!

Tanpa sadar, Feri memaki temannya dalam hati. Makian demi makian terlontar dari kata hatinya itu. Perasaan kesal meluap di dirinya.

Tidak mungkin remaja itu adalah tuan kita! Kenapa kau tidak menyadari itu, Dasar Jalang!

Pria yang dikatakan sebagai tuannya adalah seorang remaja berumur 17 tahun. Tubuhnya cukup tinggi, kemungkinan itu adalah 170 cm keatas. Rambutnya hitam sama seperti kebanyakan rambut di negara itu. Sedangkan untuk tubuhnya, itu adalah tubuh yang normal untuk remaja 17 tahun. Tidak kurus, juga tidak gemuk. Itu dapat dikatakan sebagai tubuh ideal, namun itu tidak begitu berotot.

Pada akhirnya, Feri harus berakting. Ia mewakili rekan-rekannya setuju untuk membuktikan orang itu. Lagipula, hadiahnya cukup menggiurkan. Asmodeus atau Desi Monika beserta satu miliar pelayannya akan menjadi milik Feri. Maka, Feri juga memiliki hak untuk memerintahkan dunia yang diperintah oleh Desi jika Desi adalah pelayannya. Itu jika remaja itu bukanlah tuan mereka.

Jika Feri salah dan akhirnya ia kalah, ia juga tidak peduli itu. Ia tidak peduli jika rekannya bersetubuh dengan tuannya. Yang terpenting bagi Feri adalah ia bisa bertemu lagi dengan penyelamatnya itu. Tidak ada hal lagi yang perlu diperdulikan oleh Feri. Itu adalah pertukaran yang setara. Setidaknya, itu adalah yang terpikirkan oleh Feri.

Walau Feri mengatakan ia tidak masalah jika dirinya kalah selama tuan mereka ditemukan, Feri masih tidak dapat menerima itu. Ia tidak dapat menerima jika remaja berumur 17 tahun itu adalah tuan mereka. Itu tidaklah masuk akal jika dipikirkan oleh Feri. Tuannya tidak mungkin memalukan dirinya dengan tubuh lemah seperti itu. Seharusnya, tuannya memiliki tubuh di atas rata-rata manusia normal. Sedangkan remaja itu hanya nampak seperti remaja pada umumnya.

Benar-benar tidak dapat dipercaya!

Sekarang adalah hari ketiga di dunia yang disebut dengan Bumi. Ini memang benar jari ketiga, tapi situasinya benar-benar berubah. Feri tidak pernah menyangka akan menjadi seperti ini. Itu membuatnya semakin kesal. Dirinya tidak bisa menerima ini semua.

Bella, Desi, Viani, Firman, Zebian, dan bahkan adiknya mengakui kalau remaja itu adalah tuan mereka. Remaja yang bernama Devan Steviano itu membuat para rekannya mengakui Devan. Mereka akhirnya melayani Devan, seaka Devan adalah tuan mereka. Itu membuat Feri kesal. Ia tidak dapat menerima ini. Ia tidak dapat menerima manusia yang tidak sempurna itu menjadi tuannya.

Pada akhirnya, Feri sendirian. Ia adalah satu-satunya orang yang tidak menerima Devan sebagai tuannya. Yang lain sedang menempel pada Devan dan mencoba melayaninya. Itu adalah tindakan memalukan karena sikap mereka tidak seperti pelayan. Mereka hanya menempel dan mencoba memanjakan diri mereka sendiri. Benar-benar tindakan yang memalukan, pikir Feri.

Kini, Feri merencanakan sesuatu. Ini adalah langkah terakhir yang dapat dilakukan oleh Feri. Jika ia gagal, maka dirinya akan mengakui kalau Devan adalah tuannya. Jika ia berhasil, ia akan membunuh Devan di tempat. Walau dirinya bukanlah pemegang kekuasaan absolut, dirinya masihlah sangat kuat.

Sebagai iblis terkuat setelah tuannya, Feri memiliki kekuatan yang sangat besar. Jika dihitung dengan skala berapa dunia yang dapat dihancurkan dengan kekuatan penuh, maka itu ada berada dikisaran sepuluh. Ia dapat menghancurkan kurang lebih sepuluh dunia dengan kekuatan penuhnya. Itu dengan pengorbanan seluruh energi di tubuhnya, tentunya.

Senyuman terpasang di wajah Feri. Ia sudah merencanakan tindakannya ini dengan sangat sempurna. Itu pastilah akan berhasil. Jika Devan terikat dengan takdir, maka Feri dengan mudah mengubah takdirnya itu menggunakan kekuatan manipulasi takdirnya. Itu akan dapat membunuh Devan walau Feri tidak melakukan apapun. Ia hanya perlu menonton Devan yang sedang jengkel karena ditempel oleh rekan-rekannya.

"Aku harap kau tidak melakukan hal yang bodoh," ujar Viani memperingati Feri.

Feri langsung menengok ke arah Viani. Ia menyunggingkan bibirnya dengan penuh percaya diri. Memasangkan senyum penuh kelicikan itu. "Tenang saja. Aku ini yang terkuat."

Itu memanglah kenyataan, namun itu juga tidaklah sepenuhnya benar. Jika Feri dikatakan adalah yang terkuat, itu adalah fakta. Feri merupakan yang terkuat jika masih memiliki kesadaran. Kalau tidak memiliki kesadaran atau dapat dikatakan di luar kendali, adiknya lah yang terkuat. Setidaknya, adiknya itu belum pernah kehilangan kesadaran ketika marah selama ini. Jika itu terjadi, mungkin lima belas lebih dunia akan hancur.

Kekuatan Jenderal Iblis seperti Feri diukur berdasarkan seberapa banyak dunia yang dapat dihancurkan. Yang paling lemah adalah Viani. Ia hanya dapat menghancurkan satu dunia saja. Sedangkan yang terkuat adalah Feri dan kedua dipegang oleh adiknya.

Hembusan napas panjang terdengar dari Viani. Ia nampaknya merasa pening mendengar ucapan dari Feri. "Pokoknya, aku sudah memperingatkanmu."

Feri mengangkat tangan kanannya. Meminta rekannya itu untuk tidak khawatir kepada Feri. Viani yang melihat itu meninggalkan Feri dan pergi ke kantin.

"Mari kita mulai last game-nya!" gumam Feri dengan senyum penuh kelicikan.

Bagaimana Mungkin Aku Adalah Raja Iblis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang