Chapter 01 Rintik Malam

258 76 417
                                    

Capter 01 [ Rintik Malam]

🌙🌙🌙

Aku hanyalah gadis biasa yang sangat menyukai hujan, bagiku hujan adalah hal yang paling menyenangkan di dunia ini.

~Maira Alkaura~

Hujan begitu deras mengguyur bumi malam, tampak seorang gadis tersenyum bahagia di bawah deraian rintiknya.

"Hujan, kamu turun di waktu yang tepat. Tolong sampaikan rinduku untuk ayah, bilang sama ayah kalau anaknya ini melanggar janji, karena aku bermain bersamamu." Gadis itu berteriak berharap hujan dapat membalas ucapannya.

Ia pun menangis berlutut sambil memeluk dirinya sendiri. Bayangan indah masa kecilnya bersama seorang ayah terlintas di kepala bagai kaset rusak yang diputar, menyisakan bekas luka yang amat sulit untuk dilupakan.

"Ayah, kamu di mana? Apa ayah tidak merindukan anak ayah?" gumamnya penuh gemetaran karena menahan rasa dingin. Gadis itu tidak mempedulikan dirinya yang akan sakit setelah bermain hujan

Aku sangat merindukanmu, batinnya bersamaan dengan isak tangis yang tersamarkan.

Tampak dari dalam rumah seorang wanita paruh baya berlari ke arahnya dengan payung besar berwarna biru laut serta raut wajah yang sangat khawatir.

"Maira, Bunda kan udah bilang, jangan main hujan!" Dea-bunda gadis yang dipanggil Maira itu segera membantu anaknya untuk berdiri.

Dia adalah Maira Alkaura, gadis manis pencinta hujan dan indahnya rembulan, serta bucinya Patrick. Yang kerap dipanggil Maira.

Dea menuntun anak gadisnya untuk berjalan menuju rumah, karena saat ini mereka berada di halaman.

"Mandi dulu pakai air hangat. Bunda siapin cokelat kesukaan kamu." Maira hanya menurut dan berjalan menuju kamarnya untuk melakukan ritual yang disuruh oleh Bunda.

"Kenapa lagi Bun?" tanya gadis cantik lainnya yang muncul dari balik pintu.

"Biasa, adikmu main hujan lagi."

"Ahhh, anak itu memang keras kepala, sama seperti ayah." Dia adalah Manda Ayuqila, mahasiswa kedokteran yang lagi pusing-pusingnya mikirin skripsi.

Dea seketika terdiam, saat mendengar ucapan anak sulungnya, kenapa di rumah ini ia selalu mendengar kata "Ayah" dari kedua putrinya. Seakan muak dengan semuanya, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Manda kembali menutup pintu kamar, saat ia menyadari dengan perkataan yang membuat sang bunda terdiam.

"Bunda, baju tidur Patrick aku mana?" tanya Maira dari dalam kamar. Dea yang mendengar pun langsung bergegas menuju kamar Maira.

"Bunda tarok di laci besar lemari kamu." Dea sudah berdiri di depan pintu sambil menatap lurus ke arah Maira yang sibuk dengan baju di lemari.

••••

Sepasang kaki yang beralaskan sepatu sekolah terus melangkah berjalan tak seirama, berlomba untuk menjadi yang terdepan. Sesekali, kaki itu menendang batu kecil yang ada di jalan. Udara yang masih dingin karena sehabis hujan, membuatnya memeluk diri sendiri agar merasa hangat.

Halte bus sudah di depan mata, buru-buru Maira melajukan langkah kaki agar tidak ketinggalan bus. Saat akan menyebrang jalan, ia tidak sengaja menabrak seseorang membuat tubuh mungilnya terhayung ke belakang, untungnya sebuah tangan kekar menyambut tubuh Maira sehingga gadis itu tidak terjatuh.

MAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang