Sinar matahari langsung masuk ke kamarku begitu gorden itu dibuka. Aku berusaha mengumpulkan nyawa secepat mungkin. Lalu kulihat seorang laki-laki tinggi tegap berdiri diantara jendela memperlihatkan siluit. Aku berdecak. Aku melihat jam diatas nakas menunjukkan pukul 9 pagi. Tatapanku kembali kepada seseorang yang membelakangi jendela kamarku. Seseorang yang membuka gordennya. Siapa lagi dia kalau bukan Kak Ali. Perawakannya masih bisa kubedakan dengan Ayah. Menyebalkan. Kenapa dia belum berangkat kerja? Kulihat dia menggelengkan kepalanya lalu duduk ditepi kasurku. Masih melihatku.
"apa?"tanyaku dengan suara serak.
"lo tuh harusnya bantuin Ibu di dapur, jam segini malah baru bangun"katanya sambil mengacak-acak rambutku
Aku hanya memamerkan deretan gigiku yang belum kugosok. Lalu Kak Ali dengan dagunya mengisyaratkan aku untuk bangun dan sarapan. Aku hanya mengangguk mengiyakan ajakannya. Aku menghela nafas. Semalam aku lembur membuat project dan baru tidur pukul 2 pagi. Aku sudah bekerja menjadi freelancer selama hampir 5 bulan ini. sebelumnya aku pernah bekerja disalah satu perusahaan kenalan Ayah. Tapi sayangnya, perusahaan itu kurang cocok denganku. Atau mungkin karena aku yang sangat tidak suka diatur-atur. Lima bulan menjadi freelancer juga tidak mudah. Gaji pertamaku tidak banyak, belum lagi komplain-komplain klien tentang desainku yang kurang memuaskan serta deadline yang biasanya sangat bisa diubah-ubah seenak jidat. Tapi entah kenapa aku sangat nyaman bekerja menjadi freelancer.
Aku bangkit dari tempat tidurku, menuju kamar mandi untuk membasuh wajahku. Muka kurang tidurku setidaknya bisa sedikit berkurang ketika aku cuci muka. Biasanya ayah akan ngomel-ngomel, karna aku suka lupa waktu dan tidak menjaga kesehatan. Aku turun setelah membasuh wajahku. Disambut dengan Ibu yang sedang membereskan piring-piring kotor. Mereka sudah sarapan lebih dulu. Kak ali membangunkanku pasti karna disuruh Ibu. Aku tersenyum pada Ibu, lalu duduk. Sandwich sudah tersedia diatas meja makan. Kesukaanku. Ahh, hari ini hari sabtu. Pantas Kak Ali tidak berangkat kerja. Kulihat dia sedang asik menonton siaran ulang pertandingan bola ditemani oleh Grufy; kucing kesayangannya. Aku sudah menghabiskan sandwichku lalu mencuci piring kotor tersebut.
"lembur lagi, Ki?"suara Ibu pelan sedang mengisi botol-botol dengan air mineral.
Aku mengangguk.
"jangan terlalu divorsir, Ki. Kayaknya Ibu lebih suka kamu kerja kantoran aja deh daripada begini, begadang mulu. Gak sehat"seru Ibu dari balik kulkas.
"yah Ibu, kerja kantoran sama freelance tuh sama aja. Bedanya cuman diwaktunya doang, kerja kantoran juga bisa lembur begadang gitu. Tuh kayak Ayah"aku menunjuk ruang kerja ayah yang tertutup rapat dengan daguku.
Ibu menghela nafas, "yang penting kamu bisa bagi waktu sama jaga kesehatan yaa"serunya menyerah berdebat denganku.
Aku hanya mengangguk, lalu berjalan bergabung dengan Kak Ali diruang tv. Aku tidak bermaksud untuk menonton pertandingan bola, tapi aku ingin bermain dengan Grufy. Grufy adalah kucing kesayangan Kak Ali yang ia temukan di tempat dia bekerja. Waktu itu usianya masih sangat muda, karna kasian akhirnya Kak Ali membawa Grufy ke rumah. Sempat ditentang oleh Ibu, seumur-umur baru kali ini Kak Ali membawa sesuatu ke rumah tanpa diskusi dengan Ibu. Tapi akhirnya Ibu luluh juga, dan inilah Grufy anggota baru di rumah ini. Dia termasuk ras persia long hair, warnanya abu-abu dan putih. Jarang kulihat warna abu-abu secantik Grufy. Makanya waktu Kak Ali membawanya ke rumah, aku langsung setuju untuk mengadopsinya.
Ponselku berdering saat aku sedang asyik bermain dengan Grufy. Ada 2 pesan masuk. Dari sahabatku; Vale dan Iin. Aku membuka pesan tersebut satu-satu. Mereka mengajakku untuk menghirup udara segar. Karena memang aku membutuhkannya, jadi aku mengiyakan ajakan mereka. Aku segera naik ke atas untuk mandi dan bersiap-siap. Tak lama setelah itu aku mengambil kunci mobil yang ada didekat tv, Kak Ali melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glad To See You
Teen FictionBagaimana perasaan kalian ketika bertemu dengan cinta pertama kalian? apa kalian akan terus mengejarnya? atau memberikan kesempatan yang lain untuk kalian terima cintanya? Atau mungkin kalian salah tentang cinta pertama kalian? seperti aku. 10 tahu...