“Halo, panggil saya Tasya Aisyah. Saya berasal dari Mamuju Sulawesi Barat salam kenal untuk semuanya.” sapaku saat berdiri depan kelas.”
“Halo Tasya…” sapaan kembali dari teman – teman
“Silahkan duduk Tasya, pilih saja ya mau duduk disebelah mana” anjuran guruku.
“Terima kasih ibu.” Senyumku padanya
Aku sangat bahagia bisa bertemu dengan teman – teman baru yang tulus padaku, walaupun aku hanya berasal dari kalangan yang biasa saja. Teringatku pada beberapa tahun silam sebelum bertemu dengan sekolah ini.
***
“Hahaha… rasakan itu, kamu jangan sok kecantikan anak lusuh” amarah Nada padaku. Sambil mendorongku ke tempat yang penuh dengan lumpur. Padahal pakaian putih satu – satunya yang aku gunakan. Aku tak bisa berkata apa – apa hanya bisa menangisi segala perilaku buruk yang ditunjukkannya padaku.
Rasanya dia sangat membenciku dan selalu menjuluki diriku sok kecantikan dan anak lusuh. Hati ini rasanya ingin meronta keras akan setiap perlakuannya. Tapi, aku hanya pasrah dan berharap suatu saat keajaiban langit akan datang padaku dan menjadikan Nada orang yang baik. Tak sekali dua kali Nada dan gengnya kerap kali membully, bahkan menjadikanku sasaran terempuk mereka untuk melakukan bullying.
“Kalian ini keterlaluan, kenapa seenaknya memperlakukan Tasya seperti itu?” gertak Nadia pada Nada dan gengnya. Nadia adalah seorang yang selama ini membelaku saat ada yang menyakiti, dia sosok perempuan pemberani.
“Kamu anak babu nggak usah sok membela, pergi saja kamu urus Ibumu yang lemah itu… hahaha” balas Nada.
Nadia berlalu dan mengajakku pergi karena orang seperti Nada jika ditanggapi terus akan menjadi – jadi. Nadia langsung mengantarkan diriku pulang dengan pakaian yang penuh dengan lumpur. Tak sampai disitu saat pulang ibuku sudah menunggu dengan ekspresi yang membuatku takut. Ya, ia langsung menghantamku dengan sebilah bambu karena melihat bajuku yang sangat kotor. Sedangkan si Nadia sudah pulang karena rumahnya lebih dulu dilewati.
Ibuku terus saja memarahi dan memukul dengan sebilah bambu yang di pegang tadi. Sedang aku hanya bisa menangis ingin rasanya aku berteriak dan bercerita tapi aku tak berdaya jika membantah semakain akan dihantam. Hal ini tidak diketahui oleh Ayahku dan aku takut untuk melapor kepada Ayah. Setelah Ibu puas memukul dan memarahi, aku langsung masuk kekamar mandi sambil mandi aku menangisi semua keadaan ini. Yang tak pernah berpihak kepadaku.
Aku selalu merasa dunia tidak adil bagiku. Aku dari keluarga yang biasa saja tapi selalu juga dapat perlakuan kasar dari ibuku sendiri, seolah – olah ia tak menginginkan kehadiranku. Baginya aku hanyalah sampah yang ditemukan dipinggir jalan kemudian ditendang ke segala penjuru arah. Entah, aku tak mengerti juga mengapa ini bisa terjadi kepadaku.
Keesokan harinya aku tak pergi ke sekolah karena baju yang kugunakan masih kotor belum aku cuci semalam. Nadia pun datang dan memanggilku.
“Tasya… Tasya… yuk pergi ke sekolah”
“Maaf, Nadia aku belum bisa ke sekolah bajuku belum aku cuci dan sangat banyak lumpurnya.
“Baiklah, aku pergi duluan yah Tasya…”
“Hati – hati Nadia”
***
Hari – hari terus berganti tapi kehidupanku masih berkaitan dengan amarah, pukulan dan juga bullyan dari teman – teman maupun Ibuku sendiri. Betapa hancur rasanya hatiku, dari kecil selalu diperlakukan seperti ini. Ayah bertugas diluar kota dan aku tidak punya handphone untuk bisa mengabari Ayah tentang perlakuan orang – orang disekitar.
Hanya Nadia yang memberiku semangat aku tak tahu jika suatu hari Nadia meninggalkanku. Betapa aku ingin lari saja dari dunia ini. Fikiran mengakhiri hidup bersemayam di kepalaku tapi aku tidak boleh goyah masih ada Ayah yang akan sangat kehilangan jika aku pergi. Aku bertahan untuk orang yang menyayangiku.
Sekolah tempat keduaku setelah rumah tapi, sama saja tak ada yang bahagia. Jelas hanya ada Nadia sahabat sejati yang mengerti aku. Tapi, suatu ketika aku bertengkar dengannya karena ia mendengar cerita bahwa aku menceritakan tentangnya dibelakang dirinya.
Entah kenapa Nadia begitu percaya dengan cerita itu padahal ia tahu mana mungkin aku menceritakan dia dibelakang sedang dia adalah orang yang sangat ku percaya. Hancur berkeping - keping setelah ia mengatakan “Tidak ada lagi persahabatan diantara kita”. Dan ia pergi meninggalkanku seperti yang kutakutkan sejak dulu. Tinggallah aku sendiri dengan semua perlakuan yang begitu menyakitkan.
Aku pun pergi ke pantai berlari diantara pasir – pasir menuju laut dan berteriak sekencang – kencangnya sambil menangis. Mengeluarkan segala emosi yang terkepung di sanubari. Patah sangat patah, remuk rasanya hati ini. Aku merasa menjadi perempuan yang paling sedih dan menyakitkan di dunia ini.
Sepulang dari pantai aku disambut dengan tangisan tetangga dan juga orang yang berpakaian hitam. Apa – apaan ini belum usai emosi yang terhempas kini ujian datang silih berganti. Ayahku ternyata telah pergi meninggalkanku bahkan beda alam.
“Kenapa Tuhan? kenapa kau renggut semua yang aku kasihi. Apa salahku sehingga engkau menghukumku sedemikian rupa, patah sepatah – patahnya” ucapku dalam hati. Aku pun berlari menuju ayahku melihatnya sebentar, kemudian aku kembali berlari keluar rumah untuk menuju ke sebuah jembatan. Berfikir mengakhiri hidupku menyusul ayahku. Tapi, hal itu di cegah oleh Nadia.
“Jangan kamu coba – coba untuk loncat Tasya”.
“Kenapa Nadia? Bukankah kamu juga telah meninggalkanku, bukankah kita tidak bersahabat lagi. Apalagi Nadia, pergilah dan tidak usah perdulikan aku?”
“Maafkan aku Tasya, aku baru tahu semuanya aku dengar semua percakapan Nada dan gengnya dia yang menyuruh Fifi untuk menyebarkan info itu ke teman – teman dan memberitahuku bahwa kamu yang menyebarkan” Nadia memohon padaku.
“Sudah Nadia, cukup aku tak ingin mendengarkan apa – apa lagi. Sampai jumpa Nadia” ucapku padanya mencoba untuk loncat.
Tiba – Tiba…
“Turun Tasya atau Ibu yang akan loncat” ucap Ibu padaku.
Nadia langsung menarik tangan Tasya untuk turun dan Ibu meminta maaf padaku atas semua perlakuannya padaku yang begitu keras. Hal itu semata – mata ia lakukan agar menjadi anak yang tegar tapi, Ibu sadar bahwa tindakannya sangat keterlaluan.
Alhasil mereka berpelukan bertiga dan kembali ke rumah untuk memakamkan Ayah. Sejak saat itu Ibu begitu baik padaku, aku menemukan sosok baru dari Ibu yang begitu lembut bahkan perhatian. Mengenai Nadia dia tetap menjadi sahabat sejatiku. Dan aku dipindahkan dari sekolah untuk menghindari perlakuan buruk dari Nada dan gengnya. Nadia beda sekolah denganku tapi, kita selalu dekat dan ia pun mencoba mengerti karena aku dipindahkan.
Berat rasanya tidak sekelas lagi dengan Nadia tapi, itulah jalannya. Nadia tetap menjadi sahabat sejatiku dan dia berjanji untuk selalu percaya padaku dan memberiku dukungan sampai akhirnya hanya maut yang memisahkan kita.
***
Cerpen by Manjaeni_MSgita
***
Selamat membaca semuanya, kalau kalian suka jangan lupa vote yaa. Dukung karya temen kalian untuk jadi juara favorit yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVENT CERPEN : SADGIRL
Cerita PendekEvent Cerpen November Semua orang boleh mengikuti event ini. Event diadakan tanggal 1 sampai 20 November. Pendaftaran ditutup. Tema cerpen adalah sadgirl Genre cerpen hanya Teenfiction, romance, atau chicklit. Selamat mencoba semoga beruntung🌻