~(Thomas benar-benar lucu ketika takut dan merajuk seperti itu. Jadi ia sengaja mempertahankan topeng marah dan kesal ini untuk mendesaknya.)~
.
.
.
Bicara tentang pembagian tugas rumah tangga, pada awalnya mereka tidak menentukan siapa harus melakukan apa. Itu diselesaikan secara sukarela tetapi seringnya dikerjakan bersama-sama. Kecuali hingga saat Newt menyadari beberapa hal, dan bahwa Thomas ternyata mahir dalam menangani satu-dua pekerjaan tetapi tidak untuk hal-hal yang lain.
Akhirnya setelah diskusi yang sedikit alot, Newt menetapkan bahwa tugas-tugas rumah tangga itu selayaknya dibagi. Newt akan menangani urusan dapur dan masak-memasak, sementara Thomas yang bertanggung jawab atas kebersihan rumah. Tapi bukan berarti mereka tidak boleh saling membantu (dengan menangani pekerjaan yang lain).
Pembagian itu bukan tanpa alasan. Seperti kali ini saat Newt baru pulang dari ladang dan menemukan dapur seperti bekas arena perang. Thomas telah membuat kekacauan.
Newt masih ternganga ketika melintasi dapur untuk mencuci tangan setelah meletakkan peralatan cangkul dan parang di pojok dinding.
Thomas duduk pasrah di meja makan. Ia tampak pucat pasi━entah karena cemas atau sesuatu yang lain.
Pandangan Newt tajam beredar ke sekeliling. Ada ceceran tepung di lantai, talenan kayu patah menjadi dua, dan di atas kompor ada panci yang teronggok berisi adonan setengah matang (entah semacam bubur) yang warna dan rupanya tidak menggugah selera.
Newt mengangkat panci bubur setengah jadi itu, mendekatkan hidung untuk mencium baunya. Sementara matanya tak lepas mengawasi Thomas.
Benar. Yang meringkuk di depan sana adalah penyelamatnya. Thomas jelas pahlawan bagi semua orang. Dia membawa mereka melewati berbagai peristiwa besar dan menuntun mereka mengalahkan semua rintangan. Tetapi dia juga bukan manusia yang sempurna.
"Berapa kali kubilang, Thomas?" Newt tahu Thomas tahu ketika ia memanggil dengan nama itu, artinya sudah tak ada toleransi lagi. "Tidak ada yang memasak kecuali saat aku di dapur."
Newt mencolek bubur di panci. Raut wajahnya berubah begitu ia menjilat jarinya, mencicipi. Rasanya masam dan aneh.
"Newt ..." Si rambut cokelat mengunyah bibir, mengusap dahi dan menghela napas. Sangat frustrasi.
Sebetulnya Newt menahan rasa ingin terbahak. Thomas benar-benar lucu ketika takut dan merajuk seperti itu. Jadi ia sengaja mempertahankan topeng marah dan kesal ini untuk mendesak Thomas.
"Aku tidak bermaksud melanggar aturan kita, sungguh." Thomas menggerutu pelan. Setengah berharap alasannya bisa dimengerti.
Newt meletakkan panci. Ia menyingkirkan sampah di lantai dengan kakinya.
"Kau bisa menungguku sampai pulang kan? Atau kalau memang selapar itu kau bisa minta dulu dari dapur Frypan."
Tiba-tiba wajah Thomas berubah menjadi lebih yakin. Ia menegakkan kepala seolah bersiap akan sesuatu ketika berkata, "Begini, Newt ..."
Newt akhirnya luluh ketika Thomas menceritakan kronologis yang membuatnya nekat memasak.
Thomas pulang lebih awal dari dermaga listrik━sebutan bagi lokasi pekerjaan Thomas seperti Newt yang bercocok tanam di ladang━karena sakit perut. Ia merasa lapar dan karena tidak menemukan sisa makanan di dapur, ia mencoba memasak bubur. Tetapi kemudian ia menyesal karena itu sia-sia. Rasa buburnya aneh dan tidak enak. Ia memaksa menelan beberapa suap tetapi akhirnya berhenti di suapan keenam. Ia baru akan membereskan kekacauan di dapur ketika Newt mengetuk pintu depan dan mendapati dirinya tak bisa kabur ke manapun selain duduk menunggu untuk dimarahi.
Newt tak dapat menahan tawa ketika Thomas mengakhiri ceritanya.
Thomas masih menunduk pasrah ketika Newt akhirnya berkata, "Tugas-tugas kecil yang sebetulnya tidak terlalu rumit bukan keahlianmu ya, Tommy."
Thomas menarik nafas, menggaruk pipinya. "Benar. Intinya keahlianku adalah membawa semua orang━bahkan benda━menuju kekacauan mereka dan mengakhirinya di sana."
Newt terkekeh panjang hingga bahunya bergetar. Bagus, Thomas menyadarinya juga. Tubuhnya condong ke depan ketika ia mengulurkan tangan untuk menepuk bahu Thomas agak keras.
"Jadi, sekarang bersihkan itu. Dan kau bisa istirahat setelahnya sambil menontonku memasak, Tommy."
Akhirnya setelah Newt membuat Thomas membersihkan semua kekacauan yang dibuatnya, Newt meletakkan mangkuk dan piring berisi menu makan malam yang masih mengepul.
Newt terkekeh melihat Thomas tak berhenti memandang sajian di meja dengan air liur menetes.
Ketika akhirnya Thomas mencicipi sesuap sup kaldu itu, ia tak sanggup menahan perasaannya.
"Ini enak, sungguh!" kata Thomas seraya membuat suara-suara. Memandang Newt dengan takjub.
Mereka sama-sama sudah melupakan kekacauan yang terjadi sembilan puluh menit lalu.
Newt mengangkat alis. Diam-diam mengulum senyum. Pujian Thomas menghangatkan hatinya. Meskipun ia tak bisa menahan perasaan itu ketika ia menikmati suara-suara lezat yang dibuat Thomas, cara suaminya itu menikmati makanannya, suara decapan lidahnya, dan gerakan bibir dan mulut Thomas ketika mengunyah━
"Jelas masakanmu lebih baik dariku." Thomas mencicit iri.
Newt menyeruput kuah. Oh, jangan cemberut begitu.
Kemudian ia tahu ekspresi itu dan merasa perutnya seperti jatuh ketika Thomas berkata dengan sepenuh ketulusan, "Thanks, Newt."
Newt tertegun ketika kehangatan itu sepenuhnya mencair dalam dadanya.
Ini mengingatkan akan sesuatu. Mungkin salah satu cerita masa lalunya di lorong yang gelap saat ia berjuang melawan crank lalu tangan Thomas datang untuk meraihnya dan ia tidak bisa menahan ucapan terima kasihnya.
Ketika mata Newt kembali ke masa kini, dan menemukan tatapan Thomas dipenuhi cinta dan penghargaan, seluruh kalimat miliknya hilang lenyap tertelan kembali.
"Jangan begitu, Newt." Thomas membaca pikirannya. "Jangan pernah menolak ucapan terima kasih dariku."
Newt tersenyum, menghabiskan isi mangkuk miliknya.
Thomas yang impulsif itu benar-benar tidak bisa berkutik saat berhadapan dengan tugas-tugas kecil yang pasti detail-nya tidak serumit labirin, seberat scorch ataupun sesulit kota terakhir, tetapi fakta itu bukan masalah besar sebab fungsi mereka berdua adalah untuk saling melengkapi.
Jadi kemudian Newt bergerak mendahului perintah otaknya. Ia bangkit dan mengitari sisi meja, mendekat ke kursi Thomas.
Newt mengabaikan tatapan bertanya Thomas ketika ia menyentuhkan jemari di dagunya, membelai rahangnya kemudian menyatukan bibir mereka dalam gerakan singkat. Ia benar-benar menyukai gagasan bahwa menjadi impulsif sesekali itu menyenangkan.
Ia merasakan Thomas menggigil oleh aksinya sebelum hanyut dalam ciuman. Sepertinya Thomas juga menyukai rasa kaldu yang bercampur menjadi satu dalam mulut mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Bintang di Langitmu | Newtmas
Fiksi PenggemarDengan seluruh rasa sakit dan derita yang dunia timpakan padanya di masa lalu, Newt adalah pusat kebahagiaanya; bahkan jika itu hanya Newt, semua lebih dari cukup, bahkan terlalu sempurna. [Newtmas Stories: kisah-kisah di Haven, di mana Thomas dan N...