Bab 12, Psychopath Clown!

487 48 32
                                    


"Ya Itachi-nii, sosok itu memang Sasuke. Sasuke, dia hidup kembali," Naruto menghapus tetesan air mata di pipinya, ia sejenak terdiam mendengar suara ribut Itachi di sebrang telpon sana. "Dia sedang menonton TV, Uhm... kakak bisa datang jika senggang dan menemuinya sendiri."

Naruto terkekeh. Suara Itachi menggema begitu semangatnya. "Ya, ini benar-benar keajaiban," ia terdiam kembali, mendengarkan. "Hm, kalau begitu sampai jumpa Itachi-nii. Uhm, ya, bye-bye." Naruto menaruh ganggang telponnya, ia menghela napas lega sudah menceritakan kabar gembira ini pada Itachi. Dengan bibir mengelum senyum, Naruto beranjak bangun dari duduknya. Berjalan menuju ke sebuah tempat dimana Sasuke berada. Di ruang keluarga, Naruto melihatnya. Sasuke duduk terdiam, menatap layar TV yang menayangkan iklan, Naruto yakin Sasuke sama sekali tak menontonnya, Sasuke bahkan tak sadar saat ia duduk di sebelahnya dan memperhatikannya dengan lekat. Ia pun mengecup Sasuke tepat di sudut bibir kirinya.

Sasuke tersentak, mendapati Naruto yang begitu dekat dengannya dan menciumnya.

"Sasuke, kau melamun lagi?"

Sasuke tersenyum, ia menggeleng pelan sambil menarik pinggang Naruto semakin mendekat dan dengan mudah ia mengangkat tubuh Naruto untuk di dudukkan di pahanya. Dikecupnya berkali-kali bibir Naruto, lalu memeluk tubuh wangi itu dengan sangat erat.

Naruto terdiam, sedikit terkejut juga dengan kelakuan Sasuke. Wajahnya yang bersandar di bahu kiri Sasuke merasa tergelitik begitu mengenai rambut Sasuke yang sedikit panjang dari terakhir kali ia ingat. Ia memainkan beberapa helai rambut hitam itu, "Ne teme, bisakah kau mengatakannya padaku."

"Hn?" Sasuke bergumam, semakin memeluk tubuh Naruto dengan erat. "Apa? Aku mencintaimu, begitu?" tanya Sasuke, terkekeh pelan.

Naruto hening sejenak, sampai suaranya kembali mengucapkan kata dengan amat pelan. "Saat kau meninggal karena terbunuh, bagaimana rupamu?"

Keadaan tiba-tiba menghening, dengan perlahan Sasuke melonggarkan pelukannya dan menjauhkan tubuhnya. Ia menatap Naruto dengan alis tertekuk.

"Etto bukan maksudku menyinggungmu," Naruto berujar cepat begitu merasa tubuh Sasuke menegang kaku. "Jika kau keberatan kau tidak perlu mengatakannya Sasuke, aku tidak masalah—"

Sasuke menutup bibir Naruto, "kau yakin ingin mengetahui wajahku?"

Naruto mengangkat kedua bahunya, "kau tahu, seandainya saja saat itu aku ada di dekatmu. Aku... setidaknya aku bisa menolongmu dan aku bahkan.. aku bahkan tidak melihatmu saat terakhir kalinya, aku merasa aku sangat buruk, aku benar-benar minta maaf. Maafkan aku.... "

Sasuke terdiam, hatinya terasa perih mendengarnya. Sudut bibirnya sedikit berkedut, matanya yang sudah redup terasa memanas seolah siap meneteskan air mata. Ia mengelus pipi Naruto, justru menurutnya Naruto tidak perlu di dekatnya saat itu. Entah apa yang terjadi kedepannya bila Naruto melihatnya terbunuh di depan mata oleh seseorang yang berarti bagi Naruto sendiri. Sasuke tidak ingin memikirkannya, melihat Naruto sedih sekarang saja sudah sangat membuatnya sakit. "Jika hanya itu yang ingin kau tahu, maka lihatlah aku baik-baik Naruto," ucapnya, sambil menghapus air mata Naruto.

Naruto menatap Sasuke dengan bingung, ia tidak mengerti mengapa Sasuke memintanya untuk melihat Sasuke sendiri. Ia kan hanya ingin Sasuke menceritakannya. Namun mata Naruto seketika membola dengan lebar, bibirnya sedikit terbuka tat kala ia paham dengan perkataan Sasuke. Sedikit demi sedikit Naruto dapat melihat kulit di wajah Sasuke mengelupas memperlihatkan warna kulit yang jauh lebih pucat dibanding sebelumnya. Sasuke tidak menceritakannya, ia memperlihatkan langsung padanya.

Wajah Sasuke yang rupawan kini telah berubah seketika menjadi wajah yang menakutkan dengan banyak darah yang mengalir dari ujung kepala sampai kaki dan rambutnya yang berantakan, serta luka menganga di beberapa tempat, menunjukkan seberapa keras dan menyakitkannya di detik-detik ketika ajal menjemputnya. Tanpa terasa air mata Naruto menetes dengan sendirinya, Sasuke pasti sangat amat menderita.

Home CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang