hari itu

8 3 0
                                    

**
  Semakin siang sekolah itu semakin ramai dihiasi para murid yang menghiasi koridor sekolah, bangku taman atau pun lapangan basket.
Begitu pun dengan seseorang gadis malang yang menyenderkan tubuhnya di tribun yang berdiri tepat di sisi kanan lapangan basket dengan aerphone ditelinga nya dan baju yang ketat serta penampilan yang lusuh.

Seketika retina matanya menangkap sesosok laki laki tengah tertawa lepas bercanda gurau dengan teman teman nya, entah mengapa memori kecil di otak nya memutar lagi kejadian semalam di puncak di ikuti senyum tipis di garis bibir nya.

" lu baik Goo, lu mirip sama Rian tapi gak tau kenapa gue gak bisa nerima perjuangan lu ke gue." Bayangan bentuk wajah Figoo pun masuk begitu saja dalam lamunan nya, Sebelum akhirnya menyadari bahwa sosok yang ia perhatikan menghilang dari pandangannya.

" hayoo nyari siapa?."

" eh enggak nyariin siapa siapa." Sangkal nya sembari menunjukkan ekspresi salah tingkah pada pria yang sudah berdiri di hadapan nya. Tiba tiba kaki nya berselisih untuk merenggang dan bangun dari tempat duduk nya lalu pergi meninggalkan Figoo sendiri dan diikuti rasa malu.

"Sejauh mana pun lo pergi pasti bakal balik lagi. Kita itu jodoh zi." Ucapnya sembari menatap kepergian wanita yang sudah mengisi penuh hatinya.

*
**
Semakin sore udara semakin dingin jam pelajaran pun belum berakhir. Suara riuh ramai terdengar jelas dari kelas ipa 1 yang menandakan bahwa kelas itu tidak diisi oleh guru.
Figoo nampak sesekali terlihat menegok ke depan kelasnya sembari menatap dengan wajah sendu.

" lo mikirin Zia Goo?." seketika wajah sendu itu berubah menjadi amat tenang, kedua garis bibir nya menarik untuk tersenyum.

" cewek memang gitu, semakin lo ngejer dia semakin dia ngejauh tapi selebihnya lagi dia seneng. Setomboy tomboy nya Zia dia juga masih cewek kali goo." nasihat lelaki bersuara barito itu membangkitkan semangat Figoo untuk tidak menyerah dengan keadaan.

Mungkin pernah terpikir untuk menyerah saat memperjuangkan sesuatu, namun di sisi lain ada tujuan yang mengharuskan kita untuk lebih hidup lagi.

*
**
***

Germecik hujan turun tidak beraturan membasahi bumi menurunkan rindu bagi seorang Arlizia, hanya dengan duduk di gubuk indah di pinggir danau hijau ia bisa mengenang jutaan masa indah yang pernah ia lalui entah itu dengan keluarga ataupun sesosok laki laki yang sudah tidak mungkin bisa ia temui.

" Gini ya rasa nya rindu tapi gak bisa genggam tangan nya lagi." Zia duduk dengan memeluk kedua lututnya sembari menundukkan pandangan nya. Dulu Zia sering menghabiskan waktu disini bersama Rian sampai akhirnya waktu berkata lain kenangan indah itu hanya untuk di ingat bukan di ulang.

" Tuhan sekali lagi Zia minta.. kembalikan kebahagiaan Zia mama, papah, Abang Iqbal dan Rian." Ada air mata tanpa suara. Itu adalah tangisan tersakit yang pernah ada.

" Rian kok lo tega banget ninggalin gue, Lo bilang Lo gak akan ninggalin gue Lo bakal selalu ada. Ajak gue ikut gue mau ikut lo, di dunia ini gak ada satu pun orang yang sayang sama gue hikkssss..." Tangis itu semakin terasa sakitnya suaranya mengiris hati di ikuti rintik hujan yang lama lama menjadi hujan besar.

Tangan kekar dengan lembut memeluk tubuh gadis malang itu dan mengangkat kepalanya di bidang sisi dada sispack nya.

" Kata siapa gak ada yang sayang sama Lo. Gua sayang sama Lo Zia dan gua bakal ngelindungin lo." Ucapnya sambil mengelus lembut pucuk rambut gadis itu.

Zia mengangkat kepalanya dan menatap Figoo dengan mata sendu.
" Gua ini jahat Goo, lebih baik Lo pergi dari kehidupan gue."

" Ohhh tidak semudah itu Ferguson, Lo kan janji mau kasih gua waktu 30 hari? Dan ini baru 15 hari berarti masih ada waktu 15 hari lagi dong wleee."  Ucapnya sambil menjulurkan lidah panjang nya.

FigooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang