-"You can't wake up cause this isn't a dream.-
***Riuh dan sorakan tamu undangan menggema memenuhi ruangan ketika wanita dengan gaun putih panjang berkilauan mulai menapaki karpet merah menuju altar. Berjalan bersama sang ayah dan menggenggam erat buket putih dihadapannya. Rambut panjangnya tergulung rapi, dipermanis dengan sedikit hiasan rambut yang menambah kesan anggun.
Riaasan wajah minimalis namun justru makin memancarkan pesonanya. Semua orang disana pasti setuju bahwa mempelai wanita memiliki fitur dan senyuman yang amat cantik. Ditambah dengan sinar bahagia yang jelas tercetak disana.
Mata kucingnya ikut tersenyum, terpaku pada satu titik dimana lelaki ber-tuxedo dengan rambut yang disisir rapi kebelakang tengah menatapnya lekat. Jenis senyuman hangat yang membuat Kim Jennie merasakan desiran sekaligus getaran hangat di relungnya.
Semuanya terasa melambat, bahkan riuh sorakan tamu undangan tak sepenuhnya hinggap di rungunya. Tautan mata dua insan dengan senyuman mengembang itu terlalu kuat. Sama- sama terjerat dalam pesona satu sama lain.
Tinggal selangkah lagi, tuan Kim menyerahkan jemari putrinya pada Kim Hanbin yang masih memamerkan senyumnya.
Ada kehangatan diantara keduanya ketika mata mereka bertemu kembali bersamaan genggaman Hanbin di tangan Jennie. Sentuhan yang untuk kesekian kalinya menghantarkan sengatan menyenangkan.
Berucap dengan khusyuk, tersihir akan pandangan mencinta dan suara tegas Kim Hanbin yang menggaung. Ditambah dengan dua benda kecil yang kini telah melingkar di jari manis keduanya.
Kim Hanbin dan Kim Jennie telah terikat resmi menjadi sepasang suami istri.
Riuh masih terus berlanjut sampai ke penghujung acara. Apalagi para tamu undangan yang turut menyampaikan rasa bahagia mereka terhadap kedua mempelai masih terus berdatangan.
Kim Hanbin membelai pelan punggung telanjang Jennie yang memang tengah menggenakan gaun backless.
"Kau lelah?"
Kim Jennie masih dengan senyuman manisnya, menggeleng pelan, "hanya sekali dalam seumur hidup. Aku tidak boleh lelah di hari bahagia kita ini," ucapnya.
Hanbin terkikik sebentar, mengamati tamu undangan mulai terkikis.
"Sebentar lagi, dan aku akan memberikanmu hadiah nanti," bisiknya kecil.
Jennie tersenyum penasaran, "apa itu?"
Hanbin mengangkat sebelah alisnya jahil, "rahasia," balasnya lalu mencuri sebuah kecupan kecil di kening istrinya.
Semuanya sempurna, rekahan bahagia menguar di ruangan. Ini adalah hari yang benar- benar Jennie dan Hanbin nantikan. Satu langkah mengikat resmi mereka dan berjanji untuk mengarungi sisa hidup bersama.