“Lavenchia?”
Semua perhatian yang awalnya tertuju pada Tom, kini beralih ke arah gadis berambut coklat yang berada dalam gendongan Rega. Sebagian menatapnya ingin tahu, sedangkan sebagian menatapnya dengan tatapan tajam.
Sadar bahwa kini dirinya menjadi pusat perhatian, Lavenchia buru-buru turun dari gendongan Rega seraya menundukkan wajahnya. Merasa malu karena kepergok sedang memperhatikan kegiatan mereka dari jarak sedekat itu.
Seketika hembusan angin menjadi pengisi suara dalam keheningan di sana. Semuanya masih terdiam dan tidak ada yang membuka suara. Kecuali Tom yang sedang menggerutu karena lagi-lagi sesuatu yang licin bergerak di bawah kakinya.
“Chia, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Eiji, berhasil memecahkan keheningan yang sempat terjadi di antara mereka.
Seolah mendapat sambaran petir di siang hari yang tampak seperti senja menjelang malam ini, Lavenchia meneguk ludahnya susah payah. Kemudian bola mata ungunya melirik ke sana-kemari seolah sedang berpikir.
“A-aku hanya-“
“Hanya apa? Mencari perhatian?” seloroh Holly, dia bersidekap dada seraya memandang Lavenchia dengan tatapan mengintimidasi. Auranya sangat hitam pekat sekarang, sungguh mengerikan.
Albert serta Rallev yang sebelumnya berdiri di sebelah gadis blonde itu, lekas menjauh karena takut.
“Bukan! Jangan seenaknya bicara!” balas Lavenchia setelah mendapatkan kembali kepercayaan dirinya. “Aku hanya sedang mengawasi karena bagaimana pun kalian terlihat mencurigakan. Aku hanya takut Kak Eiji terluka.”
Kadar emosi Holly makin meningkat, “Apa kau pikir kami ini adalah penjahat kelas teri yang memangsa di sarang mangsanya sendiri? How fool!” sahut Holly diikuti senyum seringai di wajahnya.
Sontak Rega langsung melirik ke arahnya, “Holly, jaga bicaramu!” Rega memperingati.
Kini perhatian teralihkan ke arah Rega yang auranya ikut berubah, dia jadi terlihat tambah dingin. Holly pun bungkam seketika, gadis itu mengerucutkan bibirnya karena tidak bisa membalas. Terlebih lagi orang yang selalu membelanya sedang tidak ada di sana. Holly jadi tidak punya sekutu.
“Lupakan saja hal ini, kita harus memastikan Tom sampai di sana dengan selamat,” lanjut Rega sembari memutar badannya kembali ke arah Eiji. “Kau bilang bukan hanya ayam yang ada di sana, memangnya ada apa selain itu?” tanyanya to the point.
Eiji yang belum sepenuhnya bisa mencerna semua kejadian barusan, hanya menaikkan sebelah alisnya ketika Rega bertanya. Dan setelah memahami pertanyaan pemuda berambut hitam tersebut, barulah dia menyeringai misterius.
“Yeah, kau akan tahu nanti,” jawabnya ambigu, membuat semua orang yang ada di sana menjadi bertanya-tanya. Perasaan curiga mulai menyelinap masuk ke dalam batin mereka.
Dengan sorot tajam nan dingin, Rega kembali membuka suara. “Apa ini sebuah jebakan?” ia bertanya dengan nada mengancam.
Sedangkan Eiji masih memasang seringai misteriusnya, “Kita lihat saja, aku tidak bisa menjawabnya.”
Seketika Rega berdecak kesal, lantas segera menyusul Tom dengan cara melompati pohon-pohon yang berada di pinggiran rawa-rawa. Berniat memantau sahabatnya yang satu itu agar tidak celaka.
Di tempatnya, Eiji tersenyum puas melihat itu. Entah apa maksudnya, tidak ada yang tahu.
Seperginya Rega, Holly mengerucutkan bibirnya karena merasa kesal. “Tcih! Kenapa hari ini dia begitu menyebalkan!” umpatnya, menyumpah serapahi Rega yang sosoknya makin mengecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Spirit Of The Moon
FantasiSemua orang mengira dunia akan kembali damai setelah Warlock, sang Raja Kegelapan berhasil dikalahkan. Namun ternyata, semua itu hanya angan-angan yang tak pernah terwujud. Nyatanya, dunia kembali berada dalam bahaya. Kutukan menyebar dimana-mana...