15. Sahabat until Jannah

95 15 0
                                    

Ada banyak tipe ucapan, ada yang sekali terucap bisa membekas, ada sekali terucap tak berarti apa-apa, ada yang harus berkali-kali diucap agar dimengerti, dan ada juga yang berupa teka-teki.

Danar bilang, "Teh, yang tadi pacar, lo?"

"Sahabat gue," aku menjawab.

"Tapi ya, asal lo tahu. Pas lo tidur, dia ngusap air mata lo. Lo ngigau, Teh. Gue sengaja sih pura-pura gak tahu, padahal dari dapur gue lihat. Yakin lo gak ada hubungan apa-apa?"

"Kagak!" Dan ujungnya malah kepikiran, manusia itu kenapa?

Ungkapan Danar sungguh berhasil membuatku kepikiran. Apa iya Sadam sungguh melakukan itu?

"Terus lo gombalin dia kayak tadi maksudnya apa?"

"Bercanda, sengaja pengen tahu gimana reaksinya. Biar dia ngerasain gimana rasanya digombalin. Sama cewek lagi."

"Hati-hati, nanti yang ada malah lo yang baper."

"Jangan sampai baper lah," batinku.

Danar masih di sini menemaniku, anak itu tak berbuat apa-apa, hanya sibuk dengan ponselnya sedari tadi. Aku buka ponselku, ada chat dari Arash.

"Arash tahu cemburu itu wajar, tapi tetap saja rasanya meresahkan. Apalagi Arash cemburunya sama Abang sendiri."

Meresahkan? Apa Arash lihat aku sama Sadam? Sebegitu meresahkannya kah? Semeresahkan jidat member BTS yang terekspos bebas? Atau bagaimana?

Ah, bagian ini, bisa.kalian bayangkan sendiri bagaimana mempesonanya jidat Seokjin dan Taehyung.

Kan, ngaco jadinya kemana-mana.


Aku harus apa? Toh aku tidak menyuruh Arash untuk cemburu, harusnya juga Arash tahu, aku dan Sadam hanya teman.

Tak aku perdulikan pesan Arash, sedang tidak ingin memikirkan hal yang tidak terlalu penting. Hanya ingin istirahat dan sembuh, itu saja.

***

Dua hari di rumah cukup untuk menyegarkan badan kembali. Hari ini kuliah masuk sore, karena dosennya minta ganti jadwal. Aku duduk di kelas sendiri, sebab teman-teman yang lain belum datang.

Aku sibuk membaca e-book karya penulis muda, pintar dan cerdas kebanggaan Indonesia. Tak perlu aku sebutkan siapa.

Dengan telinga yang aku sumpal dengan headset, fokus sekali membaca sampai tak sadar kelas sudah banyak mahasiswanya. Laras yang baru datang duduk di sampingku. "Udah sembuh, Ra?" aku mengangguk, "syukur deh."

Sadam datang dengan Nila sambil tertawa, sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang lucu.

"Nanti lo pulang bareng gue kan, La?" tanya Sadam pada Nila.

"Iya lah, berangkat aja gue nebeng lo, masa balik gue jalan kaki," ujar Nila.

"Eh, tumben ya si Sadam sama si Nila?" kata Laras yang mulai heboh.

"Ya biarin aja sih, Ras," kataku tak perduli.

"Lo gak cemburu?"

Anak Kecil Ngomongin Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang