A New Phase

21.8K 2.3K 23
                                    

Situasi kembali normal, Tara sudah kembali ke London bersama Clarisa. Kini Tyas bisa bernapas lega karena hidupnya kembali bisa tenang tanpa mendengarkan komentar Mami setiap hari, terutama bisa hidup sesuai keinginannya. Semua berjalan baik-baik saja, hanya... ada yang berbeda belakangan ini antara dia dan Dhito tentunya, setelah kejadian hari itu.

Kebersamaan yang jadi rahasia antara dia dan Dhito. Di tempat kerja mereka bisa bertingkah normal dan tidak mencurigakan sama sekali. Tapi, saat jam kerja sudah berakhir..

Tyas melangkah pasti keluar dari Hotel. "Bareng nggak?" tawar Rere tidak yakin karena akhir-akhir ini Tyas jarang ikut dengannya.

Mengulum senyum, Tyas menggeleng kecil. "Naik angkot aja deh, teh. Mau mampir ke tempat lain dulu."

Santi yang berdiri di sebelah Rere, memicing curiga. "Lo nggak lagi pendekatan sama sopir angkot, kan?"

Tyas terkekeh, "curigaan aja deh si teteh! Kalau sopir angkotnya kece, kenapa nggak?!"

"Termakan omongan, baru tahu lho entar!" sahabatnya itu berdecak, "curigalah! lo banyak berubah. Iya kan, re?" lanjutnya minta dukungan Rere.

Rere mengangguk pelan, "Perasaan teteh aja, kali!" Tyas mengedikan bahu.

Santi hendak berdecak, tetapi di hentikan oleh Rere. "Weekend main ke tempat Sita yuk!" ajaknya.

"Akhir bulan aja, sekalian empat bulanan dia, kan?" Santi ingat betul Sita mengundang mereka pada acara syukuran empat bulan kehamilan-nya.

"Ya sudah kalau gitu, bareng saja datangnya." Yang lain pun setuju.

Mereka berpisah di lobi hotel, Santi ikut dengan Rere. Sementara Tyas berjalan keluar hotel menuju sebuah mobil Pajero sport putih yang sengaja terparkir di bahu jalan, menunggunya.

"Sori ya, lama." Kata Tyas begitu masuk dan duduk disana.

Lelaki yang tidak lain adalah Dhito itu tersenyum kecil, "Kalau begini aku udah cocok jadi selingkuhan kamu, belum?" guraunya. Jika di luar kantor, tidak ada lagi sikap formal dan kaku diantara mereka. Sesuai permintaan Dhito yang di turuti Tyas.

Tyas menggeleng kecil dan terkekeh, "Iya.. kalau selingkuh yang kamu maksud mengajak menimbun lemak." lalu menarik seatbelt untuk melingkupi tubuhnya, Dhito mulai melajukan mobil membelah jalanan kota Bandung sore menjelang malam ini.

"Habisnya bagaimana dong, kalau lihat kamu tempat yang terpikir cuman mengajak makan." Kata Dhito lagi.

"Ya ampun! Mentang-mentang kalau aku makan di depan kamu nggak pakai malu-malu!" gerutu Tyas.

"Hm.. memang kamu bersedia kalau aku ajak yang lain?" tanya Dhito, Tyas menatap dengan tatapan memicing curiga yang membuat lelaki itu terkekeh. "Tatapan kamu terlalu menuduh, harus di sapu ini biar bersih!" Dhito mengetuk kening Tyas dengan jari telunjuknya.

"Apaan sih! hobi banget ketuk-ketuk kening!" Tyas mengelus keningnya walau memang tidak terasa apa pun.

Dhito terkekeh "Kalau ketuk-ketuk hati memang boleh?"

Tyas melongo, "Belajar gombal dimana, kaku banget!" guraunya.

Menggeleng kecil menghadapi jawaban-jawaban ajaib Tyas. "Tyas.."

"Apa?"

"Kamu dengan Rere dan Santi sangat dekat, kan?" Dhito melirik Tyas sekilas lalu fokus lagi pada kemudi.

"Nggak hanya dengan mereka, sama Yulia dan Sita juga."

"Oh.."

"Kenapa sih tanya-tanya itu? Eh.. dulu bukannya suka sama teh Sita, ya? Tahunya kalah saing sama Chef Arsya!" Tyas punya kesempatan untuk menanyakan kabar yang sudah ada sejak lama ini, tidak perlu menduga-duga karena dia bisa tahu dari sumber terpercaya, kan?

Bukan Cinta diam-diam [no secret!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang