Melihat sekilas

5 2 0
                                    

Detik itu juga pertama kalinya Ratih merasakan debaran jantungnya berdetak lebih kencang...

(Apakah itu yang di namakan cinta? Hehe, penasaran kan ayook kita lanjut baca)

Mulut Ratih yang tadinya rapat dan kaku lantaran masih syok, perlahan demi perlahan dengan sendirinya mulutnya melontarkan kalimat
"Ha... I-iya gak papa kok"

Dengan gerakan yang cepat Ratih pun membereskan semua buku yang tercecer di bawah.

Ratih beranjak dari tempat di mana iya membereskan bukunya

"Saya permisi duluan" ucap Ratih, dengan pandangan yang mengarah kebawah seolah tidak berani menatap wajah pria berpeci itu.

Di setiap langkah kakinya pikiran Ratih masih terhambur, ia masih memikirkan hal tadi, dan sesekali ia mengucapkan kalimat yang membuat ia tenang.

Banyak serangan pertanyaan yang muncul dari otaknya dan semakin membuat dirinya menjadi kebingungan.

Sesampainya di mana tempat ia membagi ilmunya, Ratih memasuki sebuah ruang yang berlorong. Di setiap sisinya terdapat pintu, nah itulah pintu kamar santri yang rela meninggalkan tempat tidur ternyamannya di rumah demi mendapatkan setuang ilmu yang bermanfaat.

"Ukhty ratiiiih udah pulang?" Tanya seorang santri dengan memunculkan sebagian kepalanya saja dari pintu kamarnya.

Dialah Nina, santri yang sudah lama menghuni pondok ini (ya bisa di sebut sebagai seniornya wkwk) dengan tubuh yang mungilnya dan memiliki wajah yang imut.

"Eh astaghfirullahaladzim.. Nina ngagetin aja kamu" ucap Ratih dengan Nanda yang sepontan dan raut wajah yang terkejut di tambah senyuman yang manis..

"Hehe maaf ukhty, soalnya Nina lihat-lihat ukhty kaya beda aja hari ini" ungkapan Nina yang heran melihat keadaan Ratih hari ini.

"Duuuh kok si Nina bisa tau kalau aku habis ngalamin hal yang tidak terduga hari ini, emang muka aku kaya panik gitu yah?" Berbicara dalam hati untuk bertanya kepada dirinya sndiri.

"Oh iya ukhty blum jawab pertanyaanmu yang pertama tadi yah hehe maaf yah, iya nih ukhty udah pulang, buktinya ukhty ada disini kan" jawab Ratih dengan sedikit mengeluarkan senyuman panik

"Hayooo ukhty Ratih lagi kenapaaa" ledekan dari Nina ditambah dengan rasa penasarannya.

"Nggak papa kok ih ada apa sih" ucap Ratih sambil tertawa sampai matanya tak terlihat.

"Oiya udah masuk ashar nih kok kamu belum ke masjid?" Tanya Ratih kepada Nina.

"Ini udah mau jalan kok, permisi ukh hehe" jawab Nina.

Ratih pun melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karna ulah Nina, dia mendatangi kamarnya dengan penuh rasa rindu.

"Assalamualaikum" ucap Ratih sambil menaruh tumpukan buku yang di bawanya.

Tidak hanya Ratih sendiri yang ada di kamar itu tetapi ada seorang wanita lain yang tengah mempersiapkan dirinya untuk pergi ke masjid dialah Fitria partner Ratih yang mengabdikan dirinya di pondok ini.

"Wa'alaikumussalam, eh Ratih udah pulang, keliatannya kamu kaya capek banget yah" ucap Fitria kepada Ratih sambil mengambil sajadah.

"Iya nih udah pulang, eh emang muka aku kenapa sih? Keliatan capek ya fit?" Tanya Ratih kepada Fitria.

"Iya kaya kecapean gitu,tapi kaya ada panik paniknya sih hehe" jawab Fitria.

"Ah apaan sih, aku kaya biasanya kok" ujar ratih sambil tertawa.

"Eh yaudah siap siap sana kita ke masjid bareng" ajak Fitria kepada Ratih.

"Eh iya nih aku siap siap dulu kamu tungguin yah jangan ninggalin, sebentar kok tinggal wudhu sama pakai mukena aja" ucap Ratih.

"Iya iya rat aku tunggu di depan yah" ucap Fitria sambil keluar kamarnya.

Di susul Ratih yang kemudian mendatangi Fitria.

"Ayo fit,udah siap nih" ucap Ratih.

Masjid yang tidak terletak jauh dari pondok yang hanya sekitar 5 meteran saja.

Mereka berdua pun sampai di masjid dan diwaktu yang bersamaan sholat pun segera di laksanakan.

Setelah selesai sholat hanya tersisa Ratih dan Fitria ditambah satu orang lelaki misterius.

Mereka bertiga keluar secara bersamaan dengan pintu yang hanya dibatasi dengan hijab. Ekor mata  Ratih melihat seorang pria berjubah putih, Ratih melihatnya dengan samar samar karna dia tidak berani memalingkan pandangannya dan dia hanya melihat bagian kaki dan jubahnya.

"Ini yang orang tadi atau bukan yah? Atau hanya firasatku saja" Ucap Ratih dalam hati sambil melamun.

Pria berjubah itu pun mengambil sendalnya yang tersusun rapih di depan pintu. Lalu pergi ke arah yang sama dengan jalur yang Ratih lewati saat pergi ke masjid.

"Rat, ratih ayo kok malah diam" panggil fitria kepada Ratih yang hanya melihat Ratih melamun dan terdiam.

"Eh iya fit maaf maaf tadi aku kaya kelupaan gitu" jawab Ratih dengan alasannya.

"Kelupaan apasih?" Tanya fitria.

"Nggak kok nggak udah yuk kita kembali" ucap Ratih.

Mereka berdua pun berjalan menuju pondok, disaat itu Ratih yang berjalan tepat di belakang pria itu.

Ratih yang tidak sempat melihat wajah pria itu dan dia hanya melihatnya dari arah belakang.
"Ini kaya pria berpeci yang tadi ketemu aku" ucapnya dalam hati.

"Tapi aku juga masih kurang yakin sih soalnya waktu dia ngebantuin beresin buluku, aku gak berani lihat wajahnya" pikir Ratih.

Hanya keheningan yang mengiringi langkah mereka.

Dengan penuh rasa penasaran yang menghantui pikiran Ratih. Ia masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri
(Apakah pria itu adalah pria berpeci yang ditemuinya saat jalan pulang?)

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary For SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang