Pagi datang menerpa wajah seorang pria tampan di sana. Ia menggeliat tak nyaman karena terik matahari yang menembus jendela kamarnya.
"Eungh.." Lenguhan indah itu begitu saja keluar dari balik bibir manis nya, ia segera membuka matanya dan pergi dengan gontai ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan bersiap pergi ke sekolah.
Tidak butuh waktu lama untuknya bersiap, ia kini sudah tampil rapih dengan seragamnya. Ia pun bergegas mengambil tas nya dan pergi ke lantai dasar untuk makan bersama saudara-saudara nya.
"Pagi Kak, pagi Sung.." Sapa nya dengan lembut yang menerpa indra pendengaran Kakak dan Kembaran nya itu.
"Pagi Lix. Duduk. Kakak udah masak." Felix namanya. Minho -Kakak Felix- yang menyapa Felix pun tadi menyuruh Felix duduk di samping Jisung -Kembaran Felix-.
"Kak. Mama sama Papa kapan pulang?" Pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari celah mulut Jisung berhasil membuat Minho tersedak oleh makanan nya. Felix dengan cepat menyodorkan air minum yang berada di dekatnya dan diterimanya oleh Minho yang langsung di teguk hingga kandas. Minho dengan cepat menjawab pertanyaan Jisung dengan tenang.
"Tahun depan. Katanya masih ada yang harus di urus." Jisung pun lantas mengangguk dan kembali melanjutkan sarapannya itu. Tanpa mereka ketahui sejak tadi ada Felix yang menunduk dalam memegang sendok dan garpu nya sekuat tenaga sambil menahan rasa iri karena Minho dan Jisung sangat lah dekat.
—
"Jisung tidak ada yang tertinggal? Buku, alat tulis, baju ganti kalau ada latihan, dan yang lain?" Minho melemparkan banyak pertanyaan kepada Jisung, Jisung sendiri menggelengkan kepalanya dengan lucu membuat rambut pendek nya bergerak kesamping kanan-kiri.
"Kalau gitu ayyo jalan." Ucapan terakhir Minho sebelum akhirnya mereka masuk kedalam mobil untuk pergi ke sekolah.
Ditengah perjalanan hanya ada suara Minho dan Jisung, Felix memilih diam dan asik pada dunia nya sendiri. Jika boleh di jujur Felix sangat iri atas perhatian Minho tadi. Pikiran nya berkecamuk dan membuatnya kusut sendiri di dalam otaknya.
'Kak Minho gak sayang Felix?'
'Kok cuman Jisung yang di tanya?'
'Tapi.. Kak Minho berhak buat perhatiin Jisung karena Jisung kan perlu penjagaan ketat.'
'Kata Mamah dulu Kak Minho itu mau punya satu adik biar gak kesepian.. Tapi kok Felix ikutan lahir sih?'
'Mamah.. Felix kangen, Felix mau dipeluk Mamah waktu Kak Minho sibuk sama Jisung..'
'Felix boleh egois gak sih? Tapi gak boleh.. Tapi Felix mau diperhatiin meski hal kecil sedikitpun..'
Kira-kira begitu lah isi otak Felix. Semuanya berkecamuk menjadi satu membuat Felix melamun sepanjang perjalanan ke sekolah. Tak ada yang tau bahwa sedari tadi Felix melamun sampai mobil diberhentikan di depan gerbang sekolahan.
"Woy! Turun anjing, udah sampe sat." Teriakan Jisung membuat lamunan Felix buyar. Felix pun segera turun dari mobil dan melihat bagaimana interaksi Kakak nya bersama Jisung. Felix jelas melihat bagaimana Minho memberikan inhaler milik Jisung karena Minho sangat hafal bahwa Jisung sangat tidak mau membawa inhaler ke sekolah.
Tidak selang lama mobil milik Minho pun berputar arah dan pergi melaju menuju kampusnya. Jisung pun datang menghampiri Felix dan memberikan inhaler nya kepada Felix. Felix hanya bisa tersenyum miris mengingat bagaimana penuh nya tas milik nya dengan inhaler milik Jisung.
—
Jisung dan Felix kini berada di kelas, jika ditanya mereka sebangku atau tidak jawabannya mereka sebangku karena permintaan Minho sendiri. Felix menaruh tas nya di bangku miliknya dan Jisung lalu pergi ke luar kelas untuk menghampiri kelas adik kelas nya.
Tap
Tap
TapDuk duk duk !
"MASUK !" Teriakan salah satu siswa mengizinkan Felix masuk. Saat Felix masuk kedalam kelas adik kelas nya banyak sekali teriakan yang memuji Felix karena dia adik dari Minho dan Jisung. Ya bisa dibilang Felix ini cukup famous karena Minho dan Jisung.
Felix dengan cepat menghampiri Jeongin yang merupakan adik kelas nya itu. Jujur saja ia ingin segera pergi dari kelas itu. Semua pandangan dan teriakan pujian untuk nya membuat dirinya risih.
Brak ~
"Gua mau bolos. Jangan lupa bilang ke Jisung inhaler nya ada di tas gua paling depan yang kecil. Gua sengaja gak bawa tas biar Jisung mudah buat cari inhaler nya." Dengan cepat pula Felix pergi dari sana dan meninggalkan Jeongin dengan raut sendu nya. Jeongin sangat hafal bahwa Felix kurang kasih sayang dari Papah dan Kakak nya. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa Felix mendapatkan banyak kasih sayang dari sang Mamah.
"Sekuat apapun bahu lu Lix, lu bakal tetap kalah sama kenyataan, karena kenyataannya lu orang yang lemah." Ujar Jeongin dengan lirih.
—
Disini Felix berada. Duduk di tepian sungai Han yang mengalir dengan tenang. Felix sesekali menutup netra indahnya untuk merasakan hembusan sang angin yang menerpa wajah tampan nya itu membuat sang surai melambai-lambai.
"Hahh~" Kini satu hela nafas keluar dari celah bibir Felix. Lelah. Satu kata itu menggambarkan bagaimana keadaan Felix sekarang.
"Seandainya dulu Felix gak lahir Kak Minho pasti bakal lebih seneng. Tapi kata Mamah dulu Felix lahir itu anugrah dari Tuhan, tapi Tuhan kok jahat banget sama Felix?
Felix terdiam sejenak dan mengambil nafas panjang-panjang. Jujur ia sangat tidak kuat untuk saat ini. Ia pun kembali melanjutkan kalimatnya dengan air mata yang mengalir.
Tapi Felix gak boleh egois kan? Kak Jisung punya asma.. dan itu harus diperhatiin apa lagi Kak Jisung sering kambuh. Tuhan, kuatin Felix untuk kedepannya. Siap gak siap Felix harus siap untuk nerima yang lebih berat dari ini." Felix pun memilih untuk sedikit menjauh dari sungai dan duduk di kursi yang tersedia di sana hingga waktu pulang sekolah mendatang.
—
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Aku Juga Adikmu
General Fiction"Kak. Aku juga adik mu. Tapi kenapa aku selalu di abaikan?" "Lix maafin Kakak karena Kakak gak becus jaga kamu." "Kak Minho sabar ya.. Kita ada buat Kak Minho kok.." Note: Non Baku Mengandung kekerasan, kalimat kotor. Harap bijak dalam memilih bacaa...