Terkadang ada amarah yang membludak di dalam diri. Marah itu lumrah, tetapi marah-marah (berulang, intens) karena hal-hal yang mungkin tampaknya bisa dengan baik-baik saja, itu yang musti diberi perhatian berbeda.
"Perhatian bagaimana?"
Kita perlu mempelajarinya. Kapan saja itu terjadi, apa saja sebabnya dan lain sebagainya. Lalu beri perlakuan untuk menghadapinya. Bagi sebagian orang, amarah yang membludak (berlebihan) itu juga menandakan bahwa ada bagian dirinya yang terluka. Bagian diri yang merasa sedih, kesepian dan ingin diperhatikan.Ada pengalaman di masa lalu yang belum sempat diselesaikan. Karena diri harus terus tumbuh (fisik) sedangkan keadaan emosional masih ada yang belum selesai dihadapi dan tidak mendapat pengetahuan bagaimana caranya, maka tertahanlah kebutuhan tersebut hingga dewasa.
Sejenak mungkin kita merasa bahwa hal itu telah selesai, tetapi coba perhatikan ketika sedang menghadapi suatu keadaan emosional negatif, misal: marah dan sedih. Jika cenderung berlebihan, meledak-ledak dan berlama-lama. Maka ini berarti emosional yang kita rasakan saat kecil (di masa lalu) tadi belum selesai dan hanya tertahan.
(Ingatlah bahwa marah, sedih adalah wajar. Itu bagian dari manusia tetapi jika berlebihan? Segera sadari dan cari bantuan).
Tidak ada yang mutlak salah dan benar. Mengapa? karena baik kita dan orang-orang di masa lalu kita pun tidak tahu dan tidak diajarkan bagaimana menghadapi masalah dengan segala emosionalnya.
"Lalu kita harus bagaimana?"
Jika sudah sangat serius, merusak dan mengganggu segala aspek kehidupan. Maka sadarilah. Bangun kesadaran bahwa:"Oke saya yang harus bergerak berubah"
Karena hanya diri sendiri yang bisa kita kendalikan. Orang lain tidak bisa. Lepaskan saja. Kembali ke diri sendiri.Kita bisa mencari informasi dari berbagai sumber untuk mencari tau bagaimana menghadapi segala emosional yang berlebihan tanpa menyalahkan siapapun. Terapkan dengan konsisten, serius, berulang-ulang hingga mampu merubah nilai keyakinan keliru dari masa lalu (misalnya : nilai keyakinan seperti marah itu ditahan ya, sedih itu simpan sendiri aja dll yang sifatnya menahan bukan dikelola, dimana emosional ditekan kedalam bukan disalurkan).
"Tapi saya sudah disalurkan kok, saya marah dengan orang yang memang membuat saya marah"
Oke.. namun apakah kita menjadi tenang dan plong?mungkin ia tapi hanya dipermukaan."Mengapa?"
Karena kita bukan menghadapi dengan tepat tetapi melampiaskan (amarah dan dendam) yang akibatnya justru melukai orang lain, artinya apa?mengakibatkan masalah baru lagi, auto kita juga kena masalah lagi nantinya.Jika kita mau memperhatikan, amarah kita bukan semata-mata karena masalah saat ini saja tapi akumulasi dari sebelumnya yang kita tahan. Itulah mengapa kita butuh cara untuk menghadapinya bukan sekedar melampiaskan "yang penting gue plong" lalu besok-besok keulang lagi.
"Tapi bukannya menahan amarah itu baik?"
Baik jika memang setelah itu kita paham bagaimana merelease-nya tanpa menyakiti siapapun. Tapi jika hanya ditahan tanpa dikelola, maka itu akan menjadi menumpuk. Kalau sudah full, tumpukan emosi itu lama kelamaan akan minta keluar satu persatu bahkan mungkin rebutan. "Saya dulu, saya dulu" 🤭Kita yang belum ada kemampuan mengelola akan kesulitan, maka ketika ada yang membuat kita marah, jadilah kita meledak-ledak. Ada yang membuat sedih jadilah berlama-lama. Itu karena emosi-emosi yang tertahan juga ikut hadir nimbrung 🤭
"Ya terus harus bagaimana?daritadi ngomong aja"
Hehee..sabar teman-teman. Memberi pemahanan soal keadaan psikologis diri sendiri itu kadang tidak bisa hanya dengan sekali baca. Butuh pengulangan dan banyak informasi supaya akhirnya diri ini mengerti bahwa:✓ "Oh ia, saya yang harus berubah ya, bukan mereka"
✓ "Oh ia, itu emosi dari masa lalu saya, mengapa saya lampiaskan kepada mereka yang tidak tau apa-apa"
✓ "Wah ternyata selama ini saya belum tepat merelease nya"
✓ Dll.Selain itu, kita butuh berproses untuk benar-benar hati-hati merelease segala emosional tadi. Karena ini tertumpuk bertahun-tahun maka lepaskan harapan untuk lekas berhasil, hindari berpatokan pada proses orang lain. Karena akan berbeda. Jadi lagi-lagi, mari fokus ke perjalanan proses diri sendiri. Orang lain jadikan sebagai motivasi untuk lebih bersemangat mengahadapinya.
Nah, jika sudah timbul kesadaran seperti poin-poin di atas, maka lakukan upaya nyata untuk menghadapi masalah dan emosionalnya baik yang dari masa lalu maupun saat ini. Dengan sendirinya kita akan mencari bantuan jika tidak bisa mandiri, mencari pertolongan orang yang lebih mengerti (psikolog, psikiater, terapis psikologis, pemuka agama dll yang nantinya akan kita temukan sendiri jawabannya siapa yang kita butuhkan).
Ingatlah selalu, untuk tetap rendahkan hati saat belajar mencari informasi apapun itu. Hindari terlalu membanggakan diri. Karena kita semua sama, sama-sama masih dan akan terus belajar. Sama-sama perlu mengendalikan diri sendiri bukan orang lain, sama-sama ingin lebih semakin mendekatkan diri kepada Allah pada akhirnya. Maka tetaplah fokus kepada perjalanan diri sendiri juga.
Selamat berproses lagi semuanya. Kamu juga ya, Aku..🙏🙇🏻♀️😉🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN CERITA
RandomKetika terasa berat dan penat oleh kehidupan, tidak ada salahnya untuk berbagi namun tetap dekatkan diri dengan Tuhan. Jangan takut akan pendapat orang lain yang tidak membangun karena hidup kita adalah tanggung jawab kita. Jika diperlukan memang le...