〄034| Menemukanmu

308 73 10
                                    

Inikah akhir cerita cinta,
Yang s'lalu aku banggakan di depan mereka,
Entah di mana ku sembunyikan rasa malu,
Kini harus aku lewati, sepi hariku tanpa dirimu lagi,
Biarkan kini ku berdiri, melawan waktu 'tuk melupakanmu,
Walau pedih hati, namun aku bertahan.

Fenly sudah selesai memetik senar gitarnya dan berhenti menyanyikan sebuah lagu sendu itu. Lagu itu benar-benar mewakilkan perasaannya saat ini. Di kamar ini, ditemani dengan cokelat kesukaannya, Fenly masih saja bergulat dengan pikirannya yang kacau. Tidak menyangka, yang ia takutkan benar terjadi dan nyata. Fiki menyukai Macaronia. Terdengar menyakitkan saat temannya sendiri menyukai mantan kekasihnya itu.

"Gue bilang juga apa, lo nggak bisa lupain Oni, Fen."

Zweitson masuk ke kamar dan melepas kacamatanya, ia sedikit lelah karena seharian tadi latihan dilanjut dengan membuat konten di luar rumah. Fenly meletakkan gitarnya di samping kasurnya.

"Bukan nggak bisa, Son, belum bisa," elak Fenly setelah itu meregangkan tubuhnya, Zweitson hanya tertawa mengejek.

"Ngeles terus, situ bajaj apa?"

Raut muka Fenly sudah menampakkan kesedihan kembali. Tak bisa dipungkiri bahwa ia masih ingin sekali melindungi seorang yang masih ada di hatinya, Macaronia. Menyebut namanya dalam hati saja sudah membuat Fenly semakin merindukan perempuan itu.

Roommate Fenly itu menepuk pundaknya. "Kalo masih peduli, do'ain dari jauh, Fen."

"Maksud lo gue nggak akan bisa sama Oni lagi, gitu?" tanya Fenly lirih, Zweitson hanya memejamkan matanya cukup lama, topik ini adalah topik paling sensitif di derajat manusia. Perbedaan di antara keduanya memang sangatlah mencolok, semua orang yang mengalaminya dan berada di posisi Fenly dan Macaronia juga pasti merasakan hal yang sama.

"Kenyataannya gimana, Fen? Kalian nggak bisa sama-sama lagi kan sekarang?"

Kalimat yang diucapkan dari mulut Zweitson sukses membuat air mata yang sudah Fenly tahan dari tadi jatuh juga, perasaannya saat ini sudah bercampur aduk antara sedih dan kecewa. Ia juga sudah berucap, bahkan di depan ketujuh temannya bahwa ia sudah merelakan dan mau melepas Macaronia untuk yang lain, terutama untuk Fiki.

Tapi, semudah itukah ucapan merelakan dan melepaskan? Tentu dalam ucapan sangat mudah, tapi perilaku dan sikap sangat sulit dilakukan. Di dalam lubuk hatinya masih merasa memiliki dan ingin menjaga Macaronia sangat erat.

Fenly sudah beranjak dari kasurnya dan keluar kamar. Ia pergi keluar dorm dan ingin mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya saat ini. Di saat keluar menuju pintu rumah, Fenly berpapasan dengan Fiki yang baru saja dari luar—wajahnya terlihat tidak bahagia saat ini.

"Lo kenapa, Fik?" tanya Fenly yang hanya dijawab kedikan bahu lalu Fiki sudah beranjak ke kamarnya dengan muka tidak enak.

Apa Fenly salah berucap? Muka Fiki tadi sudah memperlihatkan ekspresi tidak senang, seperti kalah perlombaan audisi menyanyi. Tidak acuh, Fenly kembali melanjutkan perjalanannya dan berjalan kaki menuju tempat yang biasa ia datangi, taman dekat dorm. Pikirannya masih terus mengingat ekspresi kecewa Fiki tadi, apa yang baru saja Fiki lihat sehingga memasang wajah seperti tadi?

Sampai di taman, Fenly menikmati kesendiriannya di bangku ini. Ditemani cuitan burung yang berbondong-bondong terbang di langit biru ini, Fenly sekali lagi mengingat kenangannya bersama Macaronia di tempat penuh debu itu. Perpustakaan umum adalah tempat perdananya saat bertemu gadis itu. Wajahnya yang manis, otak yang pintar, dan dua hal lagi yang membuat Fenly tertarik. Perempuan itu gemar membaca buku dan rapi dalam segala hal. Bukankah rasanya Fenly seperti sedang bercermin?

Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang