Suna x Kita

5.8K 321 308
                                    

Aduh, gimana ya? Siapin hati aja deh sebelum baca chapter ini.
Biar lega,

Sini list dulu siapa yang mau gelud sama author.

Harap jangan bawa esmosi banyak-banyak untuk chapter ini :)
Chapter ini didedikasikan untuk NanaseKim Okita_n127

------------------------------------------------------

Suasana yang sedikit mencekam itu membuat Kita gugup. Telapak tangannya bahkan sudah basah oleh keringat. Tatapan dingin itu ia dapatkan dari seberang sana. Kita bahkan kesusahan hanya untuk menelan ludahnya saja.

Sumpah! Dia baru pertama kali bilang suka pada seseorang!

Tak ada respon apapun dari seberang. Hanya memberikan tatapan dingin lalu mengalihkan wajah tak ingin menatapnya.

"Suna.." panggilnya lembut.

Yang dipanggil menghela nafas kasar lalu menatap tajam kearah Kita. Tak ada ekspresi menyebalkan yang biasa ia tunjukkan. Tak ada seringai yang biasa ia pamerkan. Dan ucapan menyakitkan itu, keluar begitu saja dari mulutnya.

"Kau pikir kau pantas untukku? Dasar jalang."

.

Pandangan Kita masih kosong semenjak kemarin. Gara-gara insiden dengan tema menyatakan perasaan yang berujung penghinaan itu. Pikirannya terus tertuju pada kejadian itu. Ia jadi tidak fokus pada banyak hal.

'Jalang, ya?'

Kalau ditanya, apa Kita marah? Apa Kita tidak ingin balas dendam? Apa Kita menangis dan membentak Suna? Apa Kita tidak merasa terhina dipanggil dengan sebutan rendahan seperti itu? Jawabannya, tidak.

Kita hanya mampu menghela nafas pelan. Ya, mau bagaimana lagi. Itu kan kenyataan.

.

Derap langkah kaki itu tergantikan dengan suara bising akibat musik yang berdentum keras. Langkah kecilnya sedikit dipercepat menuju kearah bartender yang sibuk mengelap gelas-gelas. Dengan sedikit kekuatan, Kita mendobrak meja bar itu walau suaranya masih kalah saing dengan alunan musik.

"PAK MENEJER-! Saya 'kan sudah mengundurkan diri. Kenapa saya masih dipanggil untuk job-!?" ujar Kita dengan suara yang keras sambil sesekali mengatur nafasnya.

Yang dipanggil menoleh ke arah yang bersangkutan.

"Ah Kita. Jangan marah seperti itu~ Yang ini terakhir kok, janji~"

Kita tidak habis pikir dengan bosnya satu ini. Jelas-jelas ia sudah mengundurkan diri kemarin. Bahkan, yang bersangkutan juga sudah menyetujuinya. Namun sekarang kenapa ia masih dipanggil untuk melakukan hal zina itu lagi.

"Ayolah Kita~ Ini pelanggan setia, kita tidak boleh menolaknya. Dia sudah membayar mahal loh~ nanti aku naikkan bagianmu ya~" ucap pak menejer dengan gemayu. "Dia di tempat biasa. Meja VIP nomor 5. Aku tau kau tidak akan mengecewakanku~"

Setelahnya, pak menejer pergi dari hadapan Kita. Kita masih tidak percaya ini. Ini tidak adil. Apa salah kalau ia bekerja mencari uang untuk membiayai sekolah? Seorang anak yang tidak punya orang tua dan hanya tinggal dengan neneknya, tidak pantas mendapat keadilan?

Kita menghapus air mata yang tiba-tiba saja jatuh di pipi mulusnya. Andai saja, andai saja ia tidak terlilit hutang. Kita berusaha menenangkan diri. Lalu berjalan kearah tujuannya. Ya. Ke meja VIP itu.

Haikyuu FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang