Tiga🌻

121 91 43
                                    

Happy reading all...

🌻🌻🌻

"Yeay, udah nyampe-udah nyampe." Girang Vasha.

Membuka tasnya, Vasha mencari alamat yang diberikan oleh Bapaknya.

"Hm, di mana yah ini?" gumamnya sendiri, memutuskan berjalan sebentar untuk mencari tukang ojek.

Terpekik senang, Vasha langsung berlari ke arah para tukang ojek sedang berkumpul.

"Bang!" Vasha entah memanggil siapa.

"Iya Neng, mau ojek?" jawab salah satu dari mereka.

"Iya Bang."

"Yaudah ayo, sama abang aja." Ajak tukang ojek tersebut.

"Tapi Abang tau gak alamat ini? Saya itu mau ke sini bang," tanya Vasha menyodorkan selembar kertas yang berisikan alamat.

"Ohh, saya tau alamat ini neng, dia mah gak tau, biar Eneng sama saya aja. Gimana?" Terobos seseorang yang tadi ikut melihat alamat tersebut.

"Iya Neng, saya gak tau alamat ini, temen saya nih yang tau," ucap tukang ojek pertama.

"Yang bener Nang?"

"Bener Neng, ayo dah kita langsung cus." Ajak tukang ojek kedua menyerahkan helm berwarna hitam abu-abu itu.

Vasha lantas langsung memakai helm itu, lalu menaiki motor tersebut.

"Udah Neng?"

"Udah Bang, ayo jalan!" Mengepalkan tangan, meninju udara di atasnya dengan riang.

🌻🌻🌻

"Dah, dah nyampe Neng," ucap tukang ojek memberi tahu.

"Ini Bang?" tanya Vasha menunjuk bangunan yang ada di depannya ragu yang dibalas anggukan mantap oleh lawan bicaranya.

Bagaimana tidak ragu, bangunannya itu bukan seperti kos-kosan yang pernah dia lihat. Dengan 3 lantai, gerbang yang besar, dan lagi, di tempat parkirnya lumayan banyak mobil-mobil yang berjejer rapih.

Mencocokkan sekali lagi, hasilnya masih sama. Benar ini alamatnya.
Tapi, kenapa Bapaknya malah menyuruhnya untuk tinggal di tempat seluas ini?

"Neng, Neng." Menggoyangkan tangannya di depan wajah Vasha, tukang ojek itu bermaksud menyadarkan Vasha dari lamunannya.

"Eeh, iya Bang. Hehe saya malah bengong bukannya bayar Abang," kekehnya menyerahkan uang satu lembar 10 ribunya.

"Makasih Meng." Lalu tukang ojek itu meninggalkan pekarangan kosan, dan meninggalkan Vasha yang kembali terbengong melihat bangunan yang bisa dibilang cukup bagus itu.

"Hei." Seseorang menepuk pundak Vasha pelan, mengagetkan Vasha yang masih dalam mode bengongnya.

"Ah, iya Pak, maaf saya malah ngelamun, mana di tengah jalan lagi." Vasha canggung, menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Tersenyum, seorang lelaki paruh baya itu -pemilik kosan- malah menepuk-nepuk puncak kepala Vasha.

"Kamu pasti Vasha?" tanyanya.

"Kok- kok Bapak tau sih?" tanya Vasha heran.

"Ayo-ayo duduk dulu, OMA OMA!" Tiba-tiba berteriak, mengagetkan Vasha yang langsung terlonjak hampir terjungkal ke belakang.

Tak lama kemudian, seorang wanita yang mungkin seumuran dengan bapak tadi pun keluar dengan hanya menggunakan dasternya.

"Apa sih mas!??" teriak wanita tadi pas di depan muka sang bapak.

Excessive FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang