Thirty five

79 13 13
                                    

_______________
Hai, bagaimana kabarmu?
Pagi ini, aku akan berangkat
ke Paris. Maafkan aku,
karena tidak bisa berpamitan
secara langsung denganmu.
Semoga kita bisa bertemu lagi.
Berjanjilah, kau harus selalu
bahagia.
Mungkin aku terlalu percaya diri, tapi kuminta jangan berpikir untuk menyusulku ke Bandara. Karena Lima menit lagi maskapai penerbanganku akan segera berangkat. Salam hangat dariku. Jaga dirimu.
-Leon
________________

Pagi-pagi benar, pesan itu terkirim ke dua nomor sekaligus. Heejin dan Juni. Kedua pesan itu seharusnya sudah terbaca pagi ini.

"Leon!?" Juni kelepasan menyebut nama lelaki itu saat ia melihat notifikasi pesan darinya.

"Ada apa?" tanya Rey yang baru saja membuka jendela kamar mereka.

"Rey... Leon akan pergi pagi ini. Bolehkan aku..." Gugup. Wanita itu bersikukuh untuk tetap mengunjungi Leon yang akan segera berangkat.

"Boleh, kau boleh menemuinya."

Rey berbesar hati ingin mengantar Juni untuk menemui Leon. Namun hal itu ditolak oleh Juni karena menyadari ketidakmungkinan yang amat besar. Bagaimana bisa ia bertemu Leon tepat waktu dengan jarak 48 kilo meter hanya dalam waktu 5 menit? Mustahil.

"Tidak," ucap Juni lemas. Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya. Leon benar-benar tidak ingin menemuinya lagi.

"Kenapa?" Rey mendekati Juni dan duduk tepat disisinya.

"Aku akan ikut denganmu ke tempat kerja hari ini." Senyum paksa tergambar jelas di wajah Juni. Sebagai seorang suami yang sudah cukup mengenal istrinya, Rey diam dan mengikuti apa yang diinginkan oleh Juni di situasinya seperti ini.
.

Dalam perjalanan menuju ke tempat kerja, Rey terus menggenggam tangan Juni dan membiarkan tangan kirinya mengendalikan kemudinya. Namun ada sesuatu yang cukup aneh saat dalam perjalanan. Mobil mereka tampaknya tak bersahabat. Seharusnya tidak ada masalah dengan  mobilnya. Semua sudah di cek sebelum ia berangkat.

Merasa mobilnya membandel, Rey  memilih untuk menepi dan mengecek mesinnya.
"Sebentar, aku coba cek dulu."

"Aku ikut." Juni juga ingin menemani Rey untuk melihat keadaan mesin mobil mereka. Namun saat hendak melepaskan belt, Rey menahannya.

"Aku saja yang membukanya," ucapnya sambil mendekatkan wajah dengan senyuman terbaiknya. Ia juga meminta istrinya untuk tetap diam dan membiarkan dirinya yang membukakan pintu padanya.
Perlakuan Rey sangat manis, meski demikian Juni merasa bahwa suami yang dicintainya itu hanya sedang berusaha menjaga hatinya dari Leon.

Belum sempat ia membuka pintu mobil untuk Juni, tiba-tiba saja hantaman keras oleh mobil yang ugal-ugalan membuat Rey tersungkur. Sontak Juni terkejut. Ia menutup kedua telinganya lalu berteriak histeris sejadi-jadinya. Seketika ia merasa lemas, namun demikian ia tetap keluar dari mobil dan menghampiri Rey yang tergeletak.

"Ya Tuhan, ini kedua kalinya aku melihat Rey menderita kesakitan. Aku pernah menabraknya seperti ini juga. Sekarang, aku melihatnya lagi," Batin Juni dengan tubuh yang gemetaran.

Juni menangis dan sangat panik. Ia pun berteriak untuk meminta bantuan. Beberapa orang pun datang membantu.

"Juni, aku tidak apa-apa. Jangan panik seperti itu."

I'm sorry [Complete ✓️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang