Lima

5.1K 283 37
                                    

Wellcome to my story

Jangan lupa follow, vote dan comen ya....

Happy reading

***

Sudah 1 minggu sejak kejadian malam itu, Abiyan tidak pernah mengusiku atau pun Adelia. Sedikit lega tapi tetap saja ada ketakutan dalam diriku.
Aku takut jika Dia mengambil anaku.

Adelia sudah tidak aku titipkan kepada Nenek Ratu, karna usianya yang sudah senja Aku khawatir dia kecapean menghadapi Adelia yang sangat aktif.

Jadi aku putuskan untuk menitipkannya ketempat penitipan anak yang tak jauh dari tempatku kerja dan soal sekolahnya mau tidak mau aku harus memberhentikannya.

Awalnya Adel sempat menolak, tapi setelahku bujuk dia akhirnya mengerti juga keadaan kami. Aku tidak bisa menghidupi anakku dengan uang haram, dulu mungkin aku menghidupinya dengan uang itu, tapi sekarang tidak lagi.

Apa pun akan aku lakukan untuk menghidupi Adel, tapi tidak dengan kembali pada dunia malam.

***
Hari ini aku akan mengantarkan Adel ketempat penitipan anak, letaknya tak jauh dari tempatku bekerja sekitar 100 meter dari Mall.

"Adel bunda kerja dulu, Adel jangan nakal ya nanti bunda kembali saat jam makan siang, bunda pergi dulu sayang,"ucapku  sebelum meninggalkannya.

"Bunda hati-hati, Adel sayang sama bunda." Adel mengucapakannya sambil memeluku erat.

Aku melepaskan pelukan, lalu mengecup keningnya sebelum pergi.

Sekarang awal bulan jadi sekarang waktunya perputaran tempat kerja, dan hari ini sangat sial. Aku harus membersihka lantai atas selama 1 bulan, dan kalian tau dilantai atas adalah ruangan Direktur siapa lagi kalo bukan Abiyan Geraldy, pria yang sangat aku hindari.

Disinilah Aku berada, diruangan yang luas dengan meja kerja yang ditumpuki map-map berkar dan masih banyak map berkas juga yang tergeletak dikotak sampah.

Aku memulai dengan menyedot debu menggunakan mesin otomatis, lalu aku pel setiap sudut ruangan. Sekarang aku beralih kemeja dimana berkas berkas berserakan, aku menata satu bersatu memastikan tidak ada kertas yang terjatuh.

Lalu mengelap meja hingga kegiatanku terhenti dengan papan nama dimeja ini ABIYAN GERALDY menyebut namanya saja jantungku berdegup dengan kencang, sama seperti dulu.

Aku menggelengkan kepalaku, mencoba membuyarkan kenangan yang tiba tiba muncul, mencoba untuk fokus bekerja. Karna aku disini bukan lagi sebagai kekasihnya tapi hanya kariyawan.

Aku mengelap meja sekali lagi memastiakan tidak adanya debu yang tersisa hingga tanganku tak sengaja menyenggol map yang ada dimeja hingga tabur berserakan.

Aku menatanya kembali sambil merutuki kecerobohanku, hingga mataku terfokus pada undangan berwarna silver yang ada ditanganku.
ABIYAN DAN TERSYA hanya itu yang dapatku baca hingga sebuah tangan menarik undangan itu dengan cepat.

Aku mendongak dan lihatlah wajahnya sudah merah pias menahan amarah, aku perlahan berdiri dan menunduk.

"Dasar jalang, apakah selain tidak ada harga diri kau juga tidak ada rasa malu?!"bentaknya.

"Pergilah, jalang sepertimu tidak pantas berada diruangan ini, apa lagi menyentuh barang milikku."usirnya

Tanpa melontarkan kata maaf aku segera pergi, bahakn aku bersyukur bisa keluar dari ruangan ini.

Aku sudah sampai didekat pintu hingga teriakannya membuatku berbalik arah.

"Memohonlah seperti dulu Azelia, memohon dan berlututlah didepanku seperti yang dulu kau lakukan ketika aku marah!"teriaknya

Aku berbalik badan dan perlahan mendekatinya, setelah ada dihadapannya aku berkata,"Azelia yang kau maksud sudah tidak ada, Dia sudah mati dengan anak dalam kandungannya."ucapku dingin.

"Kau salah Azelia dan anakku masih hidup, anakku sudah tumbuh besar. Adelia adalah anakku darah dagingku Azelia!"makinya.

"Hahaha... ANAK?! Anak apa yang kamu maksud, anak yang dulu kehadirannya tidak kamu inginkan? Anak yang dihasilkan dari taruhan sialanmu itu?

ANAK ITU SUDAH MATI ABIYAN, MATI TEPAT DISAAT KAMU MEMINTAKU MENGGUGURKANNYA!"

"AKU AYAHNYA JIKA KAU LUPA!" Teriak Abiyan.

"Ayah? Kamu bahkan sudah kehilangan hak itu Abiyan, Ayah macam apa yang tidak memberikan kesempatan hidup kepada anaknya, bahkan sebelum anak itu melihat dunia!"ucapku dengan air mata mengalir deras.

Aku keluar dari ruangan itu, dengan air mata yang mengalir deras. Aku sudah mencoba berdamai dengan masa lalu, tapi kenapa dia harus kembali harus hadir dihidupku dan Adelia.

Bahkan kami sudah bahagia tanpanya, hampir lima tahun aku membesarkan Adelia sendiri tanpa campur tangannya.

Tuhan kenapa enggak mempertemukanku dengannya disaat aku dan anaku sudah bahagia.

***

Gimana seru gak part ini?

Oh iya sebelumnya author minta maaf lama Up Date nya, sorry banget.

AzeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang