Lets Pretend

1.1K 166 18
                                    

Ahn Hyo Seop sudah tidak bisa lagi untuk tidak peduli pada gadis berambut bob yang duduk di sebelahnya. Gadis itu memang tidak berisik apalagi gak bisa diam. Namun suara helaan napasnya itu mengganggu sekali. Mending kalau napas normal. Masalahnya, gadis itu terus menghela napas kasar. Seperti banyak pikiran.

Dengan kesal, Hyo Seop menutup majalahnya dan meletakkannya di atas meja kaca di hadapannya. Percuma, ia sudah tidak bisa fokus.

"Kenapa sih Lis? Kayak lagi mikirin urusan negara aja sih?"

Yang ditanya malah cuma menoleh sebentar sebelum kembali menghela napas panjang. Membikin Hyo Seop kesal. Baru saja ia mau kembali bicara, Lisa sudah keburu memotong.

"Kak, pura-pura jadi pacar aku yah," lirihnya, lengkap dengan mata membulat seperti anak kucing dan bibir mengerucut menggemaskan.

Kalau tidak ingat Lisa adalah sahabat eh ... Lisa itu siapa sih sebenarnya? Dibilang sahabat, mereka tidak benar-benar tahu cerita pribadi masing-masing. Dibilang cuma anak tetangga, Lisa sering sekali dititip ke rumahnya yang terkadang membuat Hyo Seop jadi merasa punya adik angkat. Namun dibilang adikpun, Hyo Seop dan Lisa tidak pernah bersikap layaknya adik kakak yang sebenarnya. Jadi Lisa tuh siapa? Kenalan yang kebetulan sering ada di rumahnya?

"Kak ih!" rajuk Lisa lagi. Kali ini disertai dengan goyangan pada lengannya. "Pura-pura jadi pacar Lisa yaaaa," rengeknya menggemaskan.

Hyo Seop menoyor kepala Lisa yang membuat Lisa semakin cemberut. "Gila lo ya! Hanbin mau dikemanain? Siapa yang beberapa bulan lalu malu-malu tapi senang karena ditembak Hanbin?"

Lisa membuang muka lalu menunduk sambil meremat tangannya. Berusaha sekuatnya untuk tidak menangis. Namun ternyata sulit untuk ditahan. Bagaimanapun, Hanbin pacar pertamanya. Jadi meskipun awalmya dia menerima walau tidak yakin dengan hatinya, saat Hanbin tidak ada rasanya tetap saja seperti ada yang mengganjal dan menyesakkan. Lisa sampai berpikir kalau ia jadi punya penyakit asma.

"Loh kok nangis sih?" Hyo Seop terkejut melihat mata Lisa yang sudah memerah, ditambah dengan air mata yang sudah deras. Sekarang bahkan ditambah sesenggukan. "Jangan nangis dong. Ceritain dulu. Kalau Kakak bisa bantu, pasti dibantu kok. Ya?" ujar Hyo Seop tidak terlalu yakin. Namun satu hal yang ia tahu, orang tuanya bisa mengamuk kalau menemukan Lisa menangis.

Kadang Hyo Seop ingin curiga, apa sebenarnya Lisa tuh anak kandung mereka? Kenapa ia malah lebih sering dimarahi kalau Lisa kenapa-kenapa.

"Bener ya," lirih Lisa dengan hidung yang juga sudah mulai memerah.

Sekarang Hyo Seop ingat. Kenapa ia semakin jarang menghabiskan waktu bersama Lisa kalau tidak dipaksa orang tuanya. Karena jantungnya sama sekali tidak bisa diajak kompromi jika melihat Lisa dengan segudang keimutannya.

Dengan cepat Hyo Seop menggeleng. Menyadarkannya untuk tidak salah fokus. "Iya. Tapi ceritakan dulu kenapa."

Lisa bercerita sambil sesekali mencebikkan bibirnya yang menggoda iman Hyo Seop. Duh nih anak SHS kok bisa seimut ini sih, batinnya kesal.

Jadi menurut cerita Lisa, Hanbin dan Lisa cukup dekat karena Hanbin sering curhat ditolak oleh Dahyun yang sahabat Lisa. Waktu Hanbin 'nembak' pun, Lisa sebenarnya ingin coba-coba pacaran. Masa sudah kelas dua belas belum pernah pacaran. Namun selama beberapa bulan pacaran sama Hanbin, Lisa benar-benar senang karena Lisa bisa merasakan pengalaman berbeda.

Sebenarnya sih, cuma pengalaman biasa. Seperti jalan berdua, nonton di cinema, chatting kata-kata cheesy, dan terkadang belajar berdua. Namun tetap saja, untuk Lisa semuanya pengalaman pertama.

Jadi saat Hanbin meminta putus, Lisa kehilangan arah. Ditambah lagi ia mendengar Dahyun malah menerima Hanbin yang kembali menembaknya. Jadi bagaimana Lisa tidak berpikur kalau dirinya hanya dijadikan batu loncatan sama Hanbin untuk mendekati atau membuat Dahyun cemburu.

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang