Ten libur. Dia akan ada di rumah sepanjang akhir pekan ini. Hendery dan Yangyang akan sibuk bermain dengan teman-temannya.
Ten mempergunakan waktunya untuk membersihkan koleksi wig dan baju. Tidak lupa juga sepatu-sepatunya.
Ten mengeluarkan semuanya di ruang tamu. Beberapa perlu di jemur, jadi ia meletakkannya dia luar. Ten menggotong semuanya sendiri. Kebetulan si kembar pergi bermain dengan teman-temannya.
Ten memandangi tumpukkan kostum shownya sambip berkacak pinggang. Banyak juga. Sepertinya beberapa harus dia lelang atau jual murah.
Ten kembali ke ruangannya untuk membawa barang-barang yang harus ia bersihkan. Dia agak lama berada di sana karena barang-barangnya banyak. Ten harus memilahnya dulu.
Ten membawa sekotak perhiasan ke ruang tempatnya membersihkan kostum dan wig tadi. Tiba-tiba ia mendengar suara tangisan. Buru-buru Ten mendekat.
Hendery terlihat tertawa terbahak di depan seorang anak perempuan. Suaranya terisak kencang. Ten mendecak. Tentu saja ia akan mengomeli Hendery.
"Hendery, kamu..."
Ten tidak meneruskan kalimatnya. Matanya tertuju pada anak perempuan itu. Itu Yangyang. Putranya.
"Lucu kan, Paaaa?" Hendery semakin menertawai Yangyang. "Halo, Yiyang."
Yangyang menangis semakin kencang. Hendery tertawa menggelegar. Ten menggeleng menjewer pelan Hendery, tapi ia akui.
Yangyang memang cantik begitu.