01;

410 46 4
                                    

Aku Tak Tau apa yang Lain darimu Hari ini

Siang itu, sosok seorang gadis bermata bulat, dengan pipi gembul berjalan keluar dari kelas dan hendak menuju taman belakang. Tangannya memegang satu kotak bekal berwarna merah muda yang lucu. Senyum gadis remaja itu jelas tercetak, ia sedang merasa bahagia karena appa baru saja membelikannya satu set alat untuk merekam dan memproduksi musik. Jelas dia seorang yang begitu mencintai dunia permusikan.

"Ay-ay aya, happy ending tuk torro jinda, aya."

Ia bernyanyi pelan sepanjang lorong. Kehadirannya menarik perhatian setiap mata, tentu saja. Dia adalah artis dari SMA ini, penyanyi terkenal yang sudah menjuarai lomba menyanyi dibanyak tempat. Suara medunya bisa membuat siapapun jatuh hati.

Namun sayang sekali, sifat gadis ini terlalu diluar kebiasaan remaja seusianya. Ia punya sifat yang kadang terlalu kekanakan, bahkan sampai mengganggu penglihatan.

Contoh kecilnya adalah saat ini. Remaja mana yang akan dengan lancar melompat-lompat sepanjang lorong kelas sambil membawa tempat bekal dan bernyanyi? Hanya Yongsun seorang yang bisa melakukan hal seperti itu.

"Yong, berhenti merusak imagemu."

Kalimat itu menghentikan Yongsun dari acara makan nasi yang ada di dalam kotak bekal. Tatapannya naik, menatap tepat ke arah orang yang baru saja datang dan berdiri di sebelah bangku taman tempat ia duduk.

"Mwo?"

"Ani, berhenti bertingkah terlalu seperti anak umur 5 tahun. Kau terlihat menggelikan."

"..."

Mata Yongsun tidak berkedip selama beberapa detik. Terkejut mendengar apa yang baru saja adik kelas itu katakan tepat di hadapannya. Sumpit ditangannya tampak melonggar, kotak bekalnya juga turun perlahan dan mendarat di pahanya.

Yongsun tidak pernah menyangka akan ada orang yang mengatakan hal seperti itu tepat di wajahnya, terutama adik kelas ini. Mata Yongsun perlahan memanas, sudah mulai menggenangkan air di pelupuknya.

Ia memang seorang dengan sifat seperti ini sejak lama, tidak ada yang pernah memberitahunya untuk berhenti berlaku seperti itu. Jadi begitu dengan tiba-tiba ada seseorang menamparkan seledri ke wajahnya, ia menjadi emosional. Yongsun langsung merasa sakit di hati, sesak di dada.

Bibir pink tempat di mana selalu terdengar nada-nada merdu, kini menekuk. Tampak bergetar, benar-benar seakan ia bersiap untuk menangis.

3

2

"Hhhh, baiklah. Uljima."

Moonbyul mendecakkan lidah dengan kesal, tapi tangannya terulur memeluk kakak kelasnya ini. Mana mungkin ia tahan membiarkan sosok itu menangis. Malu, juga seolah tidak sopan kepada yang lebih tua.

"W-wae, kenapa meng- hiks. Kenapa berkata hal seperti itu?"

Yongsun masih tampak bingung, tapi tidak melepaskan pelukan dari Moonbyul. Gadis yang ditanya tidak menjawab, ia hanya memperhatikan hamparan rumput hijau di belakang Yongsun dengan ekspresi datar. Tangan Moonbyul mengelus pelan surai kakak kelasnya ini. Memberikan beberapa menit bahunya dipinjam sebagai tempat untuk menangis.

Salahnya, tentu saja.

Siapa suruh membuat gadis paling manja di seantero sekolah sakit hati, jadi menangiskan dia.

"B-byulie," cicit Yongsun. Kepalanya masih terbenam di bahu Moonbyul yang lebih besar dari gadis kebanyakan.

"Hm?"

"Ani, kau biasa bilang menyukai sifat ini. Jadi aku mempertahankannya. Apakah kau sudah tidak suka?"

Nada bicara itu, tentu saja terdengar begitu berbeda dari nada seorang gadis manja. Ini lebih kepada sosok remaja dewasa, dan inilah yang tidak pernah dilihat oleh siapapun. Termasuk Moonbyul.

Moonbyul kaget oleh nada suara yang mendadak dingin, tapi ia tidak bisa bergerak. Yongsun menahan tubuhnya agar tidak melepaskan pelukan.

"Selama ini ku kira kau menyukai tipe yang seperti ini. Maka aku melakukannya. Bila kau sudah tak suka, oke, mulai besok aku pindah."

Yongsun melepaskan pelukan mereka dengan cepat, lalu membereskan kotak bekalnya. Moonbyul masih terhenyak, tidak pernah berpikir perbuatannya membawa dampak seperti ini.

"Annyeong," ujar Yongsun sekilas sebelum gadis itu hilang dari pandangan.

"Y-yak! Mwoya! Kau tidak boleh pindah bodoh! Minggu depan kalian UN! Y-yak! Yak! Kim Yongsun! Yaish!"

Napas Moonbyul memburu, pipinya merah karena amarah. Gila, memang hanya kelakuan gadis berpipi bulat itu yang berhasil membuatnya naik darah dengan cepat.

"Tau begini tidak usah kubilang sama sekali!"

"Hhh, tapi bila tidak begitu, adik-adik kelas sialan itu takkan pernah berhenti mengata-ngatainya."

"Argh, mwolla! KIM YONGSUN, TUNGGU AKU BODOH!"

Hm, jelas Moonbyul tidak akan pernah mau dengan sengaja menyakiti pujaan hatinya. Ya kan?

next

"Bentuk Cinta" [MoonSun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang