14. Siswi Baru

1.2K 74 4
                                    

Seperti hari Senin pada umum. Setiap manusia dituntut untuk bangun pagi dan segera menjalankan rutinitasnya. Seperti anak yang harus berangkat sekolah atau kuliah dan orang dewasa yang harus berangkat berangkat bekerja.

Sama seperti seluruh siswa SMA Andromeda yang melakukan kegiatan rutin mereka, yaitu upacara bendera setiap hari Senin pagi.

Seorang gadis yang saat ini berdiri di tengah-tengah kerumunan siswa lainnya, tepatnya di barisan kelasnya kini tengah mengusap peluh di dahinya yang tertutup poni dan topi abu-abunya. Ia juga beberapa kali menghela nafasnya yang lelah.

"Lu kepanasan?" tanya seorang pemuda disebelahnya.

"Gue lagi kedinginan, Yo." Pemuda itu memang Julio, satu-satunya teman yang ia punya, yang mau duduk disebelahnya, dan yang mau berdiri disebelahnya saat berbaris seperti ini.

"Lawakan lo garing, Han."

"Ya lu udah tau panas kerontang gini pake nanya lagi." Ntahlah saat berada di dekat Julio, sikap pendiam dan penurutnya sirna begitu saja bergantikan sikap ceplas-ceplosnya. Bahkan di kelas pun ia termasuk siswi pendiam karena ia tak memiliki teman yang bisa menerima kehadirannya secara apa-adanya.

Jujur saja, sebenarnya Jihan capek menjadi pribadi yang tak bisa menyuarakan isi hatinya secara leluasa. Tapi ia bersyukur, di saat pernikahannya dengan Julian yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja, setidaknya ia memiliki adik ipar yang bisa menjadi temannya yang menerima dirinya.

"Iya-iya, deh." Setelah Julio mengatakan itu, keduanya kembali diam. Kembali fokus dengan upacara bendera yang tengah berlangsung.

Sekitar 20 menit kemudian, upacara bendera telah selesai. Seluruh siswa SMA Andromeda kocar-kacir kembali ke kelasnya masing-masing. Sama seperti Jihan yang berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua sambil melepas topi yang ada di kepalanya dan merapikan poninya yang sedikit berantakan dan lepek karena keringat.

"Lo udah belajar?" tanya Julio yang berjalan disampingnya.

Jihan menoleh. "Belajar apa?"

Mendapat pertanyaan balik dari gadis itu membuat Julio menatap dirinya datar. "Lo lupa?"

"Lupa apa astaga?" Jihan amat geram dengan cowok yang berjalan di sebelahnya itu. Terlalu bertele-tele dan berbelit, kenapa tidak langsung aja mengatakan inti dari pertanyaan cowok itu.

"Nanti ulangan matematika." Jihan hanya ber-oh ria saja dan mengangguk-anggukan kepalanya.

"Lha gitu doang reaksinya? Udah belajar belum gue nanya tadi," geram Julio yang masih berada disamping Jihan memasuki kelas mereka.

"Gue belum belajar."

"Udah tau belun belajar ngapain lo masih sesantai ini?"

"Tenang ae ntar gue bisa nyontek lu, lu kan pinter."

Julio melirik sinis pada Jihan saat mereka telah duduk dibangku masing-masing. "Maaf anda siapa, ya?" Julio berakting seolah-olah tidak mengenal gadis itu.

Tak lama, wali kelas mereka memasuki kelas padahal di hari itu tak ada mata pelajaran yang diajar oleh wali kelas mereka. Saat seluruh siswa yang ada di kelas melirik sosok yang mengikuti wali kelas mereka itu, mereka baru paham. Ternyata ada siswi baru.

Banyak murid dikelas itu yang berbisik mempertanyakan anak baru yang saat ini sudah berdiri di depan kelas dengan senyum yang tersungging manis dibibirnya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Bu Diah yang merupakan wali kelas dari kelas XII IPA 4 ini.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," balas murid kelas XII IPA 4 yang kebetulan muslim semuanya.

Julian Untuk Jihan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang