Faith

152 21 18
                                    

additional notes;

_______

Jika ditanya akan seperti apa hidup Jimin tanpa Jungkook, yang mana sejak dulu sudah menjadi dunianya dan segalanya dia, maka jawaban yang paling tepat adalah kosong. Iya, Jimin merasa kehilangan meski sejak awal ia tidak pernah memiliki.

Hampa, sepi, kosong, dan satu yang paling terasa begitu nyata adalah; hilang.

Jimin banyak meluangkan waktunya untuk mengerjakan segala sesuatu guna menyibukkan dirinya sendiri agar rasa hampa itu kian bergerak pergi. Sesekali membantu sang sahabat, Hoseok, untuk mengerjakan tugas kuliah yang dirasa terlalu banyak menguras tenaga dan pikiran yang ia miliki. Membiarkan musik melantun keras-keras dari pengeras suara yang ada di apartemen miliknya agar rasa ramai perlahan menguak bersama udara dan mengalahkan rasa sepi yang lebih dulu mengisi. Memilih untuk melakoni segala hobi yang dulu sempat ia tinggal di belakang kembali untuk mengatasi kekosongan yang betah menetap pada dirinya sendiri.

Tapi apa yang bisa Jimin lakukan untuk mengatasi kehilangannya?

Ini bukan perkara kehilangan suatu barang yang bisa dengan mudah Jimin dapatkan kembali dengan membelinya di toko serba ada. Bukan juga kehilangan sejumlah uang yang bisa dicari kembali dengan bekerja. Jimin tidak kehilangan itu semua. Dia masih memiliki semua barang-barangnya lengkap sedang berada di tempatnya masing-masing. Uangnya juga masih aman tersimpan di dompet dan sebagian ada di rekening bank miliknya. Semuanya masih utuh dan tidak ada yang kurang sedikitpun.

Tapi tidak untuk satu hal. Satu hal menyangkut perasaan dan hidupnya saat ini. Jimin kehilangan segalanya dia yang juga berarti dunianya dia. Lalu apa yang bisa Jimin lakukan untuk itu? Apa lagi yang bisa ia lakukan selain berlagak seolah semuanya baik-baik saja serta menerima semua dengan suka rela?

Tentu saja tidak ada.

Maka yang bisa Jimin lakukan saat ini hanyalah bertingkah seolah tidak ada yang salah dan hatinya tak pernah patah.

Apakah aku pernah mengatakan bahwa seorang Park Jimin sangatlah piawai dalam melakoni perannya. Sungguh, Park Jimin mungkin bisa saja ada dalam urutan nama aktor terkenal pada abad ini dan dianugerahi piala Oscar untuk itu. Park Jimin melalui semuanya dengan sangat apik, sempurna, dan tanpa cela.

Bayangkan saja sudah lebih dari tiga tahun dirinya menyandang gelar sebagai secret admirer untuk seorang Jeon Jungkook. Dia mampu menyimpan segala rasa cintanya untuk Jungkook dalam diam. Sekarang dia kembali menunjukkan keahliannya dalam menyimpan segala kesedihannya seorang diri.

Jimin akan tetap jadi Jimin di depan orang lain. Di depan teman-teman kampusnya, di depan Hoseok, bahkan di depan Jungkook sekalipun. Tentu saja, setidaknya Jimin masih cukup waras untuk tidak membongkar paksa perasaan yang selama ini ia simpan untuk pemuda bermata bulat mirip kelinci itu. Kemudian Jimin akan hancur berantakan bak serpihan kaca yang jatuh berserakan setelah terpecahkan saat hanya ada dirinya sendiri dalam keheningan. Jimin akan menangis, meraung meminta belas kasih kepada Tuhan agar setidaknya tetap memberinya kekuatan. Sebentar saja, tidak akan lama karena terkadang ada saat-saat dimana dirinya lelah untuk berpura-pura.

FAITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang