I Have You, So I Will Always Be Okay
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Papi pulang..."
Dengan sebelah tangannya yang kosong, Yohan membuka pintu utama rumahnya —yang terlihat cukup minimalis. Tangan kirinya menjinjing tas kantor, sementara jas berwarna merah maroon tersampir di bahunya. Dengan gerakan yang terlihat malas-malasan, ia melepaskan sepatu hitam yang dipakainya, lalu meletakkannya di rak yang ada di sebelah pintu masuk.
"Papi baru pulang? Wah, kerjanya sampai malam sekali ya. Sini, Dduddu bawakan tasnya papi."
Yohan yang sejak keluar mobil tadi terlihat begitu lelah langsung bisa tersenyum ketika melihat sosok putri bungsunya berlari kecil dari arah tengah. Menyambutnya dengan mata yang sudah terlihat memerah menahan kantuk, sembari mengulurkan kedua tangan ke arahnya. Ia pun tidak tahan untuk mengusak gemas surai putrinya, sebelum menyerahkan tas kerjanya.
"Anak papi belum tidur juga ternyata," Yohan tersenyum sembari melangkah ke ruang tengah. "Oppa dan papa kamu mana?"
"Ddadda tadi masih cuci piring di dapur, pi. Kalau papa... Eehm, papa sudah tidur sejak pulang kantor tadi."
Wajah Dduddu berubah masam, membuat Yohan juga mengernyitkan dahinya heran. Mereka berdua mengambil posisi duduk di depan TV dengan posisi berhadapan. Samar-samar, terdengar suara air mengalir dari arah dapur, serta suara piring-piring yang saling bergesekan. Yohan sempat melirik sebentar, dan memang terlihat putra sulungnya tengah fokus mencuci peralatan makan disana.
"Papa sudah tidur? Tadi pulang jam berapa?"
"Heem, pulangnya sekitar jam 8 malam tadi pi. Tadi sehabis menemani kami makan, papa langsung rebahan karena mengeluh kelelahan. Dduddu sebenarnya diminta membangunkan kalau misalkan papa ketiduran, tapi kami berdua kasihan melihat wajah lelahnya. Jadi kami biarkan saja papa beristirahat. Oh ya, papi mau Dduddu ambilkan minum?"
"Tidak usah, nanti papi ambil sendiri," Yohan tersenyum lembut. "Oh begitu ya. Papa kamu memang beberapa hari ini tidurnya sangat larut, katanya ada proyek besar di kantor. Jadi mungkin sekarang baru terasa lelahnya. Tapi kalian sudah makan kan?"
"Sudah kok Pi. Tadi papa membelikan kami ayam goreng dan salad buah. Papi sudah sempat makan atau belum? Kalau belum, biar kami siapkan makanannya."
"Belum, tadi papi sibuk sekali di kantor karena ada pekerjaan mendadak yang harus diselesaikan, jadi belum sempat mengisi perut. Tapi nanti papi siapkan makannya sendiri saja. Kalian berdua tidur saja, sudah jam 10 malam. Eh tapi besok libur ya?"
Dduddu mengangguk sambil tersenyum. "Iya, besok kan sabtu pi, jadi kami libur. Tidak apa-apa, biar kami yang siapkan makanannya. Lagipula, Dduddu dan oppa belum mengantuk. Kami sengaja menunggu papi pulang."
Hati Yohan sedikit mencelos mendengarkan kalimat yang dilantunkan sosok anak perempuan berparas manis itu. Bagaimana tidak, Yohan merasa akhir-akhir ini memang terlalu sibuk dan jarang bisa menemani kedua anaknya di rumah. Paling hanya saat weekend saja, mengingat pada hari kerja ia memang lebih sering pulang larut karena ada proyek yang harus diselesaikan. Sedangkan mereka berdua, disaat raut wajahnya sudah jelas menahan kantuk seperti itu, tapi masih memikirkan untuk membereskan rumah, menunggunya pulang, bahkan menyiapkan makanan untuknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Time Lapse || Yocat FF - One shoot
FanfictionHanya sekumpulan short stories yang dipakai sebagai sarana belajar nulis. Haha. Mainly oneshoot, only about Yocat. Mungkin akan ditambah karakter lainnya sesuai kebutuhan masing-masing chapter. Please enjoy and don't hesitate to leave your comment :)